Bab 1 permulaan

2.7K 117 0
                                    

Melody memeluk Amora erat. "Akhirnya kita bisa satu kampus yaa Moraa..."

"Iya Mel, seneng banget rasanya..." Amora menepuk-nepuk punggung Melody.

Tiba-tiba Melody melepaskan pelukan sahabatnya. "Tapi gedung fakultas kita lumayan jauh ya... "

Amora tersenyum. "Yang harusnya khawatir itu kan aku, kalo kamu kan supel banget.. huhu..."

Melody memegang pundak sahabatnya. "Kamu pasti bisa kok, kamu kan cantik, pinter... Pasti banyak yang suka sama berteman sama kamu.. kalo ada apa-apa kamu kan bisa langsung mengadu  padaku!"

Keduanya saling berpandangan lalu mulai tertawa terbahak-bahak karena banyak pasang mata yang mengawasi keduanya dengan tatapan aneh sekaligus geli. "Ayo ah, dikira lesbian Mulu.." keluh Amora sambil menarik tangan Melody.

Melody dan Amora bersahabat semenjak keduanya masih duduk di taman kanak-kanak. Melody adalah perempuan yang tomboy meskipun memiliki rambut panjang, tapi rambutnya kasar karena ia jarang menyisir rambutnya. Sedangkan Amora sangat bertolak belakang dengan dirinya. Amora adalah perempuan yang sangat lembut dan feminim. Amora beberapa kali pernah menjadi korban bullying saat SMP maupun SMA. Membuatnya menjadi sedikit berhati-hati dalam memilih pertemanan.

Puncaknya adalah ketika mereka duduk di kelas sebelas, Amora di rundung karena dianggap merebut pacar teman sekelasnya. Membuat hari-hari Amora berubah ia jadi sering dikerjai teman-temannya. Hingga akhirnya Melody harus kembali turun tangan dan menengahi masalah Amora. Setelah itu semua membalik dan kembali normal.

Kedua perempuan ini masih dan akan terus bersahabat...

***

Beberapa orang senior berdiri di depan barisan para Maba. Ini adalah hari Ospek pertama Melody yang cukup melelahkan. Rambutnya yang kasar harus ia kuncir sembilan, a simetris bagian kiri dan kanan. Membuat penampilannya berantakan.

"Maba! Jangan ngobrol terus, selesaikan tugas kamu"

"Iya kak maaf-maaf" Kata Melody sambil menganggukkan kepalanya. Ia memandang sebal pada laki-laki tampan di sampingnya. Kan yang ngajak ngobrol laki-laki ini, kenapa aku doang yang kena omel! Haish mengobrol itu kan tindakan dua orang atau lebih!!! Melody menelan kedongkolannya.

Kemudian, Astari-Kakak tingkat yang menegur Melody berjalan menghampiri. "Kamu kesulitan? Sini aku bantu... " Katanya dengan suara dibuat-dibuat.

Melody hampir saja berdecak di samping keduanya. Ia melirik dengan kesal. Rupanya laki-laki disampingnya memang cukup populer, bukan hanya Astari, sedari tadi sudah ada beberapa kakak tingkat yang memperlakukan laki-laki itu dengan istimewa. Bahkan dengan rambutnya yang ikat kecil-kecil, lelaki itu masih terlihat bersinar dan sangat ganteng! Melody tetap mengakuinya, walaupun kesan pertama yang ia dapat sangat tidak menyenangkan karena jadi sering di tegur. Memangnya itu mauku berdiri sebaris dengan lelaki ini, ah.. menyebalkan!

"Oke yang sudah selesai kumpulkan ke depan dan kalian bisa istirahat!" Seorang senior mengumumkan dengan suara lantang di hadapan barisan.

Melody melihat hasil prakarya singkat yang telah selesai ia buat kemudian segera menghampiri seniornya. Ia menyerahkan hasil prakarya nya dengan tergesa-gesa. Agar bisa cepat menuju kantin. "Ini kak, aku sudah selesai"

Laki-laki itu tersenyum. "Oke, jangan lupa satu jam dari sekarang untuk kembali ke lapangan"

Melody membungkukkan menganggukkan kepalanya lalu segera berbalik. Ia berlari menuju kantin. Perutnya terasa sangat lapar.

"Hey tunggu aku!"

Melody menoleh. "Haish... Kamu lagi kamu lagi, menyebalkan..."

"Ayolah, kamu masih marah soal tadi? Hahahaha... Kamu ini tidak mengerti trik"

"Hahaha... " Melody menirukan gaya tertawa laki-laki itu dengan wajah sinis "Rupanya memang kau sengaja seharian ini bersikap bodoh agar para senior menghampirimu kan?"

"Namaku Bimantara, Bima Bimaaa bukan kau" Bima menjulurkan tangannya ketika melihat Melody marah-marah.

Melody menghela nafas. "Haish.... Melody" katanya sambil menyambut tangan Bima sambil membuang muka.

Namun... sejak hari itu, keduanya semakin dekat. Bahkan teman-teman lain selalu meledek keduanya. Tapi tentu saja, baik Bima ataupun Melody selalu menyangkal dan selalu menjawab bahwa hubungan mereka tidak lebih dari sahabat.

***

"Aku pinjem tugas filsafat ya, please?" Bima memohon sambil mengeluarkan sebatang cokelat dari sakunya. "Cokelat ini untukmu kalo kamu pinjamkan tugasnya"

"Cih" Melody mencibir. "Tugasku lebih berharga dari sebatang cokelat!"

"Ya udah kamu mau apa? Aku belikan apapun asal kamu pinjamkan"

"Apapun?" Tanya Melody sambil memicingkan matanya menggoda Bima.

Bima mengangguk serius.

"Baiklah, pulang kampus traktir aku dan Amora makan plus karaoke.. gimana?"

Bima menghela nafas. "Itu namanya pemerasan..."

Melody tersenyum sambil memalingkan wajahnya. "Aku sih gak maksa, nya Bima.." Melody hendak beranjak dari kursinya tapi Bima menarik tangan Melody hingga perempuan itu kembali duduk di hadapan Bima.

"Iya iya.. udah sini mana catatannya.." Bima menyerah.

Melody mencubit pipi Bima sambil tersenyum. "Terimakasih Bimaa.. uuu... Menggemaskan!"

Bima menepis lembut tangan Melody. "Kamu memang menyebalkan"

Melody tertawa sambil mengeluarkan catatan tugasnya. Kemudian ia segera mengirimkan chat pada Amora untuk meluangkan waktunya pulang kuliah.

"Mel, temen Lo itu~"

"Sahabat"

"Ih ribet banget.. iya si Amora itu kupu banget ya"

"Ho-oh emang kuliah pulang kuliah pulang, gak doyan keluyuran"

"Hmmm... Beda banget ya sama preman ini" Kata Bima sambil menunjuk wajah melody.

Melody menangkap ujung jari Bima dan menekannya di atas meja. "Kerjakan saja tugasmu, atau kuambil kembali bukuku!"

Bima mengaduh kesakitan sambil meniup telunjuknya. "Kamu nih... Iya iya.." kemudian ia kembali melanjutkan menyalin.

"Eh Bim, dosen yang di sana kayaknya beberapa kali pernah ngajar jadi dosen tamu kelas kita kan?"

Bima menoleh ke arah yang diam-diam ditunjuk Melody. "Ooh.. iya, dia almamater sini, lulus tahun 3-4 tahunan lalu kalo gak salah, kenapa gitu?"

"Kayaknya familiar banget, pernah liat dimana tapi aku lupa..."

"Iya kan pernah ngasih materi, makanya familiar"

"Bukaaann... Maksud aku sebelumnya pernah liat tapi gak inget dimana.. ah udahlah, tapi tau aja kamu dia almamater, ish cowok doyan gosip"

"Mulai kan si bajinga*... Kan tadi kamu yang nanya.."

"Hahaha... Iya udah ah buruan, nyalin aja lama"

Bima berdecak kesal. Seolah tidak tahu dari tadi justru ia melambat karena Melody banyak bertanya.

"Ya udah aku duluan, lama ah nungguin kamu" Melody beranjak dari kursinya.

"Ah, penghianat"

Melody tertawa kecil "Bye Bima!"

***

Melody RomansaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang