Hampir seisi ruangan terlihat makan siang dengan tidak santai. Penyebabnya adalah laki-laki yang sedang duduk di hadapan Melody. Librani Ardiansyah. Anak pemilik perusahaan yang sekarang menjabat sebagai Direktur. Perangainya dikenal kejam dan tidak pandang bulu. Tapi kini, lelaki itu duduk dengan santai di hadapan seorang anak magang.
Melody melihat ke sekelilingnya. Suasana yang awalnya riuh justru berubah hening ketika ia dan Bosnya memasuki area kantin. Bahkan membuat Melody jadi merasa sedikit risih karena saking heningnya.
"Kenapa? Kamu tidak suka masakannya?"
"Bukan, itu.. Ng... Sudahlah.." Melody menyuap makanan ke dalam mulutnya. "Ini lezat..walaupun aku tidak merasa lapar.."
Librani membersihkan kuah daging yang menempel di sudut bibir Melody kemudian menjilatinya. "Iya, rasanya gurih.."
Wajah Melody memerah karena malu.
"Kenapa? Jangan mikir yang aneh-aneh... Dasar anak kecil"
Melody mencibir "Siapa juga yang mikir aneh-aneh.." Rasanya seperti mendengar dialog animasi Shifa..
"Udah makanlah yang banyak,Otakmu butuh asupan nutrisi untuk berpikir.. aku tidak akan mentolerir kesalahan data meskipun kamu anak magang"
"Bapak mengancam saya?"
"Peringatan bukan ancaman" Librani meletakkan sendok dan garpunya. Ia melirik jam tangannya "Aku mungkin akan melewatkan meeting siang ini, bekerjalah dengan baik" Kata Librani sambil bangun dari kursinya. Langkah sepatunya seperti menggema di seluruh ruangan karena suasana yang hening. Begitu Librani keluar dari area kantin, suasana riuh kembali terdengar.
Melody menghela nafas. Rasanya ia menyesal telah menuruti saran kakaknya untuk memasukkan CV nya ke perusahaan ini. Bukan hanya bos nya yang terlihat angkuh, tapi ia bahkan satu kantor dengan Bima. Setelah menghabiskan makan siang, ia kembali ke ruang kerjanya. Menyiapkan beberapa print out hasil yang sudah ia kerjakan untuk di periksa oleh Rena.
"Ini sudah sesuai semua, kerja bagus Mel.. " Rena tersenyum. "Meeting Minggu ini diwakilkan sama Bu Sarah, berkas kamu sekalian saya bawa ya"
"Iya kak, terimakasih banyak" Melody mengangguk senang. Beban di pundaknya seperti terangkat ketika mendengar bahwa pekerjaannya sudah benar. Sekarang ia berpindah ke berkas lainnya untuk di pelajari. Pekerjaannya terlihat gampang-gampang susah, tapi ia akan berusaha menikmatinya. Karena demi nilai dan syarat untuk berlanjut mengerjakan skripsinya.
Melody tenggelam dalam datanya. Pekerjaannya bahkan baru selesai tepat sebelum waktu jam kerja perusahaan selesai. Ia membereskan berkas di mejanya. Karena tidak enak, ia menunggu seniornya terlebih dahulu baru ia ikut keluar ruangan.
"Mel.." Bima menarik lengan Melody saat perempuan itu keluar ruangan.
Melody melepas tangan Bima. "Ngagetin aja, apaan?"
"Kamu naik apa? Balik bareng aja, udah lama ga ngobrol..." Wajah Bima terlihat canggung.
Melody tersenyum "Kangen ya? Hehe.."
Bima mengusap puncak kepala Melody. "Anehnya sih iya.."
Melody memalingkan wajahnya ketika keduanya sempat terdiam. Ia melangkah lebih dulu. "Kamu gak jemput Amora?"
"Jauh Mel, dia di Jakpus"
"Wow, lumayan ya.. kasian juga jauh dari rumah"
"Amora bilang.. kamu menghindar juga dari dia, ya ada benarnya kalo kami ngerasa kehilangan..."
Melody tertawa. "Lebay ah.. emang sama-sama sibuk aja.."
Bima diam-diam menatap Melody. "Amora bilang, mungkin saja kamu juga menyukaiku..."
Melody terperangah. Ia lantas tertawa. "Kamu bahkan bukan tipeku!"
"Kan? Hhhh... Aku sudah tau bukan itu alasanmu menjauh... Aku sampai terbawa suasana canggung karena memikirkan apa yang dikatakan Amora... Syukurlah tidak seperti itu"
Melody menatap wajah Bima. Ia tersenyum. "Udah lama nih gak makan ramen, traktir aku ya?"
Bima menghela nafas. Ia mengusap puncak kepala Melody. "Ayo ke tempat biasa.."
Melody tertawa kecil. Sudah saatnya ia melupakan perasaannya pada Bima. Lelaki itu begitu tulus menganggapnya sahabat. Melody terharu dan patah hati. Menganggap segala perlakuan Bima padanya spesial, nyatanya inilah ketulusan seorang sahabat.
***
"Pagi mba Rena..." Melody menghampiri seniornya "Saya mau melanjutkan tugas hari ini.."
"Oh iya.. kamu bereskan saja barang-barangmu, mulai hari ini kamu dipindahkan"
"Hah?" Melody mengernyit bingung. Bukankah kemarin ia bisa mengerjakan tugasnya dengan benar? Kenapa ia dipindahkan?
"Bagian HRD tadi kesini, kamu diminta menggantikan asisten Direktur yang cuti"
Melody melongo. "Aku? Hahaha... Yang benar saja Kak, jangan bercanda"
Rena menatap lurus ke arah Melody. "Memangnya aku terlihat bercanda?"
"Aku anak magang loh Kak..." Melody bergumam dengan suara yang tipis.
Rena menatap Melody simpati. Librani yang ia tahu adalah bos yang sangat tempramen dan Perferctsionis bahkan tidak segan berteriak dan mengeluarkan karyawan yang bermasalah. Lebih kejam dari pendahulunya. "Aku hanya diminta menyampaikan.. berusahalah sebaik mungkin" Rena menepuk pundak Melody.
Staff lain saling bertukar pandang dan menatap Melody iba. Bahkan dirinya sangat terkejut mendapati berita seperti ini. Apa tugas seorang Asisten Direktur? Sepertinya Pak Librani sengaja mengerjainya bukan? Ooh... Jika aku dikeluarkan dari sini sebelum mendapatkan surat keterangan magang, tentu tidak bagus untuk nilainya... Melody membereskan barangnya yang memang tidak banyak. Ia segera keluar ruangan setelah berpamitan, ada seorang karyawan perempuan yang menjemputnya.
"Saya Fita, mari saya antar ke ruangan Pak Librani"
Melody menghela nafas. Ia tersenyum tipis kemudian mengikuti langkah Fita yang bersuara ketika hak tinggi wanita itu beradu dengan lantai. Wajahnya terlihat cantik dan mengerikan bersamaan. Ia merasa jika Bu Fita Tidak menyukainya. Entahlah...
Melody mengetuk pintu ruangan.
"Masuk" Perintah Librani.
Melody masuk ke dalam ruangan dengan canggung.
"Mulai hari ini kamu jadi asisten saya sampai sampai masa magangmu selesai.." Librani tersenyum. Ia duduk di balik meja kerjanya sambil memainkan ballpoint.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Melody Romansa
RomanceBlurb Melody Romansa Melody Romansa, bungsu dari dua bersaudara. Baru mengenal cinta saat di bangku kuliah, salah satu gadis yang mematahkan anggapan jika persahabatan murni bisa terjadi antara laki-laki dan perempuan. Ia telah jatuh cinta pada saha...