Bab 4 Patah Hati

833 103 6
                                    

Sudah hampir dua Minggu sejak ia kembali kuliah dengan perasaan yang berbeda. Bahkan patah hati rasanya seperti tertimpa bencana. Melody harus terlihat ceria ketika mereka pergi bertiga. Ikut tertawa dengan candaan yang sebenarnya tidak lagi ia mengerti. Terkadang ia bersembunyi hanya untuk menangis...

"Aku duluan yaa... Nyamuk banget gangguin kalian, lain kali kalian kan bisa kencan tanpa aku" Kata Melody sambil beranjak dari kursinya.

Amora menarik tangan Melody. "Kok gitu sih Mel, kamu mau kemana emangnya?"

Melody melepaskan tangan Amora lembut. "Perpus, ada beberapa buku yang aku butuhkan.. duluan ya!" Kata Melody sambil mengumbar senyum pada Amora dan Bima.

Bima menyambut dengan acungan jempol. Sedari tadi ia sudah memberikan kode pada Melody agar meninggalkan dirinya dan Amora agar bisa berduaan. "Dadah Melody.. yang rajin ya.."

Melody mencibir. "Jangan harap bisa menyalin tugasku lagi!" Kata Melody memaksakan tertawa. Kemudian ia berbalik dan segera menuju perpus. Tempat yang kini ia jadikan pelampiasan tangisnya. Ia memilih meja bersekat dan menundukan kepalanya di atas meja. Berusaha menangis tanpa suara. Perpustakaan cukup sepi di hari Sabtu, karena tidak banyak mahasiswa yang memiliki jadwal kelas. Melody menghela nafas, ia menyeka air mata dengan kaos nya. Kemudian ia beranjak menuju rak, mulai mencari buku-buku yang ia butuhkan, sampai tiba-tiba ia merasa ada yang menyentuh pundaknya, dengan sigap ia memasang kuda-kuda, menarik lengan kemeja lelaki itu sedangkan kaki kanannya menekan kaki laki-laki itu, kemudian ia membanting nya sambil berteriak panik.

Laki-laki itu terbaring di bawah Melody dengan tangan terjulur ke atas. Tangannya memegang sapu tangan. Wajahnya terkejut. "Aku hanya.. mau menawarkanmu sapu tangan..."

Melody menutup wajahnya karena malu. Ia membungkuk dan memohon maaf berkali-kali. Lelaki itu sangat tidak asing. "Ya ampun.. pak dosen maaf.. maaf banget, aku kira orang jahat pak, maaf..." Kata Melody sambil berlutut di samping lelaki itu. "Tapi... Saya juga bukan anak cengeng, pak"

"Gimana gak cengeng, hampir tiap hari ke perpus cuma numpang nangis.."

Melody menganga terkejut. Kemudian ia berbisik "Pak jangan bilang-bilang ya.. aduh jangan sampe jadi gosip pak.."

Librani tersenyum. "Ini lap muka mu, kusam karena bekas air mata..." Kata Librani sambil menyodorkan sapu tangannya.

Melody menatap Librani sejenak, kemudian ia mengambil sapu tangan dari Librani. "Makasih.. dan maaf ya pak... "

"Kakak kamu apa kabar?"

"Hah?"

"Tama apa kabar?"

"Bapak kenal Kakak saya?"

Librani mengacak-acak rambutnya disisir klimis. Lalu tersenyum ke arah Melody.

"Ya ampun... ini Kak Ibra? Eh maaf Pak Ibra " Melody mulai mengingat laki-laki di hadapannya. "Pantesan kayaknya pernah lihat dimana gtu...hehe maaf ya aku lupa.."

"Kalo di luar panggil kakak aja"

"Ini kan di kampus, hehe" Kata Melody mengoreksi Librani.

Librani mengusap kepala Melody. "Kalo ada masalah, kamu bisa cerita pada kakakmu, dia akan sedih kalo tahu adiknya punya masalah .."

"Jangan bilang-bilang kak Tama ya..." Melody menarik bagian depan kemeja Librani.

Librani menelan ludah. Ia berdeham "Iya aku tidak akan bilang, sudah lanjutkan cari bukunya, saya ada urusan..."Kata Librani setelah menepis tangan Melody dari kemejanya. Kemudian ia beranjak meninggalkan Melody sambil sesekali mengusap pingganya, membuat Melody merasa tidak enak.

"Huft.. dasar apes..." Gumam Melody sambil menarik kursinya dan kembali menundukkan kepala di atas meja. Ia kemudian menopang dagunya. Memainkan sapu tangan Librani yang baru ia sadari lupa dikembalikan. Bisa-bisa aku melupakan Kak Ibra! Sahabat kental kak Tama yang suka datang kerumah dengan banyak hadiah... Bahkan dulu Amora sangat menyukai Kak Ibra, dan diam-diam mengidolakan orang itu..hhh... Mungkin karena Kak Ibra sekarang terlihat semakin dewasa..

**

Melody nyelonong masuk ke kamar Tama ketika tahu kakak nya sudah pulang kerja. "Kak, ada salam dari Kak Ibra..."

"Hah? Ngapain titip salam? Gila kali tuh orang"

"Loh kakak musuhan?" Alis Melody bertaut. "Oooh... Pantesan aja Kak Ibra udah lama banget jarang main kesini.."

"Ck, sok tau banget nih anak... Dia tuh sibuk, banyak kerjaan Mel, emangnya pengangguran"

"Dih sibuk apaan, paling dia ngajar beberapa sks doang Kak"

Tama menggelengkan kepalanya. "Aneh emang tuh orang...gak ngerti prioritas.. Udah sana, Kakak mau istirahat" Tama mendorong tubuh Melody keluar dari kamarnya.

"Haish.. kak Tama nyebelin! Ngomong gak jelas" Kata Melody sambil menendang pintu kamar Tama kesal.

"Melody!!" Tama protes dari dalam kamarnya ketika mendengar suara tendangan pada pintu kamarnya.

Melody langsung berlari masuk ke dalam kamarnya. Masih banyak yang ia ingin tanyakan soal Librani, tapi sepertinya harus ia telan dulu pertanyaan-pertanyaan itu.

Handphone nya berdering. Nama Bima menggantung di layar. Melody menghela nafas. Membiarkan dering itu berakhir dengan sendirinya..

***

Melody RomansaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang