🌜: Pemandangan Aneh

37 8 6
                                    

Happy Reading!




××××××

Berulang kali Vera mengeluarkan beribu macam kata umpatan untuk keadaan yang buruk saat ini. Vera pikir cowok itu hanya bercanda dan sedang mengerjai nya. Ternyata, cowok itu benar-benar teman sebangkunya. Pelajaran pertama bahkan sampai membuatnya tidak fokus karena kekesalan yang sudah melanda lebih dulu.

Anehnya, Wira malah tertawa saat tahu ia mempunyai pendatang baru. Vera memandang Wira aneh. Letak lucunya dimana coba?!

"Gak usah ketawa gitu, sih. Geli tau!" Celetuk Vera karena dia udah gak tahan denger Wira dari tadi ketawa haha hehe melulu.

"Ya abis lucu aja. Gue bakalan ketemu lo tiap hari."

Lucu apaan. Ngeselin sih iya!

Vera memutar bola matanya malas. Lalu berusaha menarik buku besar bertuliskan sejarah didepan Wira itu ke wilayahnya. "Geser dikit bukunya. Gue juga mau belajar kalik."

Wira bingung, Apa Vera ini sejenis cewek yang gak bisa berbicara dengan lembut? Galak terus bawaannya. Kapan sih dia bisa ngomong lembut kayak pacarnya?

Heh.

"Kok lo asal narik aja. Kan bukunya punya gue, minta ijin kek dulu."

"Ngapain? Sama lo tuh gak perlu ijin segala. Gak pantes." Benar benar gak habis pikir, kata kata Vera emang nyelekit banget di hati Wira.

"Eh kita belum kenalan, njir. Nama lo siapa? Biar gue gak terus terusan manggil lo cewek galak. Gak suka kan lo dipanggil gitu terus."

"Gak usah sok deket. Sodara gue galak. Ntar lo digebukin." Ucap Vera asal.

Mereka berdua emang gak tau tempat kalau mau debat. Padahal Guru Sejarah sedang menjelaskan didepan. Mereka berdua malah ribut dibelakang hanya karena masalah nama saja.

"Emangnya sodara lo sekolah disini? Siapa? Kakel?"

Plak!

Baik Vera maupun Wira sama sama berjengit kaget saat sadar ada sebuah penggaris kayu memukul bangku mereka dan menimbulkan suara nyaring. "Kalian berdua ngobrol terus ya.. Coba katakan apa yang sedang bapak bahas!"

Vera menciut. Ia benar-benar gak mendengar apapun yang Guru itu terangkan. Berbeda dengan Wira, ia berdiri dari bangkunya dan menatap penuh percaya diri di hadapan Guru sejarah itu. "Perjalanan perang Jendral Sudirman, pak."

Vera menganga. Astaga, padahal Wira sedari tadi ikut mengobrol bersamanya tapi apa mungkin pikiran dan telinganya sibuk memperhatikan penjelasan di depan? Mustahil.

Guru tersebut memicingkan matanya. Sedikit tidak senang karena murid ya ia ciduk berhasil menjawab pertanyaannya dengan benar. "Ya sudah, duduk lagi. Jangan ngobrol di jam pelajaran saya. Apalagi kamu! Murid baru. Jangan buat ulah."

"Maaf, pak." Jawab Vera tak enak.

Lalu keadaan kembali kondusif. Guru sejarah itu sudah berdiri di depan papan tulis dan menerangkan perjalanan perang Jendral Sudirman sampai pahlawan itu mencapai kemenangannya. Vera udah gak mau buat masalah lagi. Akhirnya ia memilih memfokuskan diri ke depan dan membiarkan Wira memperhatikan dirinya diam-diam tanpa disadari.

Meet JouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang