"Ini pas buatmu" Librani memberikan setelan berwarna hitam pada Melody.
Melody mendorong kembali setelan yang di arahkan padanya. "Aku tidak nyaman dengan rok dan harganya juga mahal... "
"Cobalah dulu, lagipula aku yang belikan" Librani kembali menyodorkan setelan kerja wanita itu pada Melody. "Sekalian pilih beberapa stel dan coba satu per satu"
Melody menatap Librani, kedua alisnya tertaut.
Librani berdeham "Jangan mikir macem-macem, ini supaya kamu tampil enak dilihat.. mulai besok kamu kan ikut meeting denganku diluar, jadi jangan buat malu"
Melody cemberut, kedua matanya menyipit. Ekpresi nya kesal menantang Librani. "Ya ya ya... Lihat saja nanti..." Melody berbalik meninggalkan Librani dan memilih beberapa setelan. Ia sengaja memilih yang harganya cukup mahal. Kemudian ia masuk ke dalam ruang ganti.
Seorang pramuniaga mengetuk pintu ruang ganti. "Sudah selesai mba? Ada kesulitan?"
Melody membuka slot kunci pintu ruang ganti dan melangkah keluar. Ia mengenakan rok diatas lutut berwarna hitam dengan blouse terbuka yang hampir memamerkan belahan payudaranya yang tinggi. Dengan agak kesulitan ia mengancingkan bagian atas blazer yang tepat berada dibawah dada.
Spontan Librani berdiri dan menghampiri Melody. Menyudutkan perempuan itu ke pintu ruang ganti. Ia mengurung tubuh Melody. Membuat pramuniaga salah tingkah dan langsung berbalik meninggalkan keduanya. Nafas Librani terasa hangat menerpa dahi Melody. "Setelan ini terlihat jelek, ganti.."
Melody menengadah "Ini setelan yang bapak Pilih tadi"
Librani menghadapkan wajahnya ke samping. "Ya ternyata aku salah, ini terlihat buruk, bahkan betismu seperti lobak"
Melody berdecak kesal. Ia menginjak sepatu Librani dan mendorong dada bidang lelaki itu. Kalau kau bukan bosku, sudah kubanting! "Minggir..." Melody mendengus. Ia kembali masuk ke ruang ganti dan membanting pintunya dengan keras. Akhirnya ia mencoba setelan blazer dan celana panjang. Ia kembali menunjukkan kepada Librani setelah mengepasnya.
"Itu lebih bagus" Librani tersenyum puas. Ia akhirnya memilihkan empat stel blazer yang masing-masing sudah di coba oleh Melody dan juga sepasang sepatu wanita untuk Melody. Sampai di kasir, diam-diam Melody menukar sepasang blazer yang lain dengan setelan cardigan plus rok. Ia kesal karena ejekan Librani dan ingin membuktikan bahwa ia tidak seburuk itu.
"Sekarang kita makan malam"
"Saya pulang duluan pak.."
"Dih enak banget, udah dibelanjain malah pulang duluan... "
"Saya gak minta loh ya.. bapak ambil aja semua, jual atau kasih staff bapak yang lain..."
Librani menatap Melody kesal. "Kamu ada acara?"
Melody menggeleng.
"Habis makan aku antar pulang" Librani mengambil semua kantong belanja dari tangan Melody. Sedangkan tangannya yang bebas menarik pergelangan tangan Melody. "Aku tahu tempat makan enak"
"Akan jadi bahan gunjingan kalo tiba-tiba ada yang lihat saya sedang bersama bapak"
"Siapa? Jarak dari kantor ke sini aja jauh banget Mel..." Librani tertawa kecil. "Aku ini sudah lama mengenal kamu dan keluargamu, jangan sungkan"
Melody terpaksa mengikuti langkah Librani. Pantas saja Pak Librani sengaja mengajak pergi ke mall yang jauh dari kantor.. ternyata agar tidak ada karyawan lainnya yang melihat mereka.. huft.. aah.. kenapa rasanya sedikit kecewa..?
Melody dan Librani masuk kedalam restoran. Librani memilih tempat duduk yang berada di luar ruangan kaca, pemandangan kota malam hari menyambut keduanya. Librani memesan dua porsi steak terbaik dari menu restoran.
"Melody!"
Melody menoleh. "Amora?"
"Iiih bener kan kamu" Amora berlari menghampiri Melody dan memeluknya. "Kamu sesibuk apa sih sampe susah banget diajak ketemuan.. huhu.. aku kangen"
Melody tersenyum. Ia mengusap kepala Amora. "Iya maaf ya Mora.. kamu sama siapa?"
Amora melepaskan pelukannya. "Aku abis beli buku, tempat magangku di sebelah mall.. eh maaf ya tadi aku liat kamu di luar main ngejar aja.. pacar kamu?" Amora berbisik.
"Kamu gak kenal?"
"Eh?" Amora meluruskan tubuhnya dan menatap ke arah Librani. Mulutnya menganga lebar. "Kak.. Ibra..?"
Librani tersenyum "Kalian masih aja gak berubah ya.."
Amora hampir menjerit kegirangan. Ia berusaha menahan diri dan langsung duduk di samping Melody. "Aku ikut makan ya!"
Melody tersenyum. Pak Librani adalah cinta pertama Amora.. ya, mata itu mata penuh cinta khas Amora.. tapi, Amora juga menatap Bima dengan pandangan itu.. hmm.. hanya cinta pertama di masa lalu, ya kan Mora? Melody mengalihkan pandangannya ke arah Librani yang sedang tersenyum menanggapi tingkah canggung Amora.
"Kamu mau pesan apa?"
"Samakan saja dengan Melody.."
Librani memanggil seorang pramusaji dan memesan satu porsi steak dan segelas minuman tambahan.
Tidak lama pramusaji lain datang dan mengantarkan pesanan Melody dan Librani. Lelaki itu membantu membersihkan garpu dan pisau dengan tissue lalu memberikan pada Melody.
"Makasih Pak..." Gumam Melody.
"Pak? Kamu ko manggil Kak Ibra gitu sih? Kayak sama siapa aja.."
Librani tersenyum. "Ini di luar kantor ada benarnya kamu manggil biasa aja Mel..."
"Enggak ah, rasanya canggung.. lagipula kan lebih sering ketemu di kantor.."
"Hish.. kalian mengabaikanku... Gimana sih maksudnya??"
Melody tertawa lalu menceritakan semuanya pada Amora.
"Kak Ibra kok pilih kasih.. tempat magangku jauh banget kak dari rumah... Gada posisi magang lagi kak?"
"Hmmm... Gimana ya"
"Yah... Kak Please.. ayo dong kak.."
Librani tersenyum. "Kamu udah besar masih merajuk.. " Librani sedikit mencondongkan tubuhnya lalu mencubit pipi Amora lembut. "Kamu masih seperti anak kecil yang kukenal, ya beda sama yang sampingmu itu"
Melody tertawa sebal. Ia meneguk minumannya sambil membuang muka. Seperti mengalami Dejavu ketika bersama Bima, tapi rasanya tidak sesakit itu. Kemudian Melody kembali memakan sisa steiknya sambil sesekali memainkan handphonenya. Sekarang ia jadi merasa seperti orang ketiga. Nyatanya Amora yang pendiam sangat cerewet malam ini. Banyak sekali pertanyaan yang ia utarakan pada Librani, karena lebih dari 6 tahun tidak bertemu.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Melody Romansa
RomanceBlurb Melody Romansa Melody Romansa, bungsu dari dua bersaudara. Baru mengenal cinta saat di bangku kuliah, salah satu gadis yang mematahkan anggapan jika persahabatan murni bisa terjadi antara laki-laki dan perempuan. Ia telah jatuh cinta pada saha...