"Aku tidak bermaksud untuk memanfaatkanmu atau apa, Taehyung," ungkap Jeongguk.Taehyung membulatkan matanya. "Apa?"
"Beberapa hari yang lalu— ayahku dan ibuku, menghampiriku dan singkat cerita beliau-beliau membicarakan soal hubungan kita," Jeongguk mulai menghindari kontak mata dengan Taehyung. "Dan—ayahku terus menerus berkata bahwa aku memanfaatkanmu dan mamamu untuk menemaniku karena aku merasa sepi,"
Taehyung mulai menatap Jeongguk dengan tatapan yang menandakan bahwa ia semakin bingung.
"Aku tahu kita melakukan suatu hal yang tabu atau bagaimana," Jeongguk menatap Taehyung kembali. "Tapi kumohon Taehyung
—""Kamu memanfaatkanku?" Tanya Taehyung.
"Nggak! Aku nggak!" Jeongguk menggeleng cepat.
"Are you sure about that?" Tanya Taehyung lagi. Taehyung mulai mencoba melepaskan genggaman tangan Jeongguk.
"Karena ada temanku yang tahu kalau kita pacaran dan ia berkata bahwa tatapanmu ke aku seolah hanya memanfaatkanku saja," lanjut Taehyung saat Taehyung berhasil melepas genggamannya Jeongguk.
"Kapan aku—"
"Kamu beneran cinta aku?" Tanya Taehyung memotong perkataan Jeongguk.
"Tentu saja aku mencintaimu!" Jawab Jeongguk.
"Kalau begitu buktikan! Ayo kita sex," ajak Taehyung.
Jeongguk membuka mulutnya tanpa sadar. Tidak bisa berkata-kata pada ajakan Taehyung. Bukannya ia mau menolak, tapi-
"Taehyung—"
"Apa? Kamu tidak mau?" Potong Taehyung. Bertanya.
"Bukan nggak mau," Jeongguk menggeleng lagi. "Hubungan nggak melulu soal—"
"Kamu terus menolak aku kalau aku minta ini," potong Taehyung.
"Aku tidak mau menyakitimu, sex tidak sesimple yang kamu bayangkan Taehyung," jawab Jeongguk.
Taehyung berdecak pelan. Kemudian menghela napas. "Mungkin kesempatanmu untuk membahagiakanku habis, hyung."
Jeongguk semakin tidak bisa berkata-kata. Taehyung belum memberinya kesempatan untuk berbicara!
"Tunggu-Taehyung. Aku belum sele—"
"Kamu tidak perlu selesai. Yang selesai, 'kita' aja," potong Taehyung. Taehyung mengerutkan keningnya. Menunduk dalam.
"Taehyung—" Jeongguk meraih tangan Taehyung.
"Lepasin tanganku," titah Taehyung.
Jeongguk pada akhirnya menurut. Hening menyapa keduanya beberapa saat. Kemudian Taehyung beranjak dari ruang keluarga.
Jeongguk memerhatikan Taehyung yang masuk ke kamarnya. Jeongguk pikir, Taehyung masih tidur di kamarnya. Ternyata Taehyung hanya mengambil kopernya dan pergi ke kamar tamu. Kemudian menguncinya rapat.
Jeongguk menghela napas. Ia mematikan setiap lampu di luar kamarnya. Kemudian masuk ke dalam kamarnya.
"Hh... Apa kita harus benar-benar berakhir sampai sini?" Jeongguk bersandar pada pintunya dan tanpa sadar pada akhirnya terduduk. Kemudian menangis malam itu.
.
.
.
"Oke, sudah selesai mobilmu bisa digunain, Jeongguk-ah," Namjoon menepuk pelan kap mobil Jeongguk.
"Terima kasih hyung, ayo masuk, minum dulu kita," Jeongguk tersenyum. Mengajak Namjoon masuk ke dalam rumahnya.
Jeongguk menyediakan kopi untuk Namjoon. Kemudian duduk di seberang Namjoon.
Saat Namjoon sibuk meminum kopinya, Namjoon melirik ke arah Jeongguk yang menatap pintu rumahnya. Semacam menunggu orang. Namjoon sudah memerhatikan Jeongguk sedari tadi. Jeongguk aneh hari ini. Pikiran Jeongguk terusik hari ini.
"Lagi ada masalah, Jeongguk-ah?" Tanya Namjoon.
Jeongguk menoleh ke arah Namjoon. Kemudian menunduk. Tersenyum kecil. "Iya, haha,"
"Apa ini? Masalah perempuan?" Goda Namjoon.
"Kalau—masalah laki-laki?" Jeongguk tersenyum gugup.
"Oh—ooooooh," Namjoon mengangguk paham. "Kenapa? Ayo, cerita,"
"Jadi—aku memacari dia mulai musim panas kemarin. Semua berjalan lancar. Sangat lancar. Sampai orang tuaku kembali untuk menghampiriku." Jeongguk membuat Namjoon menjatuhkan rahangnya.
"Orang tuamu?" Tanya Namjoon.
"Iya, bisa bayangkan?" Jeongguk terkekeh.
"Orang tuaku menentang hubungan kami. Pastinya. Sementara ibunya pacarku ini menerima dengan sepenuh hati." Jeongguk memainkan jemarinya. Menatap kedua tangannya. "Orang tuaku terus mengatakan kalau aku memanfaatkan pacarku ini,"
"Sebelum memacari dia, aku sempat memikirkan itu. Jujur. Tapi—" Jeongguk melihat ke arah fotonya dan Taehyung di atas lemari berisi sepatunya. "Dia membuatku jatuh cinta setiap harinya,"
"Tapi saat aku mau menjelaskan soal ini semua dia malah memotong setiap perkataanku dan memutuskanku," Jeongguk terkekeh pelan.
"Well that's hurt," Namjoon mengangguk setuju.
"Aku tahu perasaanmu saat pasanganmu tidak mau mendengarkan penjelasanmu dulu," Namjoon bersandar pada kursi tamu setelah meneguk kopinya. "Umur berapa dia?"
"Ya—sebentar lagi dia delapan belas," jawab Jeongguk.
"Muda juga, ketemu dimana?" Namjoon berwow ria.
"Well—dia sepupuku," jawab Jeongguk santai.
Namjoon terdiam sebentar. Semakin tidak menyangka. Jeongguk yang ia kenal permah patah hati berat, memacari seorang remaja yang notabenenya adalah pria dan remaja itu adalah sepupunya.
"Dan sekarang dia lagi keluar, entah kemana. Aku khawatir," sambung Jeongguk.
"Oh ya? Wah—apa kamu punya sesuatu untuk melacaknya?" Tanya Namjoon. "Kamu harus mengejarnya, dia harus mendengarkanmu,"
"Ah—aku memberinya jam kemarin saat chuseok," Jeongguk menjentikkan jemarinya. "Kuberi pelacak di jam itu,"
"Apa pelacaknya harus dinyalakan dari jamnya?" Tanya Namjoon.
"Aku bisa menyalakannya dari sini," jawab Jeongguk.
"Kalau begitu kejarlah, aku akan pulang ke rumah," Namjoon beranjak.
"Ah hyung," Jeongguk mendekat ke arah Namjoon. "Terima kasih,"
Namjoon mengangguk. Berjabat tangan dengan Jeongguk. "Kejar dia dan jelaskan semuanya. Jangan lupa rawat mobilmu,"
"Terima kasih hyung!"
…
a/n : hayo kemaren yang marah sama Jungkuk siapa 🌚 ahihihihihi
KAMU SEDANG MEMBACA
Radar • kv • [END]
Fanfic"Kamu tidak pernah tahu siapa yang akan menjadi soulmatemu," Ini karena ibunya yang pergi dan mengantar Taehyung untuk menghabiskan musim panasnya di Busan! Taehyung tidak mau menghabiskan liburan musim panasnya dengan pria menyebalkan seperti Jeong...