___W I N T E R B L O O D___
Seminggu berlalu sejak kejadian di rumah tua dekat pantai. Yein yang saat itu mengalami luka parah kini mulai menunjukkan kondisinya yang perlahan membaik. Setelah sempat mengalami ketakutan setiap malam dan murung setiap pagi, hari ini Yein mulai menunjukkan senyum tipisnya pada Hoseok. Hoseok merasa lega disambut senyuman oleh Yein walaupun tak berlangsung lama. Setidaknya ia bisa meyakinkan dirinya sendiri kalau adiknya itu baik-baik saja.
"Bagaimana keadaanmu?" tanya Hoseok. Ia menarik kursi di sebelah tempa tidur Yein dan duduk di sana. "Merasa lebih baik?" tanyanya lagi karena Yein tak kunjung menjawabnya.
Perlahan Yein mengangguk pelan. Atensinya tertuju pada Hoseok, bibirnya sempat terbuka namun tertutup kembali. Seperti ingin mengatakan sesuatu.
"Ada apa?" tanya Hoseok yang menyadari itu.
Yein menunduk, memandangi kedua tangannya yang saling meremas. "Jungkook. Bagaimana keadaannya?"
Hoseok menghela napas panjang. Ia tahu cepat atau lambat Yein akan menanyakan itu. Tapi ia tak menyangka akan membicarakan lelaki itu di pagi yang cerah ini. "Keadaannya baik-baik saja. Dia akan di sidang di pengadilan besok bersama Taehyung."
Setelah mengatakan itu, Hoseok mendengar isak tangis Yein. Ia pun bangkit dan merangkul adiknya itu. "Kenapa?"
"Apakah Jungkook akan dipenjara karena membunuh Suga?" tanya Yein di sela isak tangisnya.
Hoseok terdiam. Ia merasa dadanya sesak setelah mendengarnya langsung dari Yein. Dirinya merasa gagal dalam menjaga dan melindungi Yein. Kecurigaannya terhadap sesuatu terbukti dan berat sekali untuk menerimanya. Itulah alasan kenapa ia bersikeras melarang petugas kepolisian atau detektif lain untuk menginterogasi Yein.
"Padahal aku belum memberitahumu," gumam Hoseok pelan. Untungnya Yein masih tenggelam dalam isak tangisnya sehingga tidak mendengar Hoseok yang bergumam.
"Maafkan aku, kak..." lirih Yein tiba-tiba.
Hoseok mengusap air mata Yein lalu beralih menangkup wajahnya. "Yein, bisakah kau menceritakan kejadian malam itu padaku?"
Yein menggigit bibirnya. Terlihat sekali ia cemas dan ketakutan.
"Tolong ceritakan kejadian malam itu. Apapun yang kau katakan, aku akan membuatmu tetap bersamaku."
Yein menghela napas panjang kemudian mengangguk. "Malam itu..."
.
.
.
Bughh...
Yein menjerit melihat Jungkook melayangkan kursi kayu ke kepala Suga. Tubuh lelaki itu terpental dan mengeluarkan darah yang sangat banyak. Walau begitu, ia masih bernafas dan menatap Jungkook tajam.
"Jeon– kau membuatku muak... Bagaimana kalau– kita mati saja?"
Jungkook menggeleng, ia meraih pisau dan menancapkannya berkali-kali ke perut Suga.
"Ka– kau! As–taga... ternyata kau orang yang sama sepertiku–"
Jungkook menghiraukan ucapan Suga. Ia berkali-kali melayangkan pisaunya ke perut Suga secara brutal.
"Aku tidak sepertimu!"
Setelah Suga menghembuskan nafasnya yang terakhir kalinya, Jungkook menancapkan pisau ke perutnya sendiri. Yein yang menyaksikan itu dengan kedua matanya hanya bisa menjerit. Sampai tak lama, Hoseok dan petugas kepolisian tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
WINTER BLOOD
Fiksi PenggemarJung Yein sangat bersemangat ketika memiliki alasan untuk tinggal di Busan dan bertemu setiap hari dengan sang kekasih, Jeon Jungkook. Namun selama berada di sana, ia malah sering mengalami hal-hal janggal dan semakin bertambah parah ketika ia berad...