___W I N T E R B L O O D___
Supir mobil bus berwarna biru mulai mengurangi kecepatan dan menepi di sebuah halte. Wajahnya terlihat masih bersemangat, padahal waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam, berbeda sekali dengan para penumpang yang terlihat lelah dan bermalas-malasan, mengingat malam ini adalah malam pertama musim dingin.
"Nona, jangan lupa tap kartunya!" tegur sang sopir kepada wanita berusia 25 tahun yang hendak turun dari bus.
"Maafkan aku," ucap wanita itu sembari tersenyum tipis lalu menempelkan kartu pada mesin tap tepat disebelahnya.
"Aduh aduh, masih muda sudah pikun. Saya tahu nona terburu-buru karena mau kencan, kan?" tebak sang supir.
Melihat ekspresi wanita itu sudah pasti sang supir menebaknya dengan sangat tepat.
"Sampai jumpa," ucap wanita itu, menghiraukan ucapan sang supir.
Wanita itu mengambil langkah lebar selama perjalanan menuju lokasi tujuan. Seperti yang di tebak sang sopir, malam ini akan ada kencan dirinya dengan sang kekasih.
Ia merapatkan mantelnya sesekali dan melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Padahal ia sudah mengatakan kepada kekasihnya kalau hari ini ia libur. Bisa-bisanya ia datang terlambat saat kencan pertama.
"Kenapa kakak tiba-tiba tugas dadakan sih? Aku yang repot kan," gerutunya.
Siang tadi, ia sengaja tidur agar tidak mengantuk saat kencan. Bodohnya ia malah ketiduran sampai jam 6 malam. Parahnya lagi, kakaknya tiba-tiba ada tugas dadakan dan tidak bisa mengantarnya sehingga ia terpaksa menggunakan transportasi umum.
"Kenapa terburu-buru sekali, nona?" cegat seorang wanita tua berusia sekitar 50 tahun. "Siapa namamu?" tanyanya dengan sangat ramah.
"Maafkan saya, bu. Tapi saya sedang buru-buru."
"Aku tahu itu. Sebentar saja ya? Aku melihat hal yang tidak biasa akan datang padamu," ucap wanita tua itu. Ia meraih tangan kanan lawan bicaranya sambil tersenyum hangat, hangat sekali sampai lawan bicaranya pun tak bisa menolak. "Siapa namamu?"
"J-Jung Yein,"
"Aigoo... Nama yang sangat cantik, secantik wajah dan kepribadianmu. Sayang sekali takdir yang akan kau temui tidak secantik dirimu."
Wanita bernama Jung Yein itu menatap wanita tua yang masih menerawang telapak tangannya. Ia mengutuk dirinya sendiri berada disituasi seperti ini dan harus mendengar ramalan omong kosong.
"Nak, berhati-hatilah dengan orang baru. Aku benar-benar mencemaskanmu. Kalau kau nekat, kau akan bertemu dengan winter blood."
Tubuh Yein merinding. Bukan karena ia takut atau mempercayai omong kosong itu. Tapi karena wanita tua itu mengangkat wajah dan menatapnya lekat. Tidak ada tanda-tanda kebohongan di bola matanya yang berwarna biru, hanya ada kejujuran dan kekhawatiran.
Dering ponselnya membuat ia kembali tersadar. Ia segera berbalik dan mengangkat ponselnya lalu mendekatkan benda itu ke telinga kirinya. Tangan kanannya merogoh saku mantel untuk mencari uang tunai.
"Halo,"
"Yein! Kau dimana?"
Suara seniornya di tempat kerja, wanita berusia 29 tahun bernama Seo Jisoo.
"Di jalan. Kenapa?"
"Maaf aku harus membicarakan ini tapi–"
"Tunggu sebentar," cegat Yein setelah tangannya menemukan selembar uang tunai. Ia segera berbalik dan mengulurkan tangannya untuk menyerahkan uang itu kepada si wanita tua. Namun alangkah terkejutnya ia saat tak menemukan wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
WINTER BLOOD
Fiksi PenggemarJung Yein sangat bersemangat ketika memiliki alasan untuk tinggal di Busan dan bertemu setiap hari dengan sang kekasih, Jeon Jungkook. Namun selama berada di sana, ia malah sering mengalami hal-hal janggal dan semakin bertambah parah ketika ia berad...