viii. you better go to sleep right now

49.9K 8.9K 3.5K
                                    

Teramat perlahan udara berembus melalui celah kecil di antara belahan bibirnya yang ranum. Ini memang bukan pertama kalinya Lana menginjakkan kaki di marmer ruangan pribadi Jeffrien. Namun menghadapi kenyataan jika malam ini ia harus terlelap di rengkuhan kamar yang sama dengan pria itu membuat Lana cukup gelisah.

Apakah pria itu sengaja menyuruhku terlelap di sini agar dapat lebih mudah membunuhku?

Menggeleng sebentar, Lana memejam selama tiga detik demi melunturkan keluh kesah si benak. Tatkala netra terangnya kembali menjejak pada seluruh permukaan ruangan besar Jeffrien, Lana kini menyadari sesuatu. Sebelumnya, wanita itu tidak pernah sedikit pun benar-benar memperhatikan seluruh inci di ruangan Jeffrien. Barang-barang apa saja yang pria itu miliki, atau kegemaran apa yang tersembunyi dibalik buku-buku tebal di rak buku tinggi cokelat sana. Satu hal yang ia tahu jelas, karakteristik khas yang kuat melekat eksplisit dari berbagai ornamen arsitektur ruangan pribadi Jeffrien yang sebagian besar terlihat seperti goresan seni lawas, membetahkan tiap mata yang memandang.

"Kamu bisa tidur di ranjang saya."

Lana lantas menilik pada Jeffrien yang tengah membuka kancing kemeja hitamnya; semakin membuat gadis itu terkejut dan segera memalingkan wajahnya malu.

"T-tunggu! A-Anda sedang apa?!"

Tiada jawaban. Keadaan yang seketika begitu senyap entah mengapa seolah menjungkirbalikkan kegugupannya. Dengan hati-hati Lana kembali menoleh, kemudian menelan mentah-mentah rasa malunya karena mendapati Jeffrien yang hanya sekedar mengganti kemejanya dengan kemeja lain yang lebih tipis.

"Jangan berpikiran macam-macam. Saya bukan tipe yang akan melakukan hal seperti itu pada perempuan asing," balas Jeffrien yang bergumam tanpa memandang sang lawan bicara seperti biasa. Tampaknya pria itu berhasil menang telak kali ini.

Mencuatkan kekesalan Lana yang terlihat begitu gamblang, seulas senyum paksa menggores wajahnya yang jengkel. "Ah, begitu. Maafkan saya, Tuan."

Pria itu beralih beranjak mengambil salah satu buku yang ada di atas meja cokelat lalu mendudukkan dirinya pada kursi besar di samping meja tersebut ketimbang menggali obrolan lebih lanjut.

Sepasang alis Lana mengernyit ketika matanya menangkap runtaian judul dari buku di tangan Jeffrien. Tunggu, sepertinya lagi-lagi ia baru menyadari jika perpaduan di antara semua hal pada ruangan ini benar-benar mencurahkan nuansa tak asing baginya, memaksa Lana agar melupakan kekhawatirannya akan permasalahan hidup dan mati.

Dimulai dari beberapa patung kecil dewa-dewi Yunani yang melekat di beberapa sisi dinding, sampai langit-langit kamar yang mencetak jelas lukisan mitologi kuno benar-benar mencerminkan impresi artistik luar biasa. Bahkan hampir sebagian besar dari buku-buku pada rak tuanya berisikan sesuatu berbau hal yang sama.

Tiba-tiba saja Lana teringat akan cincin yang melingkari jari manisnya erat. Secara spontan, wanita itu mengelus lingkaran logam tua di salah satu jemari pelan seiring dengan pergerakannya yang beralih duduk di atas ranjang empuk Jeffrien.

"Tuan."

"Hm?"

Lana terdiam sejenak. Kendati demikian, jemarinya masih sibuk bermain-main di bawah sana. "Kalau saya tidur di ranjang Tuan, bagaimana dengan Anda?"

Pada akhirnya, Jeffrien memutuskan untuk mengabaikan buku terbuka di tangannya; memilih memandang Lana. "Saya tidak tidur malam ini. Banyak pekerjaan yang harus saya tangani."

ICARUS HAS FALLEN ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang