Satu bulan semenjak Taehyung putus dengan Jeongguk. Sebenarnya, Taehyung tahu.
Mengakhiri hubungannya dengan Jeongguk hanya akan membuatnya merasa kosong.
Jeongguk memblokir nomornya selama satu minggu di awal berpisah. Setelahnya Jeongguk tidak memblokirnya lagi. Tapi tetap tidak mengirim satupun pesan padanya.
Saat ini Taehyung tengah mengunjungi mama. Taehyung bersantai di ruang keluarga dengan tatapan sendu. Kosong. Melamun.
"Hey. Jangan melamun, ayo minum dulu," mama menyenggol badan Taehyung. Menyodorkan cokelat panas untuk Taehyung.
"Mama sudah jarang mendengar ceritamu soal Jeongguk, ada apa? Apa kalian
bertengkar?" Tanya mama.Taehyung menoleh ke arah mamanya. Mengerjap sesekali kemudian melirik ke arah lain.
"Nggak," jawab Taehyung pelan.
Mama mengernyit. Anaknya lesu sekali. Maka ia bertanya sekali lagi. "Yang bener? Nggak boleh bohong lho, Tae,"
Taehyung terdiam. Mengerutkan keningnya. Mengulum bibirnya. Sesekali menggigit pipi dalamnya.
Mama menatap Taehyung lama. Karena anak satu-satunya ini tak kunjung menjawab, maka mama mengguncang tubuhnya. "Hey, Taehyung?"
Taehyung meneteskan air matanya. Terisak kencang kemudian memeluk mamanya. Mama yang masih mencoba memproses kejadian, membalas pelukan Taehyung pelan-pelan.
"Aku mutusin—hiks, Bang Jeongguk—hiks, Ma—hiks," isak Taehyung.
"Kenapa? Kenapa mutusin? Jeongguk katanya baru pulang akhir-akhir ini?" Tanya Mama.
"Hiks—aku—mutusin pas Bang Jeongguk barusan pulang dan—hiks, dan—" Taehyung memotong ucapannya dan memilih menangis.
"Dan?" Tanya mama.
"Dan—aku menyuruhnya pergi—hiks," jawab Taehyung.
"Aku mau menjadi normal ma—hiks hiks," Taehyung menarik dirinya sendiri keluar dari pelukan mama. Menghapus air matanya.
"K-kupikir—hiks. Kupikir setelah mutusin Bang Jeongguk—hiks. Ada rasa senang atau lega gitu," Taehyung menutupi kedua matanya.
"Ternyata malah sepi—hiks," Taehyung kembali terisak kencang.
Mama tersenyum. Kemudian mengusak kepala anaknya. Mengusap pipi anaknya. Menghapus air matanya.
"Kamu sudah besar," Mama mencoba menenangkan Taehyung.
"Kamu harus bisa memilih apa yang baik untukmu," mama menghapus air mata Taehyung. "Jadi jangan menangis ya, mama tidak bisa ikur campur sekarang,"
"Okay," Taehyung mengangguk menghapus air matanya.
Mama tersenyum. "Tidurlah, sudah malam,"
Maka Taehyung masuk ke kamar. Mencoba memikirkan solusi yang terbaik untuknya. Dan mungkin untuk Jeongguk juga.
Taehyung melirik ke arah ponselnya yang tergeletak di kasur.
-
"Halo?"
"Ah, ini—aku,"
"Iya, aku tahu,"
"Apa kabar?"
"Yah—begitulah,"
"Kamu sendiri bagaimana?"
"Sama, :)."
"Apa—sudah dapat pasangan baru?"
"Siapa?"
"Kamu,"
"Belum,"
"Oo,"
"Kamu? Sudah?"
"Belum juga,"
"Eh? Teman kantormu?"
"Oh, tidak—aku tidak
Tertarik sepenuhnya,""Hmm..."
"Kuharap kamu baik-baik
saja di Seoul,""Aku baik-baik saja,"
"Syukurlah,"
"Em—h-hyung,"
"Ya?"
"Apa tidak apa masih
Kupanggil hyung?""Tidak masalah,"
"Oke—"
"Um—aku ada pekerjaan,"
"..."
"Dan mereka memintaku untuk
Pergi ke Busan selama 1 bulan,""Jadi—boleh aku menginap?"
"..."
"Hyung?"
"(tergelak) aku teringat
Saat kamu masih SMA
dulu, well. Aku tidak masalah
Menginap saja, tidak apa.""Ehehe, terima kasih,"
"Kapan?"
"Tiga hari lagi aku ke sana,"
"Sekarang aku diperbolehkan
Pulang terlebih dahulu,""Oo,"
"Oke, terima kasih hyung,"
"Sama-sama,"
Taehyung menutup teleponnya.
Sebenarnya ia rindu.
Ia rindu Jeongguk.
Ia rindu pelukan Jeongguk. Ia rindu senyuman Jeongguk. Ia rindu kasih sayang Jeongguk.
Ia merindukan segalanya yang ada di Jeongguk.
Penyesalan selalu datang di akhir.
Dan sekarang ia masih rindu di panggil Chagi.
<>
a/n : ini hadiahnyaaa yang sudah baca promotekuu :3
💜💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Radar • kv • [END]
Fanfic"Kamu tidak pernah tahu siapa yang akan menjadi soulmatemu," Ini karena ibunya yang pergi dan mengantar Taehyung untuk menghabiskan musim panasnya di Busan! Taehyung tidak mau menghabiskan liburan musim panasnya dengan pria menyebalkan seperti Jeong...