02). Mengikhlaskan

24 1 0
                                    

Assalamualaikum readers, ketemu lagi dengan cerita IDA(Imam Dari Allah). Semoga suka dengan kelanjutannya.

Maaf jika ada typo yang berserak. Anggap saja seperti makhluk halus yang tidak terlihat.

Happy reading readers 😍


* * *

"Aku percaya ketika mengikhlaskan karena Allah akan digantikan yang terbaik olehnya."

Ketika kita memilih sebuah jalan. Jalan yang awalnya menurut kita itu jalan yang terbaik. Menempuhnya dengan segala tekad dan keyakinan. Tidak peduli dengan segala ocehan dan cemoohan orang lain. Selama orang yang bersama kita itu mampu untuk menopang dan menjadi bahu sandaran, maka jalan berduri sekalipun akan terasa mulus tanpa hambatan.

Namun, jika dalam perjalanan ada saja perdebatan. Membuat romantisme berubah menjadi kegaduhan. Tidak ada keyakinan terhadap Tuhan. Maka percayalah, jalan yang telah dibangun itu akan runtuh tidak beraturan.

Jika kita berkomitmen dengan seseorang dengan  keyakinan satu sama lain. Namun tidak ada keyakinan kepada Dia yang menciptakan. Maka, tunggu saja kehancuran akan segera datang.

Hidup bukan hanyalah perihal cinta dan kekayaan. Melainkan masalah keyakinan akan Dia sang pemilik alam.

Ketika kita yakin akan Tuhan, cinta dan uang akan mengalir sesuai porsi yang dibutuhkan.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu,"

Amalia mengakhiri sholatnya dengan dua kali salam.

Wanita itu kini menatap lurus ke depan. Pandangannya hampa mengisyaratkan kesedihan cukup mendalam.

Melepaskan apa yang sudah ia miliki cukup lama bukanlah hal yang mudah. Pahit dan manis sudah sering dirasakan bersama, memberikan kenangan cukup banyak dalam pikiran. Akan tetapi inilah hidup, jika sudah berbicara dengan takdir tidak ada yang pernah tahu bagaimana akhirnya.

Sama seperti yang Amalia lakukan. Dia memutuskan hubungannya bukan karena keegoisan, tapi dia hanya melepaskan apa yang seharusnya ia lepas. Memperbaiki apa yang seharusnya ia perbaiki.

Amalia percaya takdir Tuhan, jika dijodohkan maka akan dipertemukan.

Tidak ada penyesalan di hatinya karena memutuskan Ardi. Meskipun jujur di lubuk hatinya yang paling dalam rasa cinta itu masihlah ada.

Namun Amalia percaya akan takdir Allah. Ketika cinta itu kita berikan hanya pada-Nya. Maka kecewa tidak akan pernah kita rasakan.

Cklek

Pintu kamar Amalia terbuka lebar. Tentunya karena adanya dorongan seseorang.

"Udah siap sholatnya?" tanya wanita paruh baya yang tengah berdiri di ambang pintu.

Liana tersenyum hangat kepada Amalia.

"Udah, kok." Amalia tersenyum juga.

Liana berjalan mendekati Amalia yang kini telah duduk di bibir ranjang. Gadis itu tengah merapikan mukena dan sajadahnya.

"Ini malam Lia ruqyah lagi," ucap Liana pada anak gadisnya.

"Iya,"

Imam Dari AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang