BAB 11 Lugu

1K 123 11
                                    

"Nanti malam aku jemput" Bima menarik pergelangan tangan Melody.

"Iyaa.. " Melody berbalik. Ia melihat Bima berdiri sambil menggenggam tangannya. Sedangkan Amora yang berada jauh dibelakang Bima sedang mengobrol dengan Librani. Melody melirik sekilas ke arah Amora lalu kembali menatap Bima. "Kamu tidak nyaman melihat mereka?" Kata Amora sambil melepaskan tangannya dari Bima.

Bima menoleh kearah Amora dan Librani. "Entahlah..." Ia bergumam pelan.

Tiba-tiba Librani berjalan cepat kearah Melody dan Bima. Ia menarik tangan Melody. "Bubur kakakmu sudah dingin, ayo pulang"

Melody tersenyum dan melambaikan tangannya pada Amora dan Bima. "Sampai ketemu nanti malam yaa" Teriak Melody sambil melambaikan tangan ke arah dua sahabatnya.

"Kamu akan pergi bersama mereka lagi?"

"Kenapa memangnya?"

"Amora juga mengajakku tadi"

Melody menghela nafas. "Lebih baik Pak Librani gak usah ikut, ini acara anak muda"

"Kenapa? Kamu cemburu?" Librani menghentikan langkahnya dan menarik tubuh Melody padanya. Keduanya berada di halaman rumah Melody. "Apa sekarang jantungmu berdebar?"

Melody mendorong dada Librani. Ia lantas berbalik dan berlari masuk ke dalam rumah. Melewati Tama di ruang tamu dan berlari naik ke lantai dua, menuju kamarnya. Jantungnya berdebar. "Ini bukan suara debaranku...." Bisiknya sambil menepuk-nepuk dadanya.

***

Melody menatap Amora. Suasana canggung tercipta ketika Melody, Librani, Bima dan Amora duduk berhadapan dalam satu meja.

"Saya sampai lupa, kapan pernah bersahabat dengan anda ya? Seingat saya ini acara antar sahabat" Kata Bima sambil menatap Librani. Ia melipat tangannya di dada.

"Tanya pacarmu, karena dia yang mengundangku.." Jawab Librani sinis. Membuat Bima melirik tajam pada Amora.

Melody menghela nafas. Ia seperti menghadapi perang dingin antar dua lelaki yang berebut kekuasaan. Ya kekuasaan itu adalah tentang Amora. Perempuan cantik tanpa cela yang duduk tersipu di hadapannya. Untuk pertama kalinya, ia merasa iri pada Amora... "Aku pulang saja..."

Librani berdiri dan menarik tangan Melody. "Duduklah... "

Melody menatap Librani kesal. Ia merasa dimanfaatkan oleh Librani, karena ternyata lelaki ini menunjukkan ketertarikan pada Amora. "Kalo kamu ingin mendekati Amora, jangan menyeretku" Bisik Melody.

Kening Librani berkerut. "Siapa yang mendekati Amora?"

"Berhentilah berpura-pura!"

"Kamu cemburu?"

Melody melotot. Ia hendak mengeluarkan makian pada bos nya itu tapi kemudian Amora menarik Melody agar kembali duduk.

"Kalian ini ngapain sih bisik2, udah duduk tuh makanannya udah dateng" Kata Amora mencoba menenangkan sahabatnya.

Melody menepis tangan Librani yang masih memegang tangan kirinya. Ia menggeser kursinya sampai ke ujung meja, menjauh dari Librani. Kemudian ia duduk. Ia tidak sadar, Bima memperhatikan dirinya dari tadi.

Librani tersenyum dan ikut menggeser kursinya. Kemudian ia kembali berbisik. "Kita selesaikan urusan kita dirumahmu..."

Melody tidak mengindahkan perkataan Librani dan mulai melahap makanannya. Membuat Librani mencari cara lain untuk menarik perhatiannya.

"Aku sudah membeli empat tiket nonton" Kata Librani kemudian

Amora tersenyum senang. "Wah, makasih banyak Kak Ibra.. hehe habis ini kita bisa langsung dong ya, gak pake antri.."

Melody menoleh pada Librani yang sedang memamerkan senyuman sempurnanya. Cih, sok ganteng...

Setelah selesai makan malam, keempatnya naik eskalator menuju lantai empat dan langsung masuk studio tanpa antri.

Urutan duduk mereka dari kanan ke kiri adalah Bima, Amora, Melody dan Librani. Tidak mungkin Librani duduk bersebelahan dengan Bima, dan Melody juga akan menolak jika Librani bersebelahan dengan Amora, yang dengan nyata bahwa perempuan itu terlihat berubah penuh ambisi jika berhadapan dengan Librani.

"Kamu sengaja memberikan jarak untukku dan Amora?"

"Bapak berisik, gak usah deket2 kalo ngomong" Melody mendorong tubuh Librani menjauh.

Librani tertawa. Kemudian ia bersandar di kursinya. Tangannya yang bebas menarik tangan Melody. "Apa kamu begitu bodoh?"

Melody menoleh terkejut ketika tubuhnya tertarik kebelakang. Bibir Librani menempel di telinga Melody. Membuat tubuh perempuan itu merinding.

"Yang menarik perhatian itu kamu, bukan temanmu" Bisik Librani gemas.

"Apa..?" Melody bahkan tidak mendengar suara Librani. "Filmnya udah mulai, bapak jangan aneh-aneh" Kata Melody sambil berusaha melepaskan tangannya.

Librani mendesah. Bahkan kata-kata beraninya tidak berarti apa-apa karena termakan suara Sound Studio. "Haahhh.. sudahlah, lugu dan bodoh sepertinya beda tipis"

Melody mengernyit. "Bodoh? Hish.. kenapa ada manusia yang begitu sangat menyebalkan sih!" Melody bergumam kesal.

Amora menarik pergelangan tangan Melody, kemudian ia berbisik. "Kalian beneran gak ada apa-apa?"

"Amit-amit deh Mora, ih pait-pait!" Melody menepuk dahi dan kursi bergantian.

"Kalian bisik-bisik berisik tau ga" Bima akhirnya protes, membuat Melody dan Amora meminta maaf sambil tersenyum.

Sepanjang pemutaran Film, sesekali Melody melirik ke arah Bima. Amora duduk bersandar di bahu Bima, sedangkan kedua tangan mereka saling tertaut.

Librani menatap Melody. "Aku bisa meminjamkan bahuku untukmu juga loh Mel"

Melody melotot sebal. Kenapa sih Pak Librani hobi banget nyindir atau ganggu?! Melody mengacungkan jari tengahnya.

Librani berusaha menahan tawanya. Kemudian ia mengusap puncak kepala Melody, membuat perempuan itu bergeser karena tidak nyaman.

Melody serba salah. Jika ia mencondongkan tubuhnya ke arah Amora akan menjadi sebuah kesalahan, karena kedua sahabatnya sedang bermesraan, seperti duo bodoh yang yang lupa dengan keberadaan cctv bioskop.. sedangkan jika ia duduk normal, tatapan mata Librani seperti menusuknya, membuat tubuhnya merinding..

***

Melody RomansaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang