2 | Who's Mark?

215 59 50
                                    

Setelah menyelesaikan kuliah hari ini, aku segera bergegas untuk pulang namun seseorang menghampiriku yang masih duduk dan merapikan buku.

"Nin, kamu habis ini sibuk nggak?" tanya seorang lelaki dihadapanku.

"Enggak terlalu, kenapa Van?" sahutku sambil merapikan buku yang akan aku masukan ke dalam tas. Devan, dia adalah salah satu orang yang aku kenal selama masa ospek berlangsung dan menjadi teman seperjuanganku selama ospek.

"Bisa temenin aku nggak?" tanya Devan yang berbelit-belit.

"Kemana?" tanyaku balik.

"Ke toko buku, ada beberapa buku yang harus aku cari," jawab Devan yang membuat mataku bersinar. Dengan semangat aku menjawab, "HAYUKKK!!" dan lekas berjalan menuju tempat parkir.

Aku membatalkan rencanaku yang tadinya hendak menyelesaikan novel yang sedang aku baca. Namun menemani Devan ke toko buku akan jauh lebih menyenangkan, jadi aku bisa melihat lihat buku apa saja yang sedang masuk di top 10.

"Nin, rumah kamu jauh nggak dari sini?" tanyanya setelah kami berdua sampai di parkiran kampus.

"Enggak, rumahku dari sini sekitar 10 menitan dari sini. Kenapa Van?" jawabku memberi tahu Devan sambil mengambil helm yang aku letakan di bawah sadel motor.

"Gimana kalau kita taruh motormu dulu kerumah, terus berangkat ke toko bukunya pakek satu motor aja? Soalnya kalau bawa dua motor pisah-pisah susah," tawarnya kepadaku tanpa memasang ekspresi wajah yang mencurigakan.

"Okelah, semasih ada bapak supir yang siap mengantarku pulang," jawabku sambil tertawa.

"Siaap buk bos," balasnya sambil meletakan tangannya diatas mata dekat dengan alis, menandakan posisi hormat. Aku hanya tertawa melihat reaksinya itu.

Selama ospek yang berlangsung 5 hari, Devan selalu menjemputku dan mengatarku pulang. Kami berdua juga mencari barang-barang yang diperlukan pada saat masa ospek kelam itu bersama-sama.

Aku sangat beruntung karena memiliki teman yang aku ajak pada saat susah, hahaha, meskipun aku baru mengenalnya tetapi dia sangat ramah terhadapku.

•••

Kami berdua tiba disebuah toko buku yang sering aku kunjungi dan juga mungkin sering orang-orang kunjungi. Aku tidak tahu buku apa yang Devan cari, aku hanya pengikutnya saja saat ini.

Devan yang entah dimana setelah meninggalkanku di depan pintu masuk tadi membuatku bingung mencarinya dan berdiri seperti orang bego. Akhirnya aku memutuskan untuk menuju rak buku yang penuh dengan novel.

Membaca buku adalah salah satu hobiku dan buku-buku yang aku baca sangat beragam. Dari novel, buku motivasi, buku pencerahan, dan masih banyak lagi.

Aku terlalu pemilih jika hendak membaca novel. Pertama, aku akan lebih melihat siapa dulu penulisnya jika dia cukup terkenal maka buku lolos seleksi pertama. Kedua, aku akan melihat alur ceritanya dan jika alur ceritanya tidak mudah ditebak dan membuat penasaran maka buku lolos seleksi kedua. Ketiga, ini yang tersulit jika alur cerita tidak sesuai dengan mood sang pembaca yaitu aku maka buku tidak lolos seleksi ketiga. Jadi jika buku tidak lolos pada seleksi ketiga aku mengurungkan niatku untuk membelinya, hahaha, hitung-hitung hemat.

Setelah sibuk melihat-lihat buku seketika ponselku berdering menandakan ada panggilan masuk. Mark Thieben is calling...

Aku mengerutkan keningku "Dia belum tidur," gumamku sendiri dan dengan segera aku menekan tombol untuk mengangkat panggilannya.

"Hey," sapaku yang entah harus berkata apa. Meskipun aku sudah mengenalnya sangat lama, tetapi setiap dia menelponku jantungku seperti akan berhenti seketika. Sepertinya aku benar-benar menyukainya, bukan suka karena aku terobsesi dengan bule tetapi aku menyukainya apa adanya.

BULE HUNTER✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang