vii. what kind of man are you?

50.2K 9.1K 2.8K
                                    

SENSITIVE CONTENT

Rumor mengenai sebuah hubungan mencurigakan yang terjalin di antara sang Jenderal dan taster ke enam belas miliknya mampu menggemparkan seisi penjuru Eropa, cukup membuat kericuhan tidak berarti menjadi melejit tinggi.

Semua orang membicarakan nama gadis itu—yang mereka kenal sebagai Lio—si perempuan muda dua puluh satu tahun berambut kecokelatan menyentuh pinggul. Desas-desus di luar sana berbicara, jika perempuan yang berasal dari selatan Krakòw itu bermain kotor, sungguh terlampau tidak layak untuk sekedar menghirup udara yang sama dengan Jeffrien.

Lana menggerutu di balik selimut tebal berbahan dasar twistcone-nya. Sudah hampir mendekati pukul satu malam, matanya tidak juga hendak menutup dan terlelap. Menjadikan sarang pikiran wanita itu berdecih tidak senang karena lagi-lagi harus mengingat ucapan sarkas nan tidak tahu malu orang-orang atas dirinya.

"Jangan salah paham."

Lana memanyunkan bibir ranumnya, berusaha mengikuti ucapan dingin Jeffrien tepat setelah mereka meninggalkan lantai aula dansa semalam.

"Salah paham apanya! Dia berbicara seperti aku diam-diam menyukainya!"

Dengan jengkel kedua kaki Lana menendang-nendang selimut yang kini bersedih hati karena hanya berniat memeluk tubuh seorang wanita berkulit sewarna gading, tentu kain twistcone itu sedikit terjatuh dari atas ranjang yang cukup tinggi dan tak kunjung kembali.

Sembari masih bersungut-sungut lemah, tubuhnya bergerak ke samping; menghadap jendela besar semi transparan yang samar-samar menunjukkan langit biru kelam. Malam berselimut kalbu nyatanya masih tak mampu untuk mengusir runtaian kata tanpa ekspresi pria itu, sedikit mengusik ketenangan Lana yang hendak menidurkan tubuhnya.

Belum lama tinggal bersama, perilaku Jeffrien kian menyebalkan. Terlalu beribu-ribu tahun terlalu cepat bagi Lana menyukai seorang manusia seperti Jeffrien. Mungkin sampai mati pun tidak. Namun sebentar—bukankah tinggal bersama terlalu eksentrik untuk diutarakan?

Bayang-bayang akan sosok Jeffrien yang menghentikan langkahnya saat mereka tengah berjalan di depan perkarangan mansion kembali berputar lambat, setelahnya sebuah kalimat sukses membuat Lana terdiam di tempat; merasa telah menjadi manusia paling bodoh meski ia sudah menduga adanya selipan niat implisit atas perlakuan Jeffrien silam.

"Jangan salah paham. Tidak ada maksud tertentu dari ajakan berdansa tadi," ucap Jeffrien tidak berirama, begitu kaku dan apatis kala itu. Hal selanjutnya yang netra bak obsidian cerah Lana tangkap ialah punggung kokoh Jeffrien berlalu meninggalkannya.

"Siapa yang salah paham!" seru Lana kembali, masih tidak percaya akan kejadian memalukan semalam.

Lana sadar bahwa ia tidak mengharapkan apa pun. Ia juga tahu Jeffrien memiliki rencana tersendiri atas aksi yang lalu. Kendati seperti itu, gundukan kesal tak kurun hilang sebab Lana merasa bila Jeffrien justru mempermalukannya terang-terangan melalui deraian kata-kata bertajuk jangan salah paham.

Masih jelas sekali dalam benak Lana tentang penjelasan tak dibutuhkan yang terucap dari bibir salah satu bawahan yang turut mengantarkan kepulangan mereka. Alasan mengenai ajakan dansa Jeffrien pada malam itu hanyalah sekedar alibi basi untuk mengelabui para petindak makar yang berencana melakukan sebuah penyerangan di dalam pesta. Setelah mendengar kabar sang Jenderal beserta para kaki tangannya juga turut menghadiri pesta, tentu mereka akan memilih untuk melancarkan penyerbuan langsung ke dalam bunker; mengira jika penjagaan di sana sudah cukup lemah atas kepergian Jeffrien. Namun hal tidak disangka-sangka ialah, ranjau-ranjau pedas nyatanya telah menunggu kedatangan mereka di sana.

ICARUS HAS FALLEN ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang