___W I N T E R B L O O D___
Yein melangkah keluar dari rumah sakit setelah menjenguk Sujeong sebentar. Ia menemui Hoseok yang sudah menunggu di parkiran mobil. Ia pun masuk ke dalam mobil milik Hoseok.
"Sudah? Bagaimana keadaan Sujeong?" tanya Hoseok setelah Yein menutup pintu mobil dan memasang seatbelt.
"Sudah membaik," jawab Yein.
"Syukurlah," sahut Hoseok. Ia bersiap menyalakan mobilnya namun Yein menahan tangan Hoseok. Hoseok pun menoleh dan menatap Yein bingung. "Ada apa?"
"Kak, apa yang aku lakukan sudah benar?" tanya Yein dengan tatapannya yang kosong.
Hoseok menghela napas panjang kemudian menurunkan tangannya. "Masih ingin membahas itu?"
"Iya. Apa yang aku katakan di pengadilan sebagai seorang saksi sudah benar?" tanya Yein lagi.
Hoseok sebenarnya tidak mau membahas itu. Tapi ia mengerti alasan Yein terus memikirkannya dan merasa bersalah.
Waktu itu dirumah sakit, saat Yein menceritakan kejadian sebenarnya di rumah Suga, Hoseok tahu adiknya berbohong. Bohong kalau Jungkook yang membunuh Suga. Padahal Yein lah yang membunuh Suga dengan menancapkan pisau secara brutal. Hal itulah yang membuat kedua tangan Yein berlumuran darah saat pertama kali ditemukan.
Walaupun tindakan Yein bisa dianggap sebagai tindakan pembelaan diri, tetap saja dia akan mendapatkan hukuman. Hoseok tak mau kalau adiknya membekam di penjara. Karena itulah Hoseok meminta Yein menceritakan hal yang sama di pengadilan. Memalsukan kesaksiannya.
Hoseok meraih tangan Yein dan menepuknya pelan untuk menenangkan pikiran sang adik, "Kau sudah melakukannya dengan baik. Lupakan itu dan jangan berpikir sekalipun untuk menemui Jungkook."
.
.
.
Bughh...
Yein menjerit melihat Jungkook melayangkan kursi kayu ke kepala Suga. Tubuh lelaki itu terpental dan mengeluarkan darah yang sangat banyak. Walau begitu, ia masih bernafas dan menatap Jungkook tajam.
"Jeon– kau membuatku muak... Bagaimana kalau– kita mati saja?"
Setelah mengatakan itu, Suga meraih pisau yang tak jauh dari posisinya berdiri kemudian melayangkannya ke perut Jungkook. Tidak begitu dalam, tapi cukup membuat Jungkook mengeluarkan banyak darah dan kehilangan kesadaran.
Saat kembali ingin menancapkan pisau ke perut Jungkook, sebuah benda melayang ke tangannya sehingga pisau di genggamannya pun terlepas. Ia menoleh dan melihat pisau itu sudah berpindah tangan ke tangan Yein.
"Ka– kau! As–taga..."
Suga memuntahkan darah tepat saat Yein menancapkan pisau ke perutnya dengan kedua tangan yang gemeteran. Cipratan darah itu membasahi kedua tangannya.
"Ternyata kau orang yang sama sepertiku–" lirih Suga di tengah-tengah kesadarannya. Ia kembali memuntahkan darah saat Yein menghujami perutnya dengan pisau.
Air mata Yein mengalir, tangannya bergetar hebat. Ia tak yakin pisaunya menusuk ke organ dalam Suga atau tidak. Yang pasti, ia harus melakukannya berkali-kali agar Suga benar-benar tewas.
"Aku tidak sepertimu!" geram Yein.
Entah sudah yang keberapa kalinya ia menancapkan pisaunya. Tangannya yang penuh dengan darah membuat pisau ditangannya tergelincir. Mendengar bunyi dentingan pisau di atas lantai membuatnya tersadar atas tindakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
WINTER BLOOD
أدب الهواةJung Yein sangat bersemangat ketika memiliki alasan untuk tinggal di Busan dan bertemu setiap hari dengan sang kekasih, Jeon Jungkook. Namun selama berada di sana, ia malah sering mengalami hal-hal janggal dan semakin bertambah parah ketika ia berad...