|| •Chapter 13• ||

11 2 10
                                    

🍁

"Turunkan ego adalah salah satu cara untuk menyelesaikan permasalahan."

~ Irene Rajendra ~

🍀🍀🍀

Irene menguap lebar, tangannya bergerak menutup mulutnya. Setelah menguap, dia air matanya yang sedikit keluar. Irene mengutuk tugas yang diberikan dosennya. Dia sangat kesal karena tugasnya sangat banyak.

"Baru kemaren ngasih tugas 5 halaman. Sekarang udah dikasih lagi. Mana susah pula. Duh pak untung ganteng," Batin Irene, berusaha memendam amarahnya.

"Permisi nona, saya boleh duduk di sini?" Tanya seseorang. Irene mendongak.

Irene sekarang sedang berada di dalam cafe dekat kampus, menunggu kelas adiknya selesai dan mereka bisa pulang bersama.

"Anda siapa?" Tanya Irene.

"Nama saya?" Tanya orang itu. Dia menarik kursi di depan Irene dan duduk di sana. Kaki kanannya diangkat dan ditaruh di atas kaki kiri. Kedua tangannya berada di atas meja.

"Mencurigakan," Batin Irene, dia menutup buku tulis miliknya dan memasukkannya ke dalam tas.

Irene berdiri dan hendak pergi. Tapi suara pria itu menghentikannya.

"Anda mau kemana? Saya belum selesai bicara loh," Ucap pria itu santai. Dia memanggil pelayan dan memesan minuman.

Irene memutar bola matanya malas dan kembali duduk. Sebenarnya dia malas untuk berurusan dengan orang lain untuk saat ini. Dia sedang badmood akibat tugas dari dosennya yang sudah menumpuk.

"Jadi  ... anda sebenarnya siapa?" Tanya Irene lagi.

"Saya datang ke sini setelah adikmu menelepon ku semalam. Dia bilang, dia butuh bantuan ku," Jelas pria itu. Irene mengerutkan dahinya bingung.

Pria itu mengeluarkan handphone nya dari saku celananya dan menyalakannya. Pria itu menunjukkan percakapannya dengan Nova di aplikasi chatting berwarna hijau.

"Boleh kulihat lebih dekat?" Tanya Irene. Pria itu menganggukkan kepalanya dan memberikan handphone nya kepada Irene.

Irene membacanya dengan cepat dan juga memahaminya. Setelah selesai, dia menatap pria yang duduk di seberangnya dengan alis terangkat sebelah.

Pria itu menganggukkan kepalanya, membenarkan apa yang dipikirkan oleh Irene.

"Adikmu pintar. Dia memikirkan rencana itu dalam semalam dengan informasi yang sudah didapatkannya. Aku ingin merekrutnya ke dalam organisasi ku setelah masalah ini berakhir," Jelas pria itu. Dia menopang dagunya dengan tangan kirinya dan tangan kanannya mengambil handphone yang ada di tangan Irene.

"Organisasi?" Ucap Irene. Dia bingung. Mana mau adiknya bergabung ke sebuah organisasi.

"Ya. Adikmu cukup berbakat untuk bergabung. Kau juga bisa bergabung kalau mau," Ucap pria itu. Dia merogoh saku celananya dan mengeluarkan uang 20 euro dan menaruhnya di atas meja.

Pria itu berdiri, memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya dan berjalan pergi.

"Apa maksudnya ini?" Gumam Irene. Dia masih memikirkan rencana yang sudah disiapkan oleh Nova.

I Want You || •Levi Ackerman• || [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang