Bab 9 Cemburu?

1K 122 5
                                    

Melody memandangi keyboard PC nya. Semalam, Librani mengantarkan dirinya dan Amora pulang. Amora dengan terus terang meminta pada Melody agar ia duduk di samping Librani. Rasanya sangat tidak mengenakan, ia seperti melihat wanita yang sedang jatuh cinta. Bahkan mata Amora terlihat berbinar ketika menatap Librani. Ia sangat merasa bersalah pada Bima. Tapi ia tidak bisa juga membicarakan pada Bima tentang hal semalam...

Librani meletakkan berkas di atas meja Melody. "Fokus dong kalo kerja"

Melody menengadah. "Ah.. maaf pak, apa yang bapak minta?"

"Setengah jam lagi kita berangkat, kamu sudah siapkan file nya?"

"Sudah pak.." Melody mengeluarkan flashdisk dari laci mejanya. Kemudian ia memegang juga map yang sebelumnya diletakkan di sampingnya.

"Ya udah.. aku ke bagian HRD dulu setelah itu langsung ke mobil... Nanti kamu langsung turun saja"

Melody menganggukan kepalanya. "Baik Pak.." HRD? Apa Pak Librani benar-benar akan mengurus permintaan Amora? Hhh... Ya Amora memang cantik dan menggoda.. rambut ikal pendeknya membuat wajahnya yang kecil terbingkai sempurna. Bahkan semalam penampilan tidak seperti anak magang. Ia mengenakan dress babyblue diatas lutut dan mengenakan cardigan putih... Bahkan penampilan cantik Amora melekat di benaknya. Mungkinkah Pak Librani menyukainya? Akankah..? Melody mengusap wajahnya sambil tertawa kecil. Itu bukan urusanku...

Melody menenteng map dan memasukkan Flashdisk nya ke dalam saku blazer. Ia ke luar ruangan dan berjalan menuju lobi.

"Mel.."

"Hai Bim.."

"Kamu mau keluar?"

"Iya ada rapat dengan beberapa pimpinan perusahaan.. aku akan jadi notulen" Kata Melody sambil mengarahkan telunjuk ke dirinya sendiri.

"Pulang bareng yuk nanti? Aku pengen ngobrol... Amora sibuk juga magangnya, semalam aku telepon gak diangkat"

Melody menatap wajah Bima yang terlihat murung. Amora dan Bima adalah sahabatnya.. Tapi lidahnya kelu, ia tidak bisa begitu saja menceritakan kejadian semalam. "Aku gak bisa malam ini, mungkin weekend aja ketemu bertiga, gimana?"

"Oke deh boleh... beneran ya weekend?"

Melody mengangguk.

"Oiya, kamu... terlihat lebih cantik, tumben pake setelan gini?" Bima memperhatikan Melody, matanya menelusuri setelan blazer dan celana panjang yang perempuan itu kenakan. "Elegan Mel, ga kayak anak magang"

Melody tersipu. "Hahaha iyalah sekali-kali..."

"Langsung deh Gede Kepala...ya udah aku bilangin Amora nanti soal ketemuan.. em, good luck ya!"

Melody tersenyum "Iya thank you.. duluan yaaa.."  Kata Melody sambil menepuk lengan Bima, tapi kemudian Bima menangkap tangan Melody dan menggenggamnya.

"Rasanya udah lama ga megang tangan kamu,Mel.."

Melody menarik tangannya lalu menepuk kepala Bima. "Gelo!"

Keduanya tertawa ringan, lalu saling pamit pergi. Melody berjalan ke loby bawah. Ia menunggu dekat pintu masuk Gedung. Tidak lama mobil Librani berhenti di hadapannya. Melody membuka pintu depan mobil dan segera duduk di samping sopir. Ia tersenyum sekilas ke arah Librani sebelum menutup pintu mobil.

Hening. Tidak ada obrolan berarti dari sejak berangkat hingga sampai di lobi parkir gedung Sudirman. Melody turun dan berdiri menunggu Librani. Setelah lelaki itu turun, Melody berjalan di belakang Librani. Tapi kemudian, Librani bergeser dan menyamakan langkah dengan Melody. "Kenapa kamu duduk didepan?"

"Bukankah aneh kalo saya duduk di belakang bersama anda?" Melody menjawab tanpa menoleh.

"Begitukah?" Librani bergumam. "Rasanya tidak enak mengobrol formal denganmu"

Melody tidak mengindahkan perkataan Librani.

Keduanya berjalan menuju resepsionis dan diantarkan ke ruangan meeting di lantai delapan. Meeting berjalan lancar. Dan selesai sebelum waktu makan siang.

"Kita makan siang dulu sebelum ke kantor"

"Kalo begitu, saya duluan pak" Melody tersenyum. "Silahkan jalan Pak Nano.." Kata Melody sambil menutup pintu mobil. Tapi kemudian jendela mobil terbuka.

"Masuk Mel.." Kata Librani dengan suara parau.

Melody tersenyum. "Saya duluan pak" Kata Melody. Ia segera berjalan meninggalkan mobil. Melody tahu, atasannya tidak mungkin turun dan memaksanya masuk ke dalam mobil, bahkan di depan banyak orang.

"Aku bilang, masuk.." Librani menarik pergelangan tangan Melody, membuat perempuan itu menghentikan langkahnya dan berbalik. "Jangan memaksaku untuk mempermalukan kita berdua..."

Melody menggigit bibir bawahnya. Ia berjalan melewati Librani dan masuk ke mobil.

Librani menghampiri jendela mobil Pak Nano yang terbuka. "Bapak turun aja, biar saya yang bawa mobil" Librani mengeluarkan beberapa lembar uang seratus ribu. "Langsung pulang aja, saya nanti bawa mobil sendiri dari kantor"

"Baik Pak... " Nano tersenyum sumringah. "Permisi ya mbak Melody.." kata Pak Nano dengan aksen Sunda yang kental.

Melody tersenyum sungkan. Kemudian membuang muka saat Librani masuk ke dalam mobil.

Librani melajukan mobilnya. "Kamu seharian bersikap terlalu formal padaku.. "

Melody hanya diam.

"Kamu cemburu?"

Melody langsung menoleh. "Cemburu? Siapa sama siapa?"

"Kamu, cemburu pada Amora dan aku semalam" Librani menjawab tanpa sungkan.

Melody tertawa. "Jangan mengada-ada.. suasana hati saya sedang buruk, itu saja.."

"Kekanakan.."

Melody menatap Librani cemberut. "Saya enggak cemburu sama sekali, aneh.."

"Iya sama saja kekanakan.. masalah pribadimu tidak bisa di campur aduk dengan situasi kerja seperti hari ini, tidak profesional.. "

Melody menelah ludah. Yang dikatakan Librani memang benar, ia tidak profesional... Bahkan nyatanya ia merasa bad moood tanpa alasan yang jelas  "Maaf Pak.."

"Kumaafkan" Jawab Librani cepat. "Asal kamu ikut makan siang sebelum ke kantor.." Sambungnya kemudian.

"Berarti bapak juga kekanakan, memaksakan kehendak, bahkan menemani bapak makan siang bukanlah tugas saya"

Librani menghela nafas. "Kamu itu... Ah sudahlah, kita langsung ke kantor"

Melody menyembunyikan senyum kemenangannya. Sepanjang perjalanan ia memandang jalanan dari kisi jendelanya. Ia merasa bersalah pada Bima, seharusnya begitu... tapi ada rasa lain yang membuatnya kesal...

***

Melody RomansaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang