Prolog

25 1 0
                                    

Selamat membaca😊
*
*
*
*
*

Terkadang kita dipertemukan bukan untuk disatukan melainkan untuk menjadi pelajaran.

---------

"Halalkan Lia atau tinggalkan?."


*  *  *

"Kita putus?"

"Apa!! Putus? Abang ngga salah denger, kan??"

Ardi tidak percaya dengan apa yang ia dengar barusan. Karena  Ardi merasa, sejauh ini tidak ada masalah di hubungan mereka, dan Ardi juga tidak pernah mencoba bermain api ataupun melakukan kesalahan.

"Nggak," jawab Amalia mantap. Pandangannya datar ke depan.

"Kamu bercanda kan, sayang?"

"Lia serius bang,"

"Lia, Abang baru aja Dateng loh, kamu udah main bilang putus aja. Kita emang jarang ketemu, tapi bukan berarti harus mengakhiri hubungan ini, kan?. Lia ini nggak lucu, sayang."

Ardi menatap lekat kekasihnya itu. Ralat, saat ini mungkin lebih tepat ia sebut sebagai mantan kekasihnya karena baru saja kalimat putus keluar dari mulut Amalia.

"Lia nggak ngelawak bang, Lia memang mau kita udah sampe sini aja."

Tampak Ardi menghela napas berat. Ia terdiam cukup lama larut pada pikirannya.

"Karena Lia sadar bang, sesungguhnya jauh sebelum Lia diciptakan Allah sudah menentukan siapa jodoh Lia, dan pastinya itu yang terbaik. Sekuat apapun kita berusaha untuk dekat, kalau tidak Allah jodohkan pasti selalu ada cara untuk berpisah. Dan sesungguhnya sejauh apapun kita berpisah jika Allah berkehendak maka akan dipertemukan. Jodoh itu bersifat abstrak, kita nggak pernah ada yang tau, kan?. Maka dari itu, Lia nggak mau berjalan sendiri mencari jodoh sedangkan Allah sudah menetapkan siapa jodoh Lia."

Tidak perlu bertanya alasan Lia mengucap kalimat sakral itu, ternyata gadisnya itu mengatakannya sendiri.

Namun entah mengapa, Ardi tidak dapat menerima alasan yang diberikan Amalia barusan. Karena menurut Ardi, di jaman sekarang ini yang namanya pacaran itu adalah hal yang lumrah. Karena untuk mengenal orang yang akan menjadi pasangan hidup kita nantinya, ya dengan proses ini. 

Ardi bingung dengan perubahan Amalia. Bahkan sedikit kecurigaan terbesit di benak Ardi. Apa mungkin Amalia punya pria lain di hidupnya.

Keduanya kembali saling diam. Pelan-pelan Ardi melepaskan cekalannya pada lengan Amalia.

"Apakah harus dipersulit seperti ini, Lia? Abang hanya ingin kita sama-sama Lia. Apa cinta kamu secepat itu hilang?"

"Yang namanya menghilangkan perasaan itu tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, bang. Hal ini bukanlah masalah rasa yang jadi topik pembicaraan kita sekarang. Tetapi hubungan ini, ikatan yang belum halal ini yang jadi masalahnya. Hubungan yang jika dilakukan terus menerus hanya akan menumpuk dosa bersama."

"Maksud kamu?" tanya Ardi tidak mengerti.

"Pacaran itu zina bang, Lia sadar Lia sudah salah karena ini. Mungkin aja Lia sakit nggak sembuh-sembuh karena dosa ini. Lia ingin memperbaiki diri bang, Lia mau sembuh."

Imam Dari AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang