07). Beda perasaan

4 1 0
                                    


Assalamualaikum, selamat membaca cerita IDA ya guys😊 Happy reading readers 😍

*
*
*
*


"Lagian cinta beda perasaan mah biasa, dari pada cinta beda alam, kan repot."

*  *  *

Rayyan membuka almamater dokter miliknya, lalu meletakkannya di atas meja. Kemudian ia duduk di sebuah sofa untuk menyandarkan pundaknya yang terasa pegal. Hari ini jadwal oprasi yang ia lakukan begitu banyak. Sampai-sampai Ia lupa untuk makan siang.

Tiba-tiba saja sebuah ketukan terdengar di pintu ruangan tempat Rayyan duduk. Secara otomatis Rayyan menoleh ke sumber suara.

"Apa?" sungut Rayyan langsung.

Sedangkan wanita yang berdiri di ambang pintu hanya mendengus kesal.

"Assalamualaikum, bapak." Ucap Fauziah penuh penekanan.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatu,"

Tidak menunggu izin dari Rayyan, Fauziah langsung saja masuk ke dalam ruangan itu.

Fauziah dapat melihat Rayyan memejamkan matanya sembari menyandarkan pundaknya di sofa berwarna biru di ruangan itu.

"Kenapa?" tanya Fauziah lembut.

Rayyan langsung membuka matanya.

"Nggak papa, cuma pusing dikit aja."

Rayyan membenarkan posisi duduknya.

"Ini, makan dulu. Aku tau kau belum makan, kan."

Fauziah memberikan sekotak bekal nasi kepada Rayyan. Sepertinya Fauziah sengaja membawakannya untuk Rayyan.

Rayyan menatap bekal nasi itu dan Fauziah bergantian. Kemudian ia menerimanya.

"Tumben," sindir Rayyan.

"Makasih gitu, kek."

"Makasih,"

"Sama-sama,"

Fauziah tersenyum singkat, setelah itu wajahnya kembali datar. Wanita itu memilih duduk di samping Rayyan.

"Yaudah, dimakan lah. Jangan di tengok terus, kenyang nggak basi iya."

Mendengar omelan Fauziah Rayyan hanya mengangkat bahunya acuh.

Dengan sangat terpaksa, Rayyan membuka bekal nasi itu. Ternyata berisi nasi serta sayur capcay kesukaannya. Rayyan kembali menoleh ke arah Fauziah.

"Dari bunda,"  tebak Rayyan.

"Kok tahu? Aku kan nggak bilang,"

"Udah hapal,"

Setelah mengatakan itu, Rayyan memilih langsung menikmati makan siangnya. Atau lebih tepatnya makan sore, karena jam sudah menunjukkan pukul empat.

"Kok berasa ngomong sama kulkas ya," sindir Fauziah.

Mendengar itu, sudut bibir Rayyan terangkat sekilas.

"Kau tau nggak Yah, hal yang lebih sakit dibandingkan  bisul yang mau pecah?"

Pertanyaan Rayyan barusan sukses membuat Fauziah menatapnya heran.

"Apa pula kau bawa-bawa bisul?" heran Fauziah.
"Lagian bisul mau pecah sakitnya kek mau mati, apa lagi yang lebih sakit?" tambahnya.

Rayyan langsung terkekeh.

"Ada yang lebih sakit," ujar Rayyan.

"Apa yang lebih sakit? Sakit hati maksud mu?" tanya dan tebak Fauziah.

Imam Dari AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang