Gadis itu menatap sendu papan tulis yang berisi rumus - rumus fisika. Ia tak mengerti dengan materi yang dijelaskan oleh bu Lasmi. Ditambah lagi dengan fikirannya yang sedang berkecambuk. Perkataan ketua osis perihal dirinya yang dibicarakan oleh seisi SMA Pelita itu benar - benar mengganggu konsentrasi dalam belajarnya.
Apakah benar ia menjadi bahan omongan di sekolah ini?
Apakah benar ia gadis sok polos? Padahal Tania memang tidak mengerti dengan situasi apa yang sedang menyerangnya.
Apakah kali ini ia salah?
Pertanyaan bodoh! Jelas kau salah, memberi harapan pada seorang pria namun menyimpan rasa pada pria lain.
Jadi wajar saja kan jika gadis lain mengatakan mu gadis sok polos?!
Sejatinya Tania kesal, ia ingin marah tentunya ada rasa tak terima. Mereka yang hanya mengunjing tak tahu seperti apa yang sebenarnya terjadi. Gadis itu ingin sekali menjelaskan pada pelaku yang berbicara perihal buruknya secara diam - diam. Tapi ia berfikir ulang sekian kali, percuma saja dijelaskan bagaimanapun dan dengan cara apapun yang membenci tetap akan benci karena mereka memang tak mau mengerti.
Tet.. tet.. tet....
Bunyi lonceng tersebut pertanda istirahat pertama telah tiba. 3 jam pelajaran fisika pun berlalu. Namun bu Lasmi memberi tugas harian yang harus dikumpulkan sore ini. Bonusnya 10 orang pertama yang mengumpulkan secara cepat dan tepat akan mendapat nilai +.
Tania harus menyelesaikan tugas fisika ini sesegera mungkin. Tapi.. ada beberapa soal yang ia tak mengerti. Mau minta bantuan siapa kalau sudah begini? Siapa lagi kalau tidak Bagas, penyelamat bagi Tania. Walaupun pria itu begitu menyebalkan!
"Tarik napas... hembuskan..., lo pasti bisa Tan!" gumamnya.
Gadis itu menuju kelas XI MIPA II dengan hati - hati. Perlu diketahui, ini bukan hanya kelas Bagas tapi juga kelas singa yang tadi pagi membentaknya. Ia pastikan dulu kondisi dan situasi kondusif, layaknya agen - agen rahasia. Memeriksa keadaan dan tampaknya kali ini ia tak menemukan keberadaan Arya. "aman," batinya.
"Renata?" gumam Tania tepat di depan pintu kelas tersebut.
"Tania! Ngapain disitu? Sini masuk," ajak Rico yang tak sengaja melihat gadis itu di depan pintu kelasnya.
Bagas yang sedari tadi mengobrol dengan Renata pun mengalihkan pandangannya pada gadis yang barusaja memasuki kelas XI MIPA II itu.
"Kenapa?" tanya dingin pria dihadapannya. Dasar aneh! Tadi pagi bersikap baik, memberikan Tania sebotol es teh manis dan sekarang sudah menjadi es batu lagi, dingin dan rasanya pun hambar.
"Gak jadi, kayaknya Bagas sibuk."
Sang gadis malang pun segera meninggalkan kelas itu. Ia memilih untuk kembali ke kelasnya, daripada jadi nyamuk diantara Bagas dan Rena. walaupun sudah ada nyamuk lain yang lebih dulu menetap ditempat itu, siapa lagi jika bukan Rico. Kasihan sekali nasibnya.
"Bego, bego, begoo!!" ucapnya pada diri sendiri sembari berjalan menuju kelas XI MIPA I.
"Sini gue bantu, fisika kan?" tanya Bagas, menghentikan langkah gadis itu sembari merampas buku fisika dari tangannya.
"Iya."
"Mau dibantu gak?" tanya pria itu lembut, tumben.

KAMU SEDANG MEMBACA
Matahari Pagi
Novela JuvenilKisah dua anak manusia yang berlindung dibawah kata pertemanan.