9. Curiga

39 6 0
                                    

Tania menghela napas berat, menemukan keberadaan seseorang yang sedari tadi ia cari. Sang pria terlihat sedang asyik dengan handphone yang di genggamnya. Tak perlu lagi menebak, Tania yakin ia sedang bermain game!

"Bagas, bisa minta tolong?" sahut seorang gadis memanggil pria itu.

Tania menatap tajam gadis itu dari kejauhan. Baru kali ini ia kalah cepat perihal seorang pria. Sebenarnya, Tania ingin menghampiri mereka tapi takut akan memperburuk suasana. Alhasil, karena rasa penasaran Tania mendengarkan percakapan dua orang tersebut secara diam - diam.

"Apa?" balas Bagas, sembari tetap menatap layar handphonenya.

"Tapi kali ini mau ya?" bujuk Rena perlahan.

"Tergantung," balas Bagas santai.

"Temenin gue beli komik yuk!" ajak Rena, menarik lengan Bagas.

Pria yang diajak masih terdiam, belum memberikan jawaban apapun. Ia bingung harus mengatakan apa pada Rena. Ingin menolak, tapi terlalu tidak enakan. Sedangkan di sebrang lain seorang gadis berharap Bagas menolak ajakan itu.

"Toko buku deket sini aja," bujuk Rena lagi.

"Em ya udah," terima Bagas.

Setelah percakapan singkat itu, Bagas pun menuju parkiran sekolah untuk mengambil motornya. Diikuti dengan langkah Rena yang tampak sangat senang. Pancingannya kali ini berhasil!

"Ternyata bener, bagas gak nolak. Kok lo bego si Taniaaa!!" gerutu gadis malang itu.

*Matahari Pagi*


Disebuah toko buku. Disinilah sekarang Bagas berada dengan seorang gadis yang menyukai komik seperti dirinya. Tapi kali ini Bagas lebih tertarik pada novel - novel tebal bergenre romance bacaan favorite gadis lain yang disukainya. Jujur, pria itu bingung apa yang menarik dari novel ini? Tapi karena rasa penasaran, ia membeli sebuah novel best seller tersebut.

"Bagas gak beli komik aja?" tanya Rena sembari menunjukkan buku komik ditangannya.

"Lagi pengen baca novel."

"Tapi bukannya komik lebih menarik ya? Ada gambarnya jadi kita lebih ngerti sama jalan ceritanya," jelas Rena.

"Gue maunya beli novel."

"Ohh gitu, ok."

Tolong jangan memaksa prasasti langka ini!

Setelah membeli buku, pria itu mengantar Rena pulang. Kebetulan rumah mereka searah. Jadi Bagas fikir sekalian saja. Membantu sesama teman juga sudah menjadi perkara wajib, bukan?

"Gas, makasih ya udah mau anterin gue ke toko buku," ucap gadis itu penuh arti.

"Iya."

"Gue dijemput bokap, kalau lo mau pulang deluan silahkan," ucap Rena tepat di parkiran toko buku itu.

"Kenapa gak sekalian aja?" tanya pria itu sekedar membantu.

"Lo mau anterin gue pulang?" tanya Rena tak percaya. Jujur saja, ia tak menyangka Bagas akan memberi penawaran ini.

"Rumah lo dimana?"

"Kebayoran baru."

"Kebetulan searah sama rumah gue."

"Ohh ya udah, gue telpon bokap dulu gak jadi minta jemput," ucap Rena sembari mengambil handphonenya dari dalam tas.

Seperti biasa, Jakarta padat merayap. Tak ada satu hari pun tanpa kemacetan. Sudah menjadi hal biasa bahkan rutinitas bagi warga Jakarta untuk memaklumi situasi ini. Begitu juga dengan Bagas sore ini, asap kendaraan bermotor dan debu jalan raya sudah menjadi kawannya sejak lama.

Matahari PagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang