Bab 10 Tatapan

1K 128 12
                                    

Melody melempar tasnya sembarangan. Ia sampai di rumah lewat jam delapan malam. Kedua orangtuanya sudah berangkat ke luar kota. Sore tadi ia mendapatkan kabar bahwa pamannya masuk rumah sakit, jadi kedua orangtuanya akan pergi berkunjung untuk beberapa hari.

"Darimana kamu?" Tama menghampiri Melody yang sedang rebahan di sofa ruang tengah.

"Main"

"Pulang cepat dari kantor ternyata pergi main" Librani berkomentar. Ia duduk di samping Tama dengan angkuh.

Melody melirik lelaki itu kesal. "Ngapain bapak di rumah saya?"

"Aku berkunjung ke rumah Tama, ini rumahnya juga bukan?"

Melody beranjak dari kursinya. Ia mengambil tasnya kemudian melengos.

"Hish... Kalian berdua kekanakan" Kata Tama sambil melotot ke arah Librani. "Sudah kuperingatkan ya kamu jangan ke rumah ini lagi, masih juga datang"

"Peringatanmu itu tidak mendasar, memang aku bisa berbuat apa pada gadis bengal itu?"

Tama menatap Librani sinis. "Bahkan imajinasi liarmu sama sekali belum mereda... "

Librani berdeham. "Jangan keras-keras, nanti adikmu dengar jadi salah paham"

"Salah paham? Perlu kuperingatkan alasanmu tidak lagi kerumahku, Hah?" Tama menarik kerah kemeja Librani,Rahangnya mengetat.

"Baiklah baiklah... " Librani menjauhkan Kedua tangan Tama dari kerah kemejanya. "Kita bicarakan lagi soal Kartika, bagaimana?"

Tama menatap Librani lekat. "Hanya itu alasanmu bisa mampir ke rumahku lagi.. "

Librani menyeringai. "Sopanlah juga sekarang aku kan atasanmu.." Ia berdeham.

Sementara itu Melody pergi membersihkan diri sebelum naik ke tempat tidurnya. Ia sangat kesal seharian ini, tidak mengerti dengan suasana hatinya sendiri. Bahkan setelah pulang meeting ia menghabiskan sisa jam kerjanya dalam kebisuan. Lalu ia melampiaskan kebingungannya dengan pergi karaoke sebelum pulang ke rumah.

Melody berniat menyetel lagu agar memudahkannya untuk terlelap. Hampir tiga lagu berlalu, akhirnya ia mulai terlelap.

"Kamu sudah tidur..?"

Melody spontan membelalakan matanya. "Pa~"

Librani membungkam mulut Melody dengan telapak tangannya. ,"Sssst.. jangan berisik, Tama bisa membunuhku nanti" Bisik Librani. "Kalo kamu tenang, aku akan melepaskanmu"

Melody menganggukkan kepalanya. "Bapak ngapain di kamar saya?" Tanya Melody sambil bergeser dan menarik selimut sampai lehernya.

"Berhentilah bersikap formal... Haruskah aku memecatmu sebagai karyawan magang agar kamu bisa memanggilku seperti dulu?"

Melody menghela nafas. "Bapak kenapa sih? Mengganggu banget"

"Aku minta maaf jika membuatmu kesal.."

Melody termangu. "Bukan bapak yang membuatku kesal... Ya, secara tidak langsung memang bukan salah bapak..."

"Kamu kesal karena kejadian kemarin malam kan? Aku membuatmu cemburu..?"

"Yang benar saja... " Melody menatap kesal. "Aku kesal karena sikap Amora padamu, padahal dia sudah punya pacar.. itu membuatku merasa tidak enak hati pada Bima.."

Kepercayaan diri Librani langsung sirna. Egonya terluka. "Bima..?"

Melody menghela nafas. "Aku belum pernah menceritakan ini pada siapapun ya...eng.. aku menyukainya... Masih sangat menyukainya... Rasanya menyakitkan jika membayangkan hatinya akan terluka kalo tahu perbuatan Amora seperti itu..."

Melody RomansaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang