|| •Chapter 3• ||

65 11 2
                                    

🍁

"Aku tidak peduli harus melalui semua kenangan pahit, jika kita dipertemukan kembali."

~ Mr. Ackerman ~

🍁

"Jika aku tak menabrakmu, kita hanya sekedar idola dan fans, dan aku tak akan pernah mengenalmu."

~ Mr. Jaeger ~

🍁

🍀🍀🍀

Dia ...

"Emm ... anda tidak apa-apa?" Tanyanya sambil mengulurkan tangan kepadaku. Tentu aku membalas uluran tangannya dengan senang hati. Jelas saja aku senang! Dia Eren Jaeger! CEO dari J'A Group!

Aku sangat mengaguminya! Eh? Aku bukan wanita yang menyukai pria kaya hanya karena harta kok! Aku sudah bilang aku itu kagum dengannya! Kenapa? Dia sangat hebat memimpin perusahaan. Bagiku yang akan mewarisi ⅓ perusahaan ayahku, itu hal wajar kan?

Salah satu mimpiku adalah bisa belajar cara memimpin darinya. Aku sangat menginginkan hal itu. Dengan begitu aku bisa memimpin perusahaan dengan baik dan membanggakan ayahku.

"Saya tidak apa-apa," Ucapku, aku berusaha agar ekspresiku tidak lebay. Aku berusaha wajah datar seperti adikku. Kalau aku terang-terangan bersikap kagum, nanti dia akan menjauhiku dan tidak mau mengajariku. Belum tentu bertemu lagi sih.

"Lutut anda lecet. Saya akan pergi ke apotek sebentar," Kata Eren sambil berjalan cepat meninggalkanku. Aku menahan tangannya, dia menoleh ke arahku dengan wajah bingungnya.

"Tidak usah. Lagipula saya sudah bilang, saya tidak apa-apa." Setelah mengucapkan itu, aku melepaskan tangannya dan menganggukkan kepala sekali sebagai tanda terima kasih. Aku berjalan meninggalkannya dan kembali menempelkan handphone ke telinga.

"Halo?" Aku mengucapkan itu, tapi tidak ada jawaban setelah beberapa menit kemudian. Aku melihat layar handphone, teleponnya terputus. Ck. Aku harus kembali menelepon.

Saat aku akan menekan kontak Nova, aku melihatnya dari kejauhan. Dia ada di dalam cafe. Dia terlihat berbicara serius dengan seorang pria. Eh? Aku tidak tahu kalau dia punya pacar, pria itu kelihatan lebih tua juga. Sebagai kakak aku harus mengetahui siapa pria yang menjadi pacar adikku itu. Kalau dia bukan pria baik-baik, maka aku akan meminta adikku untuk menjauhinya.

Aku masuk ke dalam cafe tanpa disadari oleh adikku dan pria itu. Saat aku hendak memanggil adikku, dia mencengkram kerah baju pria tadi. Eh? EH?! Masa mau putus?! Jangan dulu dong!

"Ganti kameraku wahai tuan Ackerman menyebalkan! Aku membelinya dengan uang! Bukan dengan daun!"

Eh? Jadi mereka membicarakan kamera? Haaah ... kukira mereka pacaran. Aku salah sangka nih. Aku kembali melangkah dan berdiri di dekat mereka. Dia tampak kaget saat melihatku, untung saja kafe sedang sepi, jadi ini tidak terlalu memalukan.

"Ada apa ini?" Ucapku dan seorang pria secara bersamaan. Eh? Suara tadi ... aku menoleh dan melihat pria tadi berada di sebelahku, tepatnya menatap pria berambut cokelat.

Ini bukan kebetulan kan?

Irene POV end

🍀🍀🍀

Levi POV

Aku tidak sengaja menabrak seorang gadis di tempat ini. Karena aku juga lah kameranya terjatuh ke dalam sungai. Sudah pasti rusak dan tak bisa digunakan lagi. Dia meminta ganti rugi kepadaku. Aku mengatakan agar tidak membicarakannya di sungai. Aku tidak suka menjadi pusat perhatian orang-orang.

I Want You || •Levi Ackerman• || [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang