Jam sepuluh lebih lima belas menit aku baru sampai rumah, sungguh perjalanan yang melelahkan, aku ingin segera mandi, sholat, dan kemudian beristirahat.
"Nak... Keluarga ibu Fitri sangat baik pada kita, jadi tolong jaga aman itu... Selalu berbuat baiklah agar kamu tidak mengecewakan mereka." Pesan ibuku saat kita baru sampai rumah.
"Kamu tau nak, tadi Bimantara sampai cuti hanya karena ingin menjemput kamu..." Lanjut ibuku.
"Tapi kok pakai seragam Bu" jawabku.
"Iya, dia bilang agar kamu lebih mudah mengenalinya, karena kalian kan memang belum pernah bertemu sebelumnya" jelas ibuku kemudian.
Setelah mengobrol dengan ibu aku segera masuk kamarku untuk beristirahat.
Satu minggu sudah aku berada di rumah. Esok aku sudah mulai bekerja, menjadi pengajar di salah satu perguruan tinggi Islam swasta.
Aku mengajar mata kuliah Ulumul Qur'an dan Tafsir Tarbawi di fakultas tarbiyah.
Hari ini hari pertamaku bekerja, sungguh aku sangat bersemangat, aku bahagia karena aku dapat mengamalkan ilmuku, menggali ilmu baru, dan mendapatkan teman baru.
Dan tak terasa, sudah lima hari aku menjadi pengajar di perguruan tinggi ini. Rasa syukur tak henti aku panjatkan, karena setelah kuliah di luar negeri aku bisa pulang ke tanah air dengan mengamalkan ilmuku.
Aku begitu bersemangat memberikan materi perkuliahan kepada mahasiswaku, tak sengaja aku lihat seseorang di luar kelas sana sedang memperhatikanku. Ternyata Iptu Bimantara, sudah satu jam dia berdiri memperhatikanku di balik cendela kaca, dia tersenyum ke arahku sambil mengangkat jempol tangan kanannya. Aku pun membalasnya dengan senyuman. Dan kemudian terus ku lanjutkan tugas mengajarku, hingga perkuliahan selesai.
Segera aku keluar untuk menyapa Bimantara yang saat itu menungguku masih menggunakan serang lengkapnya.
"Assalamualaikum Bu dosen!!.." Sapanya mendahului keinginanku untuk berucap salam terlebih dahulu padanya.
"Waalaikum salam," jawabku sambil membalas senyumnya.
Ku ajak Iptu Bimantara duduk di bawah pohon rindang tempat mahasiswaku biasanya melakukan kegiatan belajar dan diskusi.
"Kenapa mas Bima kesini?" Tanyaku membuka obrolan.
"Haaaaaaaaa..." Iptu Bimantara seketika membelalakkan matanya dan sedikit mengerutkan keningnya seolah heran dengan pertanyaanku yang mungkin terlalu entah apa menurutnya.
Kemudian dia melemparkan senyum padaku "aku rindu... Makanya aku kesini" katanya kemudian dengan melempar senyuman.
"Rindu... Dalam bahasa arab:
أشتق"benarkan?" Tanyanya padaku sambil tersenyum menggoda.
Aku pun mengangguk, dan kemudian menjawab nya :
أشتقت لك أيضا
"Akupun merindukanmu" kataku sambil tersenyum dan menggodanya juga.Akhirnya kita hanyut dalam sebuah obrolan hangat, canda dan tawa, ditemani dengan semilirnya angin sore yang menyengat di pori-pori kulit.
"Ayo kita cari makan!" Ajaknya kemudian.
"Hari ini aku puasa, aku minta maaf ya!..." jawabku.
"Kalau begitu aku temani buka puasa ya.... lalu aku antar pulang..." Ajaknya lagi.
"Aku minta maaf, aku ada jam mengajar sampai nanti setengah delapan malam."
"Kalau begitu, biar aku carikan makanan untuk berbuka... nanti setelah kita sholat magrib, aku temani kamu buka puasa." Katanya
Akupun menganggukkan kepala "Terimakasih" jawabku kemudian.
Segera setelah itu dia meninggalkanku, berpamitan untuk mencarikanku makanan untuk berbuka. Dan tidak lama kemudian dia pun datang dengan membawa makanan dan minuman untukku.
Hari ini dia lumayan lama menemaniku, dari menungguku mengajar, berjamaah magrib, hingga berbuka puasa. Namun setelah itu dia berpamitan padaku untuk kembali ke kantornya. Terlihat ponselnya berkali-kali berdering, sepertinya dia sangat sibuk, namun tetap menyempatkan diri untuk meluangkan waktu menemuiku, padahal jarak antara tempat dinas dan tempatku bekerja cukup jauh, sekitar tiga jam jarak yang harus dia tempuh. Dan segera kupersilahkan dia pergi, serta tak lupa kuselipkan doa untuk keselamatnya.
Beberapa hari kemudian dia kembali mengunjungiku, hampir setiap tiga hari sekali dia meluangkan waktu untuk menemuiku, menungguku saat aku mengajar, menemaniku berjibagu dengan leptop saat aku menyiapkan materi perkuliahan, atau menemaniku berjamaah sholat di masjid kampus tempatku mengajar. Dan biasanya tak lama dia menemuiku, hanya satu jam atau dua jam saja. Dia mengatakan sengaja menemuiku di kampus karena semenjak aku bekerja, aku jarang berada di rumahku saat waktu luangnya ada untuk menemuiku.
Sungguh perhatian iptu Bimantara padaku, dan terkadang perhatiannya membuat aku sangat terkesan, bukan hanya memperhatikanku melalui pesan WhatsApp saja, namun juga dengan tingkah lakunya yang nyata.
Iptu Bimantara, meski tidak pernah mengatakan cinta, namun perhatiannya seolah mengungkapkan rasa yang lebih dari sekedar ungkapan itu, hingga terkadang membuat aku terpesona oleh kepribadian dan kesantunannya.
Keesokan harinya di kampusku ada sebuah workshop yang diikuti oleh semua dosen fakultas keguruan. Dan Al Hafidz Elfaz Al Mubarok lah yang menjadi pembicaranya. Dia adalah salah satu dosen muda terbaik di kotaku, menjabat sebagai dekan di fakultas keguruan universitas negri yang ada di kota sebelah tempatku tinggal.
Aku sudah mengenalnya, karena dia adalah kakak Hilwa sahabatku saat belajar di Kairo dulu. Gus Elfaz begitu panggilannya, dia di kagumi oleh mahasiswi dan dosen-dosen perempuan di kampusku, selain pintar, cerdas, tampan, kepribadiannya juga sangat ramah, selalu menegur sapa mahasiswa dan mahadiswi yang sedang beraktivitas di kampus ini, karena dia juga salah satu dosen terbang di kampus ini, yang punya jam mengajar satu bulan sekali.
Saat ini aku mengikuti workshop yang dipimpin olehnya, mendengarkan materi yang beliau sampaikan, dan konsentrasi mencerna ilmu yang beliau tularkan.
Tiba-tiba ponselku berbunyi ditengah keseriusanku mendengarkan penjelasan Gus Elfaz. Segera ku buku layar ponselku, ternyata Iptu Bimantara yang mengirim pesan WhatsApp untuku "masih lama???" tanyanya padaku "aku di depan" ternyata perwira polisi itu sudah ada di depan pintu aula tempatku menuntut ilmu, seperti biasa ketika aku melihatnya dia selalu melemparkan senyum manisnya untukku, akupun segera membalas senyumannya dengan senyumanku. segera ku ketik pesan untuknya "lama sekali, work shopnya sampai nanti sore". jawabku Kemudian ku lihat dari jauh dia mengacungkan jempolnya untukku "aku kembali ke kantor, selamat bekerja ya" pesannya kemudian.
Sebenarnya jika workshop ini tidak begitu penting aku pasti keluar dan menemuinya, karena jauh-jauh dia sempatkan diri datang untuk menemuiku, namun ku lihat dia sangat pengertian dengan pekerjaanku, dia memahami kegiatan yang tak bisa aku tinggalkan saat ini. Aku melihat dia Iptu Bimantara sangat baik padaku, baik, baik, dan baik.
Aku kembali berkonsentrasi mendengar penjelasan Gus Elfaz, hingga akhirat waktu ishoma pun tiba. Semua peserta workshop berhamburan keluar ruangan, namun ada juga yang masih tinggal, yang salah satunya adalah diriku, aku masih sibuk mengetik penjelasan Gus Elfaz di dalam leptopku.
"Assalamualaikum Nabila!!..." Tiba-tiba seorang pria tampan begitu santun menyapaku, pria tampan, santun, dan berwibawa.
"Waalaikum salam ustadz" jawabku.
كيف حالك و أسرتك ؟
(Bagaimana kabarmu dan keluargamu) tanya Gus Elfaz padaku dalam bahasa Arab padaku.
الحمدلله انا بخير
Jawabku.
هل يمكنني زيارة منزلك؟
(Apakah boleh jika aku berkunjung ke rumahmu) tanya Gus Elfaz kemudian.تفضلْ، أحضر معك أختك وأمك، أنا سرور جدّا إذا زرتْ جميعاً منزلي
(Silahkan, bawa juga adik perempuan dan ibumu, aku sangat senang jika kalian mau berkunjung ke rumahku)
Jawabku."Terimakasih Nabila..."
"Sama-sama ustadz, salam untuk Hilwa, aku sangat merindukannya" jawabku kemudian.
Keesokan harinya kudapatkan kabar dari Hilwa, kalau keluarganya akan bersilaturrahmi ke rumahku.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
TENTANG JODOHKU
General FictionIni adalah kisah ta'aruf seorang Perwira Polisi dengan seorang perempuan penghafal Al Qur'an, berawal dari gagalnya pertemuan, hingga pertemuan pertama di bandara, dan setelah itu ada pria lain yang hadir di antara ihtiar pencarian jodoh mereka.