Bab 2 Imbalan

1K 99 6
                                    

"Bim, kamu gak apa-apa bayarin ini semua?"

Bima nyengir. "Tuh Mel, Amora lebih berperasaan dari kamu" Kata Bima sambil menunjuk Amora yang duduk di hadapannya.

Melody memeletkan lidahnya. "Ini kan imbalan tugas yang kamu salin" Kata Melody sambil terus menggerogoti Iga di tangannya.

"Haish..dasar Jejadian"

Amora tertawa kecil melihat tingkah keduanya. "Kalian ini, udahlah pacaran aja"

"Mustahil!" Sahut Melody dan Bima bersamaan.

Lalu ketiganya saling berpandangan dan tertawa.

Amora kemudian memundurkan kursinya. "Aku cuci tangan duluan yaa.."

Keduanya mengangguk.

"Mel, Amora emangnya ga punya pacar? Ko main bareng kita terus sih?"

Melody menggelengkan kepalanya. "Kenapa emangnya naksir?"

Bima berdecak "Apaan sih.. hah kamu nih kalo makan belepotan" Bima sedikit bangun dari kursi, jemarinya menyapu sudut bibir Melody.

Deg! Jantung Melody berdebar. Ia sedikit salah tingkah. "Jorok ah tanganmu juga bekas makanan" Kata Melody menepis tangan Bima.

Wajah Bima berkerut. "Gak ada manis-manisnya"

"Emangnya Gula, manis... Huh" Melody sok memalingkan wajahnya.

Tanpa disadari keduanya, Amora tersenyum melihat tingkah mereka berdua saat menuju kursinya. "Kalian mau sampai kapan makan terus.. sebentar lagi film nya mau tayang"

"Mubajir Mora, masih lima belas menit lagi" Kata Melody, lalu ia menunjuk gelas jus Amora. "Habiskan minumanmu, jangan dibuang-buang begitu ah"

Amora menghela nafas. "Tapi aku kenyang..."

"Sini biar aku yang abisin" Bima menarik gelas jus Amora dan langsung meminum habis tanpa sedotan.

"Hehehe makasih Bima" Amora tersenyum sambil membentuk jari telunjuk dan jempolnya isyarat love ala Korea.

Bima seolah menangkap love itu dan memasukkannya ke saku lalu tersenyum.

"Haish... Kalian menjijikan hahahaha" Melody mengernyitkan dahinya tak percaya. Lalu mereka tertawa.

Setelah selesai makan, mereka segera menuju bioskop. Melody dan Bima meminta Amora menunggu di sofa sementara keduanya membeli camilan dan minuman.

Bima mengusap puncak kepala Melody. "Ada ketombe Mel"

Melody menginjak sepatu Bima kesal. "Mana mungkin, brengse*"

"Hahaha.. abisnya kamu bengong"

Melody mencibir. "Siapa yang bengong"

"Kamu tuh kayak baru temenan sehari aja..." Kata Bima sambil menyenggol bahu Melody. Keduanya masih berdiri dalam antrian counter Snack.

"Kamu lihat Amora? Kata Melody sambil memandang Amora yang duduk tidak jauh dari pintu studio. "Pusat perhatian dimana saja karena kecantikannya yang bak Dewi"

"Terus?"

"Aku seperti pelayan jika berjalan di sampingnya"

Bima menyentuh kedua sisi wajah Melody. "Kamu jauh lebih menarik dari Amora, kamu juga sangat cantik, manis dan tidak membosankan"

Melody tertegun ketika matanya beradu dengan Bima. Keduanya sempat terdiam selama beberapa saat. "Lepaskan.. bodoh" gumam Melody.

Bima segera melepaskan tangannya dari wajah Melody. "Hahaha.. sayang nya kamu kasar..."

Melody langsung menyikut perut Bima.

"Aduhduh... Kan?" Kata Bima sambil mengumpat.

"Silahkan pesanannya..." Kata seorang karyawan sambil menyodorkan 2 popcorn dalam wadah besar dan tiga cup XtraLarge Cola.

Keduanya langsung menghampiri dan mengucapkan terimakasih.

Mereka duduk berjejer dengan Melody yang duduk di bangku tengah antara Amora dan Bima. Film yang mereka tonton adalah film action favorit pilihan Melody. Di pertengahan film, tiba-tiba tangan Bima menggenggam tangan Melody. Membuat jantung Melody berdebar. Bahkan ia melupakan filmnya karena sibuk merasakan debarannya.

Setelah nonton, mereka langsung pulang. Bima mengantarkan Amora lebih dulu karena jarak paling dekat adalah rumah Amora baru kemudian rumah Melody.

"Lain kali beneran karaokean aja ya.. jangan nonton doang" Kata Amora sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Wah memangnya aku mesin ATM kalian..." Bima menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya.

Amora dan Melody tertawa bersamaan. "Udah masuk Mora, bye Moraa.." Melody melambaikan tangannya ke arah Amora. Melody dan Bima menunggu sampai perempuan itu masuk ke dalam rumahnya.

"Mel, pindah depan lah.. emangnya aku supir"

"Hahaha.. iya iya hampir aja lupa, berasa naik grab" Kata Melody sambil beranjak turun dari kursi penumpang dan pindah ke samping Bima.

"Mel.. "

"Apa?"

Bima menatap wajah Melody dengan serius. Ia hendak mengeluarkan kata-kata tapi kemudian ia kembali melemparkan pandangannya ke jalanan. Dan mulai memacu mobilnya.

"Apaan sih? Gak asik..."

Bima menghela nafas dan tidak menjawab pertanyaan Melody. Kemudian tidak sampai lima belas menit, mobil sudah berhenti di depan rumah Melody. Ia kembali memandang Melody. "Ada yang mau kubicarakan"

Melody menatap wajah Bima terkejut. Ketika lelaki itu mencondongkan tubuh padanya, membuat matanya terpejam ketika wajah Bima mendekat.

"Kenapa Mel?"

Melody membuka matanya. Ternyata Bima hanya membantunya melepaskan sabuk pengaman. "He-eh.. apa apa? Kamu tadi mau ngomong apa?"

"Iya... Aku pengen ngomong sesuatu sama kamu.. tapi aku takut nanti ada yang berubah, kita gak kayak dulu lagi... " Kata Bima tiba-tiba serius.

Jantung Melody berdebar. Inikah saatnya? Melody membatin. Sebenarnya Melody sudah menyadari perasaannya pada Bima sejak lama. Ia sangat menyukai Bima, tapi selama ini ia menahan diri karena takut hubungannya merenggang. Bima adalah sahabat yang sangat perhatian, memperlakukan Melody dengan lembut tapi tidak berlebihan. Sosok yang bisa dijadikan tempat untuk mengadu sekaligus berbagi. Sosok yang selalu ada ketika Melody butuh pertolongan. Sosok yang bisa membuat dirinya tetap menjadi diri sendiri dan percaya diri.. Bertepuk sebelah tangan adalah bukan yang paling ia takutkan, selama dirinya bisa menyimpan rapat perasaannya. Tapi Yang paling ia takutkan adalah, jika dirinya tidak bisa kembali bersahabat setelah putus.

"Mel.... Aku..." Bima menarik kedua tangan Melody dan menggenggamnya.

"Aku juga.. aku ingin mengatakan sesuatu padamu.."

"Oya? Hmmm... Tapi aku duluan ya!"

***

Melody RomansaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang