Sobekan Empat:
Usaha Bukan Hasil Fana[ASA]
Aku sering membaca novel yang berkisah tentang seorang anak yang menjadi nakal agar mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua mereka. Terkesan luar biasa. Namun, kalau dialokasikan pada kehidupanku mungkin tidak akan berjalan baik seperti di dalam novel tersebut.
Aku tahu ekspetasi tak sebaik realita. Aku tidak ingin menambah drama suram dalam kehidupanku yang sudah amat monokrom.
Menjadi nakal untuk menarik perhatian kedua orang tuaku itu bagai melukis pada genangan air. Menjadi pusat perhatian, dicap buruk, dan dipandang sebelah mata, rasanya amat melelahkan namun tak membuahkan apa-apa. Bagai rasa yang menaruh asa tanpa kuasa.
Menjadi nakal. Tidak menjamin diri ini mendapatkan perhatian kedua orang tuaku, yang ada aku semakin dikucilkan. Bagai anak tiri yang semakin ditirikan.
Tetapi aku lebih membenci diriku yang sekarang. Yang terdiam membisu tak dapat bergeming. Selalu menunggu kapan keajaiban datang. Padahal diri tahu itu hanya bayang.
Banyak menaruh asa tak punya usaha. Seribu satu cara inginku coba. Ku ingin asaku tak diiringi dengan kata putus di depannya.
Sempat terbesit dalam benakku. Bagaimana bila aku meng-copy paste diri si sulung padaku? Membuat banyak prestasi sepertinya. Mengumpulkan banyak mendali dan piagam. Menjadikan mereka bangga padaku. Berhenti sampai disitu saja. Hidup ku punya jalan berbeda dengan si sulung. Si sulung memang sudah didesain seperti itu. Kalau aku tidak ingin. Aku memiliki akhir sendiri, dimana pada akhirnya kubakar semua yang menjadi hasil itu dihadapan mereka.
Aku tahu mereka, keduanya.
Menginginkan nilai hasilnya.
Tanpa menaruh pandang pada usahanya. Namun, aku ingin dipandang karena usaha bukan hasil yang sifatnya fana.Aku rasa
Sebuah asa
Tak menaruh kuasa
[ASA]