08). Surat♥️

5 1 0
                                    

"Iya, biarlah tangan-tangan Allah yang mendekatkan kami. Aku nggak perlu bertindak lebih. Karena aku tahu ketika mencintai seseorang, Penciptanya lah yang harus aku datangi lebih dulu baru setelah itu ciptaannya,"

* * *

Happy reading readers 😍

__________________________________

Berkibar pelan hijabmu karena hembusan angin membuat tatapan mata tak ingin berpaling
Ingin rasanya membuatmu tetap dalam pandangan, untuk beberapa waktu
Namun, waktu juga yang membuat kau hilang dari pelupuk mata

ingin rasanya memutar waktu, namun tak kuasa bagiku
Hanya doa, supaya cepat kembali bertemu adalah jalan usaha

Semoga kamu selalu bahagia

Dari: Seorang keturunan Adam yang mencintaimu.

Sebuah surat yang berisi kalimat indah untuk kesekian kalinya Amis terima. Kata demi kata dari sebuah tulisan tangan yang begitu rapi membuat Amalia tidak bosan untuk membacanya berulang kali. Bahkan rasa penasaran akan di pengirim yang selalu mengatakan dirinya adalah seorang keturunan Adam yang mencintainya tidak lagi Amalia permasalahkan. Karena Amalia cukup senang menerima ini.

"Kak, udah siap?"

Sebuah teriakan Aflan dari luar membuat Amalia tersadar dari lamunannya.

"Iya, sebentar."

Amalia langsung memasukan surat berwarna pink itu ke dalam sebuah kotak, lalu ia letakan di atas meja di samping tempat tidurnya.

Setelah merapikan hijab dan merasa riasan wajahnya tidak terlalu tebal Amalia langsung keluar dari kamarnya.

"Mau ke butik, kan?" tanya Liana begitu Amalia keluar dari kamar.

"Iya,"

"Pulang dari butik beliin pecel lele di tempat Dani ya, untuk Ahan."

Liana meraih dompetnya untuk mengambil uang.

"Yaudah, Lia berangkat dulu ya. Assalamualaikum,"

Amalia langsung menyalami Liana lalu berlalu keluar rumah.

"Kak, ini uang untuk beli pecelnya." Teriak Liana, karena posisi Amalia udah ada di luar rumah.

"Udah pake uang Lia aja,"

"Yaudah, hati-hati."

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatu,"

"Ngucap dalamnya udah dari tadi padahal loh mak," sindir Amalia.

"Yang penting kan di jawab," jawab Liana seadanya.

"Udah cepet naiklah, nanti Aflan terlambat." Omel Aflan dari atas motor.

Tidak ingin Aflan semakin mengomel, Amalia memilih untuk langsung baik ke atas motor matic milik Aflan.

"Udah?"

"Udah."

"Mak, Aflan berangkat."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 31, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Imam Dari AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang