Mata Melody hampir berair ketika bertatapan dengan Bima.
"Aku menyukai Amora"
"Aku juga"
Keduanya mengeluarkan suara bersamaan.
"Eh, apa?" Tanya Melody kemudian.
"Aku menyukai Amora, mel.. tapi berbeda dengan rasa sukamu pada Amora, paham kan?"
Melody tertawa garing. "Haha.. iya aku paham maksudmu.." perasaan nyeri mendera hati Melody.
"Aku takut akan ada yang berubah jika kunyatakan... Bagaimana menurutmu..?"
Melody berdeham. "Jangan menebak yang belum terjadi " Kata Melody sambil membuka pintu mobil.
"Yah, nanti dulu Mel..."
"Udah malem Bim.. pokoknya maju terus pantang mundur ya!" Kata Melody sambil turun dari mobil. Ia segera melangkah menuju rumahnya. Air matanya mulai menggenang.
"Sebentar Melody!" Kata Bima sambil berlari menyusul Melody dan menarik pergelangan tangan perempuan itu. Bima berdiri tepat di belakang Melody sambil memegang tangannya. "Kenapa kamu teburu-buru sih? Kamu tadi mau bilang apa?"
Melody menarik nafas dalam, menenangkan hatinya yang terasa nyeri. Kemudian ia berbalik. Berharap temaram menyembunyikan air matanya yang menggenang. "Udah malem Bima, aku juga merasa gak enak badan.. lain kali saja aku ngomongnya"
"Kamu sakit?" Bima meletakkan tangan di dahi Melody. "Iya Mel, anget... Ya udah masuk deh, lain kali aku cerita lagi.. maaf ya"
Melody tersenyum. "Bye Bima, hati-hati di jalan ya!"
"Iya, kamu istirahat yang bener.. " Bima mengusap puncak kepala Melody. Kemudian ia berbalik dan kembali masuk ke mobilnya. Saat menoleh, ia sudah tidak lagi melihat Melody. Tidak seperti biasanya perempuan itu tidak menunggunya sampai pergi. Rasanya seperti ada yang aneh.
Disisi lain, Melody langsung berlari ke kamarnya, membanting pintu. Ia berdiri di balik pintu kamarnya sambil menangis tersedu. Selama hidupnya, akhirnya ia merasakan pahitnya patah hati. Dadanya terasa sesak dan nyeri bersamaan, membuat air matanya terus menerus turun tanpa bisa ia cegah. Tubuhnya jatuh merosot. Ia duduk memeluk lututnya. Suara tangisnya tak tertahankan. Sikap baiknya selama ini hanya sikap seorang sahabat...
"Mel..." Tama, kakak Laki-laki Melody mengetuk pintu kamar Melody. "Kamu kenapa?"
Melody tetap diam di posisinya. Berusaha menghirup nafas percuma dari hidungnya yang tersumbat. "Aku gak enak badan.. gak apa-apa"
"Kamu nangis?"
"Enggak..."
"Bener..?" Tanya Tama lagi tidak percaya. "Coba buka pintunya"
"Bawel banget kak Tama, udah sana.. Aku mau tidur!" Kata Melody sambil berdiri menghadap pintu.
"Iya-iya... Galak banget" Kata Tama sambil berbalik kembali ke kamarnya.
Tama adalah Kakak laki-laki Melody yang terpaut usia 6 tahun. Ia bekerja di sebuah perusahaan majalah sejak 3 tahun lalu.Melody menjatuhkan tubuhnya di tempat tidur. Ia memeluk guling dan ia kembali menangis dengan sangat cengeng... Cinta pertamanya kandas...
**
Sudah dua hari Melody mengurung diri di kamar. Setelah kejadian malam itu, pagi nya ia benar-benar terserang flu parah sehingga tidak butuh kebohongan lain untuk izin ke kampus. Dengan perasaan serba salah ia meminta kedua orang tua dan kakaknya jika kebetulan menemui tamu yang mencarinya untuk bilang dirinya sedang tidur dan biarkan istirahat. Nyatanya, ia hanya sedang menghindari Amora dan Bima.
Terdengar suara ketukan pintu. "Aku masuk ya.. " Bima langsung membuka pintu kamar Melody.
Melody menoleh dengan terkejut. "Eh-hai Bim.. "
"Ck.. kamu kok sampe parah banget sakitnya, padahal masih ketawa-ketawa pas abis nonton.."
"Emangnya aku yang ngundang penyakit..." Melody mencibir. "Kamu sendiri..?"
"Sama Amora, dia dibawah bantu ibumu masak.."
Mulut Melody membentuk huruf O. Iya menganggukkan kepalanya mengerti.
"Matamu sembab, sakit banget ya kepalanya kemarin?" Bima menempelkan tangannya di dahi Melody.
Dengan cepat Melody menepis tangan Bima. Jangan pernah memperlakukanku terlalu baik.. membuatku jadi salah sangka! "Aku udah ga demam kok, udah enakan.."
Bima tersenyum "Syukurlah.. haha... Sepi kampus gak ada kamu"
"Cih, lebay!" Kata Melody sambil memukul bahu Bima. Laki-laki itu duduk di tepi tempat tidur. Wajahnya terlihat lebih lesu. "Kamu kenapa?"
"Aku di tolak..."
Melody mengernyit. "Amora nolak kamu?"
"Iya.. dan agak sedikit kikuk jadinya,tapi ya udahlah resiko.." kata Bima berusaha tersenyum.
Melody menghela nafas. Ia merasa curiga pada Amora. Cukup lama Bima dan Aurora mengobrol tapi Amora tidak juga naik ke kamar Melody. Akhirnya karena merasa sungkan, Bima pamit duluan. Setelah itu barulah Amora naik ke kamar Melody.
"Mel, kamu udah enakan..?"
"Kamu nolak Bima karena aku?" Tanya Melody terang-terangan.
"Aku~"
"Aku gatau pasti perasaan kamu... Tapi kalo kamu sampai bersikap kaku dan menghindar rasanya aku tahu kalo kamu juga menyukai Bima"
Amora memainkan ujung roknya dengan gelisah.
"Duduk sini, Mora.." Melody menepuk tepi tempat tidurnya. Ia tersenyum pada Amora yang melangkah perlahan kemudian duduk di samping Melody. "Kamu jangan merasa sungkan padaku.. aku sama sekali tidak keberatan.. aku tidak menyukai Bima"
"Mel.. aku tahu, kamu bohong.. aku tahu kamu pasti sangat menyukai Bima" Kata Amora. Wajahnya menatap Melody dengan serius.
Melody tertawa terbahak-bahak. "Ayolah Mora, kamu bisa menebak dengan lebih baik dari ini! Aku sama sekali tidak punya perasaan lebih dari sekedar sahabat pada Bima, jika iya mana mungkin aku enggak curhat sama kamu, kan?" Melody terus berdusta. Ia sengaja menyembunyikan perasaannya sejak lama, tidak ingin merasa canggung di hadapan Bima, jika ada yang tahu perasaannya.
"Kamu gak bohong kan?"
Melody tersenyum. "Sana kejar Bima, pasti belum jauh.." Ia mendorong lembut tubuh Amora.
Amora tersenyum lebar, matanya terlihat berbinar. Kemudian ia memeluk Melody "Terimakasih Mel.."
Melody berusaha tersenyum lagi. "Aku menunggu kabar bahagia kalian yaaa... "
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Melody Romansa
RomanceBlurb Melody Romansa Melody Romansa, bungsu dari dua bersaudara. Baru mengenal cinta saat di bangku kuliah, salah satu gadis yang mematahkan anggapan jika persahabatan murni bisa terjadi antara laki-laki dan perempuan. Ia telah jatuh cinta pada saha...