Melody melalui satu setengah tahun hidupnya dengan perasaan menderita karena masih memendam perasaannya pada Bima. Melody yang bodoh, memendam cinta pada pacar sahabatnya sendiri.
Tahun ini ia lebih banyak menghabiskan waktu sendiri dengan dalih banyak tugas dan sibuk mencari tempat magang. Pada akhirnya ia memang selalu menghindari Bima, bahkan sengaja menukar mata kuliah agar tidak sering satu kelas dengan Bima. Karena akan sulit membuatnya melupakan lelaki itu jika keadaan saja bahkan tidak punya peran untuk membantunya.
Melody akhirnya menerima surat panggilan magang di sebuah perusahaan, sebagai admin. Pekerjaan yang membuat nya harus menghabiskan lebih banyak waktu berkutat dengan data. Ia magang di sebuah perusahaan telekomunikasi. Jobdesknya lebih banyak berhubungan dengan data pelanggan dan pemetaan target.
"Kamu anak magang kan?" Tanya seorang perempuan berwajah oval, dan rambut diikat rapi.
Melody menganggukkan kepalanya. "Iya kak, nama saya Melody.."
Perempuan itu tersenyum. "Baik Melody, meja kamu di sebelah sana ya..." Ia menunjuk ke arah meja yang selisih tiga cubicle dari tempatnya berdiri. "Nama saya Sarah, kamu bisa tanya sama saya atau senior lain kalo ada yang belum kamu pahami... Setiap after lunch, bos biasanya kunjungan buat ngecek, paling nggak, kamu udah pelajari apa yang kamu kerjakan ya... Nanti kamu akan diberikan tugas oleh Rena"
Melody menganggukkan kepalanya. "Baik Kak Sarah, terimakasih banyak.. mohon bantuannya"
Sarah tersenyum. "Selamat bekerja.." Kata Sarah sambil mempersilahkan Melody untuk duduk di tempatnya sementara ia kembali pada pekerjaannya.
Melody mendapatkan referensi magang dari Tama. Sebenarnya ini adalah pilihan terakhir yang akhirnya dikirimkan oleh Melody. Karena dari empat perusahaan lainnya sudah penuh. Sangat kebetulan, akhirnya Melody memasukkan lamaran juga ke perusahaan ini dengan terpaksa. Tama sendiri bekerja satu lantai di atas ruangan Melody.
"Ini berkas yang diberikan oleh tim lapangan, kamu buka file dalam folder MCC" Rena menunjuk sebuah folder di layar komputer.
Melody melakukan yang diminta oleh Rena, karyawan yang menjadi salah satu mentornya selama magang.
"Kamu tinggal salin data dari berkas ini ke dalam kolom tabel yang kosong, untuk hasil finalnya akan otomatis terhitung karena sudah di setting rumusnya.."
Melody menganggukan kepalanya. "Baik kak.. "
"Ya sudah kalo ada kesulitan nanti bilang aja, soalnya harus teliti karena nanti berhubungan dengan panjang kabel optik yang harus dipesan untuk penggantian kabel sebelumnya"
"Baik kak, saya akan berusaha agar teliti"
Rena tersenyum "Gak usah tegang ya, hehe.."
Melody tersenyum. Kemudian segera memulai pekerjaannya sementara Rena sesekali memantau hasil kerja Melody.
Saat jam istirahat, Melody hanya duduk-duduk di loby. Ia merasa belum lapar. Sudah hampir 2 bulan ia tidak mengindahkan ajakan Amora ataupun Bima untuk sekedar pergi bersama. Ini semua salahnya, ia sendiri yang memutuskan untuk tidak mengakuinya.. maka ia harus menerima konsekuensi bahwa melupakan cinta pertama itu tidaklah mudah...
"Mel..?"
Melody menoleh. "Bima? Kamu... Magang di sini?"
Bima tertawa senang. "Iya.. kebetulan banget Mel... " Bima menghampiri Melody yang sedang duduk di sofa. "Ng.. udah lama ya gak ketemu"
Melody tersenyum kaku. Ia celingukan. "Amora juga disini?"
Bima tersenyum masam. "Enggak, kemarin kita sebenarnya masukin lamaran bareng di beberapa perusahaan, tapi ya ternyata disini full kuota juga ya udah.. kebutuhannya beda juga sih"
Melody mengangguk-anggukan kepalanya. Suasana terasa lebih canggung dari biasanya.
"Kamu... Mmm apa aku berbuat salah padamu..?"
"Hah? apaan sih Bim" Melody mengelak.
"Aku.. merasa kamu belakangan ini selalu menghindar.. aku merasa kehilangan..sahabat"
Melody tertawa. "Haish... Yang benar saja, masa aku harus selalu ada menemani kalian kencan?"
"Bukan itu maksudku..."
"Lalu maksud kamu apa?" Melody menatap mata Bima mencari jawaban.
Bima menghela nafas. Ia kemudian memalingkan wajahnya. "Sudahlah..."
"Hey si Cengeng!"
Melody menengadah ketika seorang lelaki berdiri di hadapannya. Melody langsung cemberut. "Pak Librani?"
"Cengeng?" Dahi Bima mengernyit menatap keduanya bergantian.
Melody menggelengkan kepalanya dengan canggung."Permisi dulu ya Bim" Melody berdiri dari kursinya dan menarik lengan Librani menjauh membawanya berjalan melewati Selasar. Meninggalkan Bima yang menatap dengan ekspresi bingung.
"Hmmm... laki-laki yang membuatmu menangis kan?" Librani menatap Melody sambil tersenyum. Tangannya masih ada dalam genggaman Melody.
"Bapak tuh kayak hantu, ada dimana aja... Astaga..." Kata Melody sambil melepaskan tangan Librani. Keduanya berdiri berhadapan.
"Memangnya kamu gak tahu siapa aku?"
"Bapak magang juga disini? Emangnya bisa?"
Librani menoyor kepala Melody. "Sembarangan..."
Tiba-tiba seorang karyawan berjalan ke arah mereka dan sedikit membungkuk. "Selamat siang Pak, akan ada rapat jam tiga sore ini.."
Melody menatap karyawan yang berlaku hormat pada Librani dan memperhatikan keduanya mengobrol.
"Iya saya ingat jadwalnya, terimakasih"
Karyawan itu lantas kembali memberi salam baru kemudian pamit.
"Bapak.. bos disini?" Melody bertanya dengan mata membelalak.
Librani tersenyum. "Tadinya sih aku mau memperkenalkan diri saat meeting siang, eh taunya ketemu duluan..."
"Hish.. memperkenalkan diri apanya" Melody membuang muka kesal.
Librani menarik tangan Melody. "Ayo kita makan siang" Ia tersenyum sambil menatap wajah Melody dari jarak dekat.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Melody Romansa
RomanceBlurb Melody Romansa Melody Romansa, bungsu dari dua bersaudara. Baru mengenal cinta saat di bangku kuliah, salah satu gadis yang mematahkan anggapan jika persahabatan murni bisa terjadi antara laki-laki dan perempuan. Ia telah jatuh cinta pada saha...