11 | Day Four

109 41 5
                                    

"Sometimes silence hurts more than words ever will."

☆☆☆

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

☆☆☆

Pikirku tadi malam aku bisa tidur dengan nyenyak dan tenang namun malah sebaliknya. Aku bahkan tidur jam 2 pagi dini hari. Semuanya karena aku masih memikirkan kejadian yang baru saja terjadi kemarin. Bahkan dalam tidur pun aku masih memikirkannya.

Ceklek..

Aku mendengar suara pintu terbuka namun itu bukan pintu kamarku. Aku dengan cepat bangun dan loncat dari tempat tidurku. Aku mengingat-ngingat kembali bahwa pintu depan sudah aku kunci tadi malam pada saat aku sampai di rumah dan tidak mungkin ada orang yang bisa masuk dengan mudah.

"Atau jangan-jangan, ua.." bisikku sendiri dan perlahan berjalan menuju pintu kamarku dan membukanya dengan hati-hati. Aku melihat seseorang berjalan menuju dapur dan aku membuka pintu kamarku perlahan.

"HA!" teriakku dengan terkejut, itu Mark.

Dia melihatku namun tetap fokus berjalan ke dapur dengan membawa tas belanja yang berisikan sesuatu di dalamnya.

Aku diam seperti patung sambil mengangkat jariku menunjuknya dari depan pintu kamar, "How did...," belum selesai aku berkata Mark langsung mengangkat jarinya yang memegang kunci mobil dan memperlihatkannya kepadaku.

"Aduhh," pekikku pelan sambil menepuk jidat dengan telapak tanganku.

"Kamu lain kali harusnya lebih hati-hati sama kunci yang penting-penting kayak gini. Syukurnya aku yang bawa mobil kamu, terus kalo misalkan orang lain yang punya niat buruk dan tau kalo ada kunci rumah kamu disini, gimana?" ucapnya memberikanku ceramah di pagi hari. Aku hanya menatapnya sinis kemudian kembali ke dalam kamar dan mengunci pintunya.

Wahh, aku baru ingat bahwa kunci mobil Mama memiliki kunci cadangan rumah ini. Dan Mark? Bahkan dia dengan seenaknya masuk ke sini seakan ini rumahnya sendiri ditambah lagi dengan kejadian kemarin, dirinya terlihat sangat tak berdosa.

Aku sangat malas untuk berbicara dengannya hari ini dan memutuskan untuk menghemat suara dan energiku. Aku mengecek ponselku, ada pesan masuk dan panggilan tak terjawab dari Devan.

"Nin kamu hari ini nggak ke kampus? Semua baik-baik aja kan?" tanyanya terlihat khawatir dengan kejadian kemarin.

Aku mengingat ekspresi dan reaksi Devan kemarin. Jelas dia tampak khawatir terhadap diriku sekarang, karena aku memutuskan untuk tidak ke kampus hari ini.

"Semua baik-baik aja kok, Van. Hari ini aku lagi nggak enak badan jadinya males ke kampus," jawabku agar membuatnya tidak khawatir.

Devan langsung membaca pesanku, "Okeedeh, Nin. Cepet sembuh yaa," balasnya.

"Thankss, Van."

•••

Sudah dua jam aku berada di kamar dan menyadari bahwa tidak terdengar suara pergerakan dari luar.

BULE HUNTER✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang