xvi. remember who you are

40.6K 6.9K 721
                                    

Tepat setelah jadwal makan siang reguler pukul satu lewat tiga menit tadi, Lana tidak menyangka akan mendapat perizinan langsung dari Jeffrien di kala ia meminta untuk mengikuti Marla ke pasar di sekitar pusat kota. Sejujurnya, Lana sendiri merasa ragu untuk mengajukan sebuah permintaan kepada seseorang seperti Jeffrien. Tetapi tampaknya, pria itu tidak mempermasalahkan pintaan Lana yang patut untuk dicurigai. Entah untuk alasan apa, lebih tepatnya.

Sembari berjalan di jalanan batu kemerahan, Lana memikirkan banyak hal. Salah satunya mengenai kejadian beberapa hari lalu di mana mereka berada di Berlin untuk menghadiri salah satu pertemuan penting. Lana tidak menyangka bila Jeffrien benar-benar tak membocorkan identitasnya kepada orang lain. Atau mungkin belum? Entahlah. Setidaknya ia masih hidup sampai sekarang.

Kian sibuk dengan benak, hal terakhir yang Lana ingat hanyalah ia tidak sadarkan diri setelah dibius oleh seseorang tak dikenal. Lana mengepalkan tangan tidak suka ketika sampai sekarang ia belum menemukan siapa yang telah membiusnya secara sengaja. Lagipula, mengapa orang itu memilih untuk membius Lana ketimbang meracuninya? Masih menjadi sebuah pertanyaan besar di benak perempuan tersebut hingga kini.

Desakan para manusia terlihat memenuhi jalanan besar yang mereka sebut sebagai Town Market. Kedai-kedai kecil tersusun dengan rapi di sepanjang paving blok berwarna merah tua pudar. Kasak-kusuk suara terdengar dari segala penjuru arah. Di deretan kiri jalanan terdominasi oleh kedai penjual pangan seperti buah-buahan segar, sayur-mayur, sampai daging-daging olahan. Sedangkan di bagian kanan terdapat kedai yang lebih tertarik di bidang sandang dan perlengkapan lainnya.

"Nona, saya tidak menyangka Anda akan mengikuti saya hari ini." Lana sedikit terkesiap mendengar suara Marla yang cukup antusias. Guratan senyum dari wajah wanita paruh baya itu tak sedikit pun sirna, sepertinya Marla benar-benar serius akan kalimatnya barusan.

"Aku hanya bosan berada di mansion selama beberapa hari ini, Bibi," balas Lana sembari terus menelusuri area di sekitarnya dengan netra yang terang. Ia tidak berbohong akan hal itu. Beberapa hari semenjak kepulangan Jeffrien dan dirinya dari Berlin, kota Oświeçim memang terus-menerus direlungi oleh langit abu-abu.

Kepala wanita belia itu menengadah ke atas, melihat pada tinta langit yang terlihat lebih cerah dan membiru setelah sebelumnya terus bergulung pada abu-abu yang kelam. Sudah hampir lima hari hujan terus turun, membasahi tiap jengkal tanah Oświeçim. Namun untung saja tidak dengan hari ini, sehingga Lana dapat mengikuti jejak Marla yang pergi menuju pasar untuk membeli beberapa bahan pokok makanan.

Kendati demikian, matanya terus bergerak gesit, memperhatikan keadaan di sekitar yang setidaknya perlu untuk ia analisis terlebih dahulu. Besok adalah waktu dimana ia dan Johnny akan bertemu di Berlin. Lana masih memikirkan cara terbaik untuk pergi ke ibu kota Jerman itu tanpa harus meninggalkan jejak mencurigakan. Namun tampaknya akan sedikit lebih sulit dari pada apa yang telah Lana rencanakan selama ini. Mungkin satu-satunya pilihan yang tersedia baginya hanyalah pergi dari mansion dan menjadi buronan utama Jerman.

Benar. Setelah sekian lama Lana menunggu sebuah kesempatan untuk meninggalkan mansion, ia akhirnya dapat melancarkan rencana itu besok. Atau haruskah ia melarikan diri sekarang juga? Bukankah ini merupakan kesempatan yang bagus untuk pergi dari mansion?

Langkah kaki Lana terus bergerak pelan di belakang Marla, sesekali beringsut mengeratkan mantel hijau tua di tubuhnya. "Daging mana yang Nona sukai?" tanya Marla tiba-tiba, membuat fokus Lana kini sedikit terpecah.

Ia mengernyit, sedikit tidak mengerti hal relevan apa yang mendasari pertanyaan Marla tersebut. "Kenapa Bibi menanyakannya padaku? Bukankah ini bahan-bahan makanan untuk Tuan Jeffrien?"

ICARUS HAS FALLEN ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang