9 | Day Two

120 43 15
                                    

"The only way to achieve the impossible is believe that it is possible." -Alice The Wonderland.

" -Alice The Wonderland

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

☆☆☆

Aku terbangun dari tidurku yang nyenyak saat mendengar sesuatu di dapur. Sesaat aku terkejut namun aku teringat bahwa Mark menginap disini. Dia tertidur di sofa tadi malam saat kami menonton film. Aku sungkan untuk membangunkannya karena jam sudah menunjukan pukul setengah dua belas tadi malam. Jadi aku memutuskan untuk membiarkannya tidur di sofa dan memberikannya selimut.

Aku melonjak dari tempat tidurku dan melirik jam di ponsel yang menununjukan pukul lima pagi. Aku berjalan menuju pintu kamar sambil mengusap-ngusap mataku yang masih sangat mengantuk karena aku tidur terlalu larut tadi malam. Aku membuka pintu kamarku dan melihat Mark sudah berada di dapur membuat sesuatu.

Mark menolehku dengan senyum, aku menghampirinya lalu duduk di meja makan dan melipat kedua tanganku diatas meja dengan mata yang sayu-sayu masih mengantuk. Aku duduk di kursi lalu kepalaku mulai menunduk dan akhirnya aku menjadikan tanganku sebagai bantal di atas meja.

"How was your sleep?" tanya Mark kepadaku.

"Hmm," balasku. Aku mendengar apa yang dia kata, namun aku terlalu malas untuk menjawabnya.

"Kamu biasanya bangun jam berapa?" tanyanya lagi.

"Hmm," balasku sama seperti sebelumnya. Aku terlalu mengantuk untuk membuka mulut menjawab pertanyaannya. Bagaimana bisa dia tidak mengantuk dan bangun di pagi buta seperti ini, sedangkan tadi malam dia juga tidur cukup larut.

Aku bisa merasakan sekarang Mark sedang berdiri di sampingku dan menatapku namun aku tidak bergerak dan tetap dengan posisi tidurku.

"Kamu mau aku buatin apa?" tanyanya, seketika aku membuka mataku dan menolehnya. Dia tersenyum kepadaku. Wahh hariku sangat indah pagi ini.

"Milk," jawabku dengan suara serak orang yang baru bangun tidur. Dia mengangguk seakan rumahku adalah rumahnya juga.

Sembari menunggunya membuatkanku segelas susu, "Kamu lagi buat apa?" tanyaku.

"Nasi Goreng," jawabnya yang membuat aku mengangkat kepalaku dan menolehnya yang sedang memunggungiku. Aku terkejut bagaimana bisa dia memasak nasi goreng sedangkan aku saja tidak pernah membuatnya.

Dia membalikan badannya dan memberikanku segelas susu, "Aku pernah penugasan di sini selama satu tahun jadi aku tau segalanya. I told you about this before," ucapnya dan aku hanya mengangguk.

Andaikan aku sudah mengenalnya saat dia sedang melakukan tugasnya di Indonesia mungkin ini bukan menjadi kali pertama aku bertemu dengannya.

Aku meminum susu yang diberikan oleh Mark dan dia duduk di seberang meja dengan membawa dua piring berisi nasi goreng yang di buatnya. Aku sangat pemilih untuk rasa dari suatu makanan salah satunya adalah nasi goreng, karena dari semua nasi goreng lidahku hanya pas dengan nasi goreng buatan Mama dan mas-mas yang berjualan di dekat rumah tapi mas-masnya udah pindah, sedih.

BULE HUNTER✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang