03). Meyakinkan diri

15 1 0
                                    

Move on bukanlah perihal melupakan. Melainkan mengikhlaskan dia yang sempat hadir dan menetap di ingatan.

* * *

Ketika diri mulai mencoba untuk berlari dari jalur tempuh. Rasa ragu, akan mendapatkan cahaya baru mulai menyusup pikiran dan hati. Kenangan indah bersamanya, menjadi halangan besar untuk memulai kembali.

Sebesar itukah cobaan untuk memperbaiki diri?.

Move on itu tidak sulit. Tetapi, menghapus ingatan bersama dengannya lah yang menjadi masalah. Itulah yang dirasakan Amalia saat ini.

Suara gemericik hujan memenuhi gendang telinga Amalia. Awan hitam yang mengepul langsung menghilangkan sejuta keceriaan pada langit. Entah mengapa  Amalia merasa, bumi seakan mengerti apa yang ia rasakan saat ini.

Hujan adalah Rahmat dari Tuhan, untuk bumi dan seluruh makhluk yabg hidup di dalamnya. Namun, jika hati yang terus seperti hujan maka tidak akan berakhir baik pada pemiliknya.

Amalia menarik selimutnya lebih dalam, hingga menutupi tubuhnya hingga batas leher. Ia memiringkan tubuhnya ke arah kanan, lalu membuka benda persegi panjang berwarna hitam satu-satunya miliknya.

Amalia membuka app WhatsApp di ponselnya itu, mulai mengecek beberapa pesan yang muncul.  Tidak ada yang spesial menurutnya, karena hanya pesan dari grub dan beberapa temannya saja, plus satu notifikasi terakhir dari Ardi yang berisikan pesan 'Abang otw ke rumah' yang belum Amalia baca. Amalia menghela napas panjang sekali. Ia menekan cukup lama room chat dirinya dan Ardi, lalu mengarsipkan percakapan itu. Entah mengapa, untuk menghapus percakapan mereka yang pastinya sangat panjang itu, begitu berat untuk Amalia lakukan.

Amalia beralih ke instastory yang ada di WhatsApp. Ia mulai melihat satu persatu cerita orang-orang yang ada di kontak WhatsApp miliknya. Sampai akhirnya Amalia berhenti pada sebuah foto mawar dengan caption di atasnya.

Move on bukanlah cara untuk menghapuskan ingatan, melainkan mengikhlaskan dia yang memang tidak menjadi takdir untuk kita.

Setelah membaca itu, Amalia  langsung menutup app tersebut lalu meletakan ponselnya di atas ranjang. Amalia merubah posisi tidurnya menjadi berbaring, hingga ia dapat melihat langit-langit kamarnya dengan cukup jelas.

"Move on, Lia."

Amalia mempertegas kalimat itu untuk dirinya sendiri. Karena keputusan yang Amalia ambil sudah sangat benar. Dia hanya perlu keyakinan diri saja.

Amalia kembali meraih ponselnya, kemudian mengetik nama Ardi kembali. Tidak menunggu lama, Amalia langsung menghapus percakapan mereka di app itu. Tentunya di tempat lainnya. Tidak lupa juga, Amalia menghapus semua fotonya bersama Ardi di masa lalu.

"Oke, selesai. Kalau mau move on nggak boleh nangung-nanggung dong." Amalia tersenyum puas. Entah mengapa, kini perasaan lega mulai menjalar di hatinya.

Dan di saat itu juga Amalia semakin yakin bahwa jalan yang ia pilih memanglah tepat. Amalia berharap setelah ini, hal yang lebih baik akan hadir di hidupnya.


*  *  *

Guyuran hujan yang membasahi kota membuat suasana menjadi semakin dingin. Jika sudah seperti ini, menikmati minuman hangat adalah yang paling nikmat. Ditambah cemilan malam untuk mengisi perut yang keroncongan akibat rasa dingin yang menjalar, tentu akan menjadi teman yang begitu pas.

Terkadang sulit dipercaya, ketika cuaca dingin seperti ini rasa lapar semakin besar. Entah apa yang menjadi penyebabnya, namun inilah salah satu fakta kehidupan.

Imam Dari AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang