Ringg..ringg.. ringg..
Sebuah suara terdengar dan membangunkan mimpiku yang sangat indah. Segera aku mencari sumber suara itu dan ternyata itu adalah alarm ponselku yang aku pasang setiap pagi.
Aku melirik ponselku dan jam sudah menunjukan pukul 6 pagi. "Masih terlalu awal," gumamku sambil mematikan alarmnya. Aku bukanlah orang yang sangat mencintai bangun pagi tetapi semenjak menjadi mahasiswa, orang tuaku menyuruhku untuk tinggal sendiri. Mereka bilang agar aku bisa lebih mandiri dan bertanggung jawab lebih.
Orang tuaku memiliki dua rumah dan salah satunya adalah rumah yang aku tempati sekarang. Karena rumah ini sering kosong, akhirnya orang tuaku memutuskan untuk menyuruhku menempatinya. Orang tuaku bukanlah tipe orang tua yang sangat possesif, mereka lebih membiarkanku melakukan apa saja yang aku suka asalkan itu positif dan aku bisa bertanggung jawab atas diriku sendiri.
Rumah ini tidak terlalu besar dan juga tidak terlalu kecil tapi cukup membuatku nyaman untuk tinggal sendiri dan menghabiskan waktuku dirumah dengan beberapa kegiatanku.
Sudah 15 menit berlalu setelah aku mematikan alarm. Ini terlalu pagi untukku yang memiliki kelas sekitar jam 9 nanti. Aku memutuskan untuk membersihkan kamarku dan membuat segelas susu di pagi hari sebelum mempersiapkan segalanya.
Meskipun menjadi mahasiswa sangatlah jauh berbeda dari segi buku pelajaran yang di bawa tetapi tetap saja aku perlu mempersiapkannya. Ditambah lagi dengan diriku yang kerap lupa akan barang yang terkadang aku taruh disembarang tempat.
Ini bukanlah hari pertamaku berkuliah sebagai mahasiswa baru. Ini sudah berjalan sekitar dua minggu semenjak masa OSPEK kampus. Aku sangat tidak ingin mengingat masa OSPEK kelamku itu. Karena selama menjalaninya aku benar-benar mengeluarkan seribu satu sumpah untuk kakak-kakak BEM yang sangat luar biasa itu.
Setelah membersihkan kamar dan meminum segelas susu, aku melirik ponselku yang sudah menunjukan pukul tujuh pagi dan masih tersisa 1 jam untuk bersiap siap sebelum berangkat ke kampus.
Aku memutuskan untuk mengecek ponselku dan beberapa pesan sudah menunggu untuk di balas. Aku mendapat pesan dari dua sahabatku di SMA yang mana kami sudah berkuliah di tempat masing-masing. Sisanya pesan dari teman-teman yang baru aku kenal selama menjadi mahasiswa.
Aku membalas pesan-pesan tersebut satu persatu dan tak lama kemudian sebuah pesan masuk dari snapchatku. Meskipun banyak pesan yang masuk di snapchat, namun tak satupun dari mereka yang berkesan ataupun spesial. Tetapi yang satu ini selalu berbeda dari yang lain.
Mark Thieben
Sebuah notifikasi yang sangat spesial bagiku. Dia merupakan salah satu dari sekian banyak bule yang ada di snapchat. Ya, aku memiliki beberapa teman-teman bule yang pernah aku temui pada kegiatan English Club di SMA dan beberapa sisanya hanyalah bule-bule yang aku kenal melalui aplikasi atau secara online.
Disamping diriku ini terobsesi dengan bule, berkomunikasi dengan mereka juga dapat membantuku dalam mengasah kemampuan bahasa Inggrisku.
Aku memiliki sebuah perkumpulan kecil bagi mereka yang terobsesi dengan bule, atau yang kami sebut sebagai para pemburu bule yaitu Bule Hunter. Anggota Bule Hunter ini terdiri dari beberapa orang saja, kurang lebih 10 orang. Mereka berasal dari beberapa daerah di Indonesia, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, dsb.
Beberapa dari kami sudah pernah bertemu sebelumnya, seperti temanku yang berasal dari Bandung dan Jakarta. Beberapa bulan yang lalu mereka berkunjung ke Bali untuk berlibur dan kami meluangkan waktu untuk bertemu.
•••
Setelah kurang lebih 15 menit berlalu, aku memutuskan untuk mandi dan bersiap siap ke kampus. Kebiasaanku yang entah itu baik atau buruk adalah selalu membawa ponselku ke kamar mandi, menghidupkan musik dan mengadakan konser harian.
Dalam langkahku menuju kamar mandi seketika ponselku berdering menandakan ada panggilan masuk. "Siapa sih pagi pagi buta sudah menelpon?" gumamku.
Aku melirik ponselku dan nama Mark tertera di layar. Mark Thieben is calling you...
"Dasar manusia," umpatku.
Aku menekan tombol untuk mengangkat panggilannya, kami berbicara beberapa menit dan mengurungkan niatku untuk mandi.
Selama hampir 6 tahun aku menjadi Bule Hunter, Mark adalah salah satu yang paling berkesan dari seribu bule yang aku kenal. Aku mengenal Mark dua tahun yang lalu, pada saat aku berumur 16 tahun.
Mark adalah bule yang berasal dari Florida, US. Berprofesi sebagai tentara (US Army) yang berpangkalan militer di Kansas City, US.
Aku menyukainya sejak pertama kali aku bertemu dengannya melalui salah satu aplikasi datting. Kami belum pernah bertemu secara langsung tetapi melihat caranya yang selalu membuatku menjadi prioritasnya dan menelponku setiap hari sudah cukup bagiku.
Hampir dua tahun sudah aku mengenalnya dan dia selalu berkata bahwa he loves me. Cinta atau love merupakan kata yang sangat sakral bagiku, karena pandanganku secara pribadi aku tidak suka menggunakan kata tersebut secara sembarang atau yang hanya omong kosong belaka.
Aku dan Mark, kita tinggal di negara yang berbeda dan hidup di budaya yang berbeda. Ini menjadikan kami berdua terkadang mempermasalahkan hal-hal kecil karena perbedaan-perbedaan yang belum kami pahami satu sama lain. Hal kecil menurut Mark merupakan hal yang besar dan penting bagiku, begitupun sebaliknya.
Tidak jarang aku dan dirinya bertengkar tanpa tahu apa sebabnya hingga kami tidak berbicara satu sama lain. Tetapi, pada akhirnya situasi dapat terkendali dan normal seperti semula.
Aku mengibaratkan hal tersebut sebagai salah satu warna kehidupanku. Entah itu warna kesedihan maupun kebahagiaan, sebagai salah satu usaha semesta karena memperkenalkanku dengan dirinya.
•••
Baru saja diriku tiba di kampus setelah mengakhiri panggilan dari Mark tadi, aku segera mandi dan bersiap untuk pergi.
Kelas akan dimulai beberapa menit lagi dan salah satu hal yang enak menjadi mahasiswa adalah aku tidak memiliki jam pelajaran yang sangat ketat seperti di masa SMA dulu.
Hari ini adalah hari Kamis dan menjelang weekend. Hal inilah yang sangat aku tunggu-tunggu. Aku sudah merencanakan kegiatan weekend yang sangat menyenangkan, yaitu rebahan dan bermalas-malasan di hari weekend. Inilah diriku, bukan tipe yang rajin dan juga bukan tipe pemalas. Aku tinggal sendiri, jadi rumah selalu rapi dan bersih karena aku tidak mempunyai waktu untuk mebuatnya berantakan dan juga tidak mau membersihkannya. Maka dari itu munculah prinsipku ini, jika tidak suka merapikan sesuatu setidaknya jangan membuat sesuatu berantakan.
Aku mengikuti kelas dengan kusyuk memperhatikan dan mencatat jika perlu dicatat karena targetku selama menjadi mahasiswa yaitu lulus disetiap mata kuliah tanpa ada pengulangan. Jika ada pengulangan, itu akan benar-benar membuang waktuku. Semua kelasku akan berakhir sekitar jam 2 siang nanti dan aku sudah memiliki kegiatan apa yang akan aku lakukan setelah kuliah nanti.
Bersambung...
27 April 2020
Big Hug, Tintin.
![](https://img.wattpad.com/cover/219340633-288-k715193.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BULE HUNTER✔
RomansaAku lelah selalu menjadi seseorang yang menanti kedatangannya, menjadi seseorang yang selalu menunggu kepulangannya. Aku ingin mengakhiri semua rasa ini dengan cara berpura-pura tidak mempedulikannya. Namun ternyata berpura-pura untuk tidak mempedu...