Melody berdiri terpaku di tempatnya. "Saya hanya anak magang, Pak.."
"Bersikap biasa ajalah Mel.." Librani beranjak dari kursinya. Ia mengambil buku yang dipeluk Melody dan meletakkannya di meja kosong dekat mejanya sendiri. "Kamu akan bekerja di ruanganku.. aku akan mengajarimu dengan baik, anak magang.."
"Bapak bercanda kan?"
Kedua alis Librani bertaut. Ia menunjuk meja kerja kosong. "Apa terlihat bercanda? Asistenku sedang cuti melahirkan dan ini dilakukan mendadak sehari sebelumnya... karena kamu juga banyak di referensikan, kurasa kamu bisa membantuku sementara mengisi kekosongan asistenku, atau... Kamu hanya mahasiswi bodoh..?"
Melody berdecak kesal mendengar kata bodoh keluar dari mulut orang yang bahkan tidak begitu mengenalnya. "Hhh... Baiklah baiklah, aku akan menggantikan tugas Aspri Bapak untuk sementara ini, dan lihat betapa handalnya aku!" Kata Melody kembali menggunakan kalimat santai.
Librani terkekeh."Kamu bisa lihat jadwalku per hari ini dalam folder tugas di PC, tugasmu menyiapkan setiap hal yang kubutuhkan"
Melody tersenyum sinis. "Baik, pak!" Kata Melody tidak membantah. Ia mulai menyalakan PC dan mulai mencari file yang di maksud dan mempelajarinya. Ia menyiapkan berkas-berkas yang harus di tandatangani oleh Librani. Bahkan Asisten Pribadi Librani mencatat dengan detail pekerjaannya, sampai memberikan cetak tebal... Melingkari dan memberikan note agar tidak membuat kesalahan pada bosnya... apakah ia begitu takutnya pada Librani? Catatan ini seperti sebuah modul panduan yang ditinggalkan untuknya. Bagaimana bisa dalam satu hari asisten pribadi ini menyiapkan begitu detail bahkan saat mendadak cuti melahirkan?
***
"Kudengar kamu pindah divisi?" Bima memainkan makanan sebelum menyendoknya.
Melody menganggukan kepalanya. Handphone nya berdering "Haish... Dasar menyebalkan, dia tidak bisa membiarkanku makan dengan tenang!" Melody meletakkan sendok nya kemudian menerima panggilan di handphone nya. "Iya pak saya segera ke ruangan."
"Siapa?"
"Bosku.. duluan ya Bim, aku ada kerjaan"
"Habiskan dulu makananmu, kerja gak ada tenaga.." Bima menarik pergelangan tangan Melody.
Melody menepisnya. "Suara bosku sudah cukup membuatku kehilangan nafsu makan Bim.. bye Bima"
Bima berdecak. Ia menatap Melody yang berlari kecil karena terburu-buru. Dengan kesal Bima melempar sendoknya. Kenapa aku begitu kesal?
Di sisi lain, Melody mencoba mengatur nafasnya ketika masuk ke dalam ruangan.
"Makan ya makan, gak usah pacaran.."
"Pacaran?" Melody bergumam dengan suara berbisik. "Laporan yang bapak minta tadi sudah aku letakkan di meja, ini loh pak.." Melody menunjukkan beberapa lembar kertas di meja Librani.
Librani membolak balik dokumen di atas mejanya, setelah selesai membaca ia membubuhkan tandatangan. "Kamu antar dokumen ini ke Pak Roni, setelah itu kamu kembali kesini"
Melody mengangguk "Baik Pak" Ia mengambil dokumen itu dan berjalan ke ruangan Roni, manager bagian perencanaan. Ia mengetuk pintu ruangan Roni.
"Masuk"
Melody membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan. "Permisi pak, ini berkas perencanaan untuk relokasi gedung F.."
"Oh iya terimakasih.. kamu Melody kan?"
Melody mengangguk. Kenapa aku merasa banyak yang mengenalku disini?
"Tama sering menyombongkan adiknya yang cantik.. dan kamu memang sangat cantik"
Melody tersenyum sumringah. "Makasih atas pujiannya Pak, hehe.. saya permisi.." Melody kembali ke ruangan Direktur. Ia menemukan dua buah onigiri di atas mejanya. Kemudian ia melirik ke arah Librani.
"Makanlah, tadi aku memanggilmu saat kamu makan siang.."
Melody mencibir. Bahkan ia tahu aku sedang makan tapi tetap memburu-buru waktuku! "Iya terimakasih pak" Kata Melody sambil membuka bungkusannya dan melahap salah satu onigiri itu, hanya tiga kali gigitan besar. Tanpa ia sadari Librani terus mengamatinya sambil tersenyum. Setelah itu ia kembali mengerjakan rangkuman meeting direksi yang ia catat selama meeting pagi. Setelah pekerjaannya selesai, ia melirik jam dan sudah waktunya untuk pulang.
"Kamu sekarang ikut aku" Librani berdiri di depan meja Melody.
"Jam kerjaku sudah selesai, pak"
"Ini perintah"
Melody menghela nafas. Ia beranjak dari kursinya dan berjalan mengekor di belakang Librani. Ketika lelaki itu keluar ruangan, staff yang duduk di meja depan ruangan langsung berdiri dan menyapa Librani dengan sopan. Bahkan saat menunggu di depan lift, staff-staff itu membiarkan Librani masuk terlebih dahulu dan mengosongkan lift untuknya.
"Kenapa berdiri disitu? Ayo masuk"
Melody melirik kiri kanan kemudian ia masuk ke dalam lift dengan canggung. Ia belum terbiasa dengan para staff yang terlihat sangat hormat pada Librani, bahkan lebih terlihat ketakutan... "Apa semua karyawan bapak terlihat sekaku itu..?"
Librani menunduk. Ia menatap wajah Melody yang terlihat gusar. Tinggi wanita itu hanya sampai kancing ketiga kemeja Librani. "Terlihat seperti itu kah?"
Melody mengangguk. "Apa bapak orang yang kejam dan mengerikan?"
"Menurutmu?"
Melody menggelengkan kepalanya. Ia memang belum begitu mengenal Librani di tempat kerja. Dan ia juga baru bekerja selama seminggu sebagai Aspri. Dan ia merasa Librani bersikap wajar selayaknya Bos pada bawahannya. Bahkan hampir setiap hari lelaki itu membawakannya sarapan, atau hadiah-hadiah kecil walaupun selalu diawali dengan kalimat angkuh yang tidak menyenangkan.
Librani tersenyum melihat reaksi Melody. Ia sangat ingin menyentuh perempuan itu, tapi Librani menahan diri, memasukkan tangannya ke saku celana.
Melody terus mengekor Librani sampai masuk ke dalam mobil. "Kita mau kemana, pak?"
"Aku akan memberikanmu setelan jas kerja.. lihat dirimu"
Melody melihat tubuhnya sendiri yang mengenakan kemeja putih dan celana panjang.
"Bahkan seluruh staff akan menyadari kamu adalah anak magang, bagaimana bisa aku membawamu rapat penting besok, bisa-bisa aku dihujat karena membawa anak magang"
Melody mengusap celananya. "Aku kan memang anak magang"
"Tapi tugasmu lebih berat dan penting dari sekedar tittle anak magang.." Librani menatap Melody. "Bertahanlah untuk beberapa saat.. bisa kamu gunakan sebagai referensi setelah lulus nanti, kan?"
Melody kemudian tersenyum. Ia bahkan tidak berpikir sampai sejauh itu. Sepertinya memang kak Tama adalah alasan kuat kenapa Pak Librani memilihnya sebagai pengganti asisten pribadinya yang cuti melahirkan. "Terimakasih banyak Pak.."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Melody Romansa
RomanceBlurb Melody Romansa Melody Romansa, bungsu dari dua bersaudara. Baru mengenal cinta saat di bangku kuliah, salah satu gadis yang mematahkan anggapan jika persahabatan murni bisa terjadi antara laki-laki dan perempuan. Ia telah jatuh cinta pada saha...