01). Pengenalan

22 1 0
                                    


Kujatuhkan cinta padamu karena Allah

* * *

Amalia Khanzia Az-Zahra, gadis berhijab berusia 19 tahun. Memiliki sifat berani dan tegas, di tambah mulut nyinyir dan pedas namun dapat berubah menjadi diam dan kalem dalam suatu waktu. Tergantung dengan siapa ia berbicara.

Anak pertama dari tiga orang anak yang terlahir dari pasangan Darma  dan Liana. Ayah Amalia bekerja sebagai pedagang wiraswasta. Ia membuat sebuah pabrik tahu sendiri dan memiliki puluhan pengecer yang berlangganan dengannya.

Sedangkan ibunya adalah seorang guru mengaji di komplek perumahannya. Bahkan tidak jarang, Liana di panggil menjadi guru les privat membaca Al-Qur'an.

Amalia memiliki dua orang adik laki-laki, yang membuat dirinya menjadi putri satu-satunya di keluarga ini. Namun menjadi satu-satunya, bukan  berarti Amalia menjadi seperti seorang putri raja, melainkan yang terjadi malah sebaliknya. Semua pekerjaan rumah menjadi tugasnya tidak ada yang membantu, maklum saja keluarga Amalia tidak memiliki asisten rumah tangga. Jika meminta bantuan kepada adik-adiknya, alibi mereka adalah 'Itu kan tugas perempuan' atau 'adek kan masih kecil'.

Padahal sebenarnya laki-laki dan perempuan sama saja. Kalau makan ya sama-sama pakai piring dan piring bekas makan itu pasti kotor kan? Tetapi kenapa hanya Amalia yang bertugas mencucinya, bukankah seharusnya pekerjaan itu menjadi tugas bersama. Terkadang Amalia merasa kesal sendiri dalam hal ini.

Tetapi jika Amalia tidak melakukannya, Amalia juga tidak akan tega melihat ibunya yang melakukan semua pekerjaan rumah sendirian. Tentu hal itu sangat melelahkan.

Amalia memiliki dua orang adik laki-laki, mereka adalah Alfan Syahril Zaky, yang berusia 13 tahun. Saat ini ia duduk di bangku SMP. Sifat egois dan cemburuan Alfan terkadang membuat Amalia jengah dan kesal. Namun, bagaimana pun sifat Alfan, dia tetaplah adik Amalia. Yang begitu ia sayangi.

Adik bungsu Amalia bernama Ahan Syahrul Zamy. Sifatnya tentu kalian tahulah, sudah pasti manja dan cengeng. Ahan masih berumur lima tahun. Sekarang Ahan sekolah di salah satu taman kanak-kanak muslim di dekat perumahan Amalia.

Dan hal yang sering membuat mulut Amalia berubah menjadi petasan adalah karena ulah Alfan dan Ahan yang selalu saja bertengkar. Bahkan dalam hal kecil sekalipun. Si Abang suka sekali mengganggu dan si adik yang mulutnya seperti bel, pencet dikit bunyi.

"Kak, bang Alfan ini!!" Teriak Ahan dari ruang tamu mengadu.

Amalia yang kepalanya terasa sakit sejak tadi, saat ini seakan ingin pecah rasanya karena keributan suara Ahan dan Alfan.

"Alfan," ucap Amalia memperingati.

Tidak ada jawaban, terjadi keheningan sesaat. Amalia berfikir mungkin mereka kembali tenang dan akur, setidaknya Amia dapat bernapas lega dan nyeri di kepalanya mulai mereda.

Namun ternyata hal itu hanyalah harapan yang fana, tidak lama kemudian mulut Ahan yang seperti alarm jam deker yang begitu memekakkan itu kembali berbunyi. Dan kali ini Amalia tidak lagi memperingati, Amalia bangkit dari tidurnya lalu keluar dari kamar.

Melihat kakaknya keluar dengan wajah tidak santai, kedua saudara itu bukannya takut. Mereka malah menatap datar Amalia. Hingga akhirnya Ahan kembali mengadu.

Imam Dari AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang