Bab 12 LIBRANI

1.9K 175 28
                                        

LIBRANI

(Flash back)

“Kamu naik duluan aja, aku ke warung sebentar,” kata Tama dari dekat pintu ruang tengah.

“Oke.” Librani berjalan menaiki tangga. Ia melewati kamar Melody. Pintu kamar berwarna pink itu tertutup rapat. Librani sempat menghentikan langkahnya. Librani tersenyum menatap foto Melody yang terpampang di pintu. Melody adalah cinta pertamanya... Librani jatuh cinta pada untaian kisah Melody yang diceritakan Tama. Bahkan sebelum bertemu sosok itu, Librani sudah jatuh cinta. Tapi usia yang berjarak, membuat Librani harus bungkam. Ia kembali melangkah dan masuk ke dalam kamar Tama. Langkahnya terhenti. Librani menatap seorang gadis usia belasan sedang membaca sebuah komik di kamar Tama, sahabat baiknya.

“Melody?”

“Ah...” Melody meletakkan buku komik Tama kembali ke tempatnya. “Ssst... jangan bilang kakakku ya kalau tadi aku baca komik tanpa izinnya.” Melody menarik ujung jaket Librani. Wajahnya terlihat memelas.

Librani tersenyum. Tangannya mengusap puncak kepala Melody. “Tenang saja.”

Melody tersenyum lega. “Terima kasih, Kak!” Kemudian perempuan itu keluar dari kamar Tama, ia berlari cepat menuju kamarnya sendiri, takut berpapasan dengan kakaknya di selasar.

Librani mengintip ke luar kamar. Matanya lekat menatap Melody sampai perempuan itu masuk ke dalam kamarnya.

***

“Wah! Kak Ibra bawa cokelat, yaa! Moraa mau dong, Kak!”

Librani tersenyum canggung. “Ah, ini sebenarnya....”

“Oooh... buat pacar Kak Ibra ya...” raut wajahnya menunjukkan kecewa.

Melody datang menyenggol tubuh Amora. “Kamu ngapain, sih? Bikin malu tau!”

Librani menatap Melody dan Amora bergantian. “Kalian mau?”

Melody menggeleng. “Nggak kok Kak, Amora emang celamitan, padahal dia udah banyak dapet cokelat di sekolah.”

Amora mencubit bahu Melody sampai gadis itu mengaduh. “Kamu juga kan dapet banyak, Mel!”

Melody dapat banyak cokelat valentine? Cih, anak SMP aja pacaran? Librani membatin. "Ya udah, ambil aja cokelatnya,” kata Librani kesal, “tapi kalian berbagi ya,” lanjutnya sambil memberikan cokelat di tangannya pada Amora. Sebelumnya Librani memang berniat memberikan cokelat itu pada Melody, tapi ternyata kepergok Amora.

“Terima kasih, Kak Ibra!” Amora tersenyum. “Cokelatku makin banyak deh, tapi dari Kak Ibra yang paling spesial, pasti kusimpan.”

“Inget, dibagi dua, Mora....”

"Sayang, Kak, Melody kan alergi cokelat. Cokelat Melody aja dikasih semua ke Kak Tama, ya kan, Mel?”

Librani terperangah. Apa?

“Iya, Kak, aku alergi cokelat, tapi terima kasih, ya.” Melody tersenyum. Kemudian ia menyeret tubuh Amora menjauhi Librani karena Amora selalu terlihat genit di depan Librani dan membuatnya malu.

Librani menatap kepergian Melody dengan perasaan campur aduk. Rasanya seperti melakukan perbuatan sia-sia. Ia mengacak rambutnya dengan kesal.

***

Dari balkon kamar Tama, Librani bisa melihat jelas Melody. Ia sedang belajar bersama Amora, sahabatnya. Pandangan mata Librani jelas terarah pada Melody, tapi yang mengulas senyum dan melambaikan tangan padanya adalah Amora. Sungguh, gadis lugu itu tidaklah sensitif.

Hampir setiap hari Librani main ke rumah Tama dengan niat lain. Tapi, ia hanya bisa melihat Melody dari jauh. Sungguh tidak pantasnya ia menyukai perempuan yang bahkan belum genap berusia 13 tahun, anak kecil yang mengalihkan dunia Librani, sejak bertahun lalu, ketika pertama kalinya ia ke rumah Tama.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 25, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Melody RomansaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang