🌜: Ajakan Baik

31 8 1
                                    

Happy Reading!





××××××

Deg.

"Maksud lo hubungan? Gue? Sama Vero?" Ucap Vera kikuk. Astaga, Vero Sialan. Memang perusak rencana saudara laknat nya itu. Sekarang, harapan Vera saat ini adalah supaya Wira tidak menelusuri lebih lanjut.

"Iya. Lagian Vero tumben aja ngeliatin orang segitunya padahal lo anak baru."

"Eee---mm anu.." Ya Tuhan, Vera benar-benar bingung mencari alasan yang pas saat ini. Apa yang harus ia katakan kepada Wira? Masa iya harus bilang yang sejujurnya.

"Anu? Apaan, sih yang jelas dong, ra." Ucap Wira. Masih menuntut jawaban atas rasa penasarannya.

"Gue---em..

Tin! Tin!

"Nah, itu udah dateng bus nya. Yuk, naik! Nanti gue pulang kemalaman bisa diomelin gue." Ajak Vera.

Ribuan syukur terlontar dalam hati Vera. Rasa terimakasih ia ucapkan pada bus yang sudah tepat datang dan mengalihkan semuanya. Vera sudah bangkit dan menarik tangan Wira untuk masuk ke dalam Bus bersamanya.

Merasakan tangannya yang tiba-tiba ditarik, Wira sedikit terkejut. Namun ia membiarkan semuanya. Sampai mereka menemukan kursi kosong di bus tersebut. Barulah Vera melepaskan tangannya. Anehnya, tanpa Wira sadari ia lupa dengan pertanyaan yang dia lontarkan tadi kepada Vera.

Vera sungguh-sungguh bersyukur karena ia masih aman.

××××××

Bugh!

Buah apel yang selalu menjadi favoritnya itu harus terpental ke bawah, ketika seseorang melempar tas berat kearah punggung kekar Vero.

Vero berbalik. Sudah siap-siap melayangkan pukulan dan amarah pada pelaku yang sudah mengganggu kegiatan santainya. "Woy!---

"APAA!! MAU APA LO!"

Vero mengernyitkan keningnya. Ada apa dengan saudaranya ini, datang datang langsung berteriak tidak jelas ke kamarnya. "Lo kenapa sih?! Gak jelas! datang datang mukul gue."

Vera melangkah mendekati Vero. "Maksud lo apaan tentang kejadian di kantin tadi? Hah!"

Vero berdecih, lalu tersenyum miring. "Kenapa? Lo ketahuan? Bagus dong."

Vera mendorong dada bidang Vero walau sebenarnya ia tahu bahwa Vero tidak akan merasakan apa apa karena pukulan kecilnya itu. "Lo kenapa, sih? Kan gue udah bilang. Berhenti gangguin urusan gue, lo--hiks--lo emang egois tau gak. Gue--hiks-- gue kan gak pernah ganggu hidup lo. Ngertiin gue dong, pliss!"

Raut wajah Vero mendadak langsung berubah lembut ketika mendengar saudaranya menangis. Ini langka, selama berada di atap yang sama, Vero benar-benar gak pernah lihat Vera menangis walupun ia melihat Vera sering terkena amarah papanya. Karena cewek itu hanya akan diam setelahnya tidak menangis.

"Lo nangis?" Tanya Vero dengan nada mendadak lembut.

Karena mendadak hatinya terenyuh ketika melihat pemandangan ini. Padahal biasanya, Vero gak pernah mau peduli. "Gak. Gak usah sok baik sama gue. Gue cuma minta kita jaga jarak. Apa susahnya sih!"

Meet JouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang