21 | Day Fourteen

166 31 26
                                    

"The right person, the one's who really belong in your life will come to you and stay. Even at your best you will never be right for the wrong person, but even at your worst the right person will remind you of your worth."

☆☆☆

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

☆☆☆

Setelah melewati hari yang panjang kemarin, ini adalah waktu untuk berpisah dengan Mark. Aku sudah bersiap-siap untuk menjemput Mark di hotelnya.

Setelah tiba di hotelnya aku segera menuju kamar Mark dan dia langsung membukakan pintu untukku.

Kami telah meluruskan apa yang terjadi dan menyetujui kesepakatan yang telah kami buat bersama. Because if we are meant to be, we will be.

Mark telah memasukan semua barangnya ke koper dan tasnya.

"This is the time," ucap Mark sambil tersenyum.

"I know right," ucapku membalas senyumnya. Jauh di dalam hatiku, aku sangat sedih untuk berpisah kembali dengannya namun keadaan berkata demikian dan kami berdua harus menerimanya.

Saat semuanya siap, kami berdua bergegas turun untuk check out dan segera menuju parkiran.

"Where's the key, Nina?" tanyanya sambil menatakan tangannya untuk meminta kunci mobil dariku.

"Here," ucapku mengambil dari tas kemudian menyerahkan kuncinya kepada Mark.

Namun ini terjadi lagi, Mark membukakan pintu mobil untukku yang mana aku bisa melakukannya sendiri. Hal ini sangat persis dia lakukan saat pertama kali kita bertemu untuk menghabiskan waktu.

"I told you, I can do this," ujarku kepada Mark namun dia malah memberikan kecupan di keningku.

"Just get in," ucapnya. Aku mengikuti perkataannya dan sebuah senyum muncul dari kedua sudut bibirku.

Disaat-saat terakhir seperti ini, lega rasanya bahwa aku telah mengatakan semua rasa yang aku miliki kepadanya meskipun masih ada hal yang membuatku janggal. Sebuah hal yang sampai saat ini masih di rahasiakannya, namun dia berkata kepadaku bahwa dia akan memberitahu semuanya pada waktu yang tepat.

Aku hanya mendengarkannya dan menunggu waktu yang tepat. Itulah diriku yang terlalu mudah percaya akan semua ucapannya.

Kami berlalu dari hotel dan menuju bandara agar Mark tidak ketinggalan pesawatnya. Kurang lebih 1 jam lagi pesawatnya akan lepas landas.

"Mark," panggilku saat pandangannya fokus ke depan.

"Hmm," jawabnya hanya bergumam.

Aku terdiam tidak menjawabnya karena aku bahkan tidak tahu mengapa aku memanggilnya tadi.

"Kenapa, Nin?" tanyanya dan melihatku sekilas kemudian pandangannya kembali fokus ke depan.

"Enggak," ucapku singkat.

BULE HUNTER✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang