Tentang Jodohku.... bagian XI

339 12 3
                                    

Malam ini aku tak dapat memejamkan mata, tiga bulan telah berlalu namun hatiku masih terasa hampa, ku baca buku-buku yang ada di mejaku, "menjadi wanita paling bahagia" buku yang Iptu Bimantara pernah berikan untukku. Kubuka bagian demi bagiannya, meski sudah tamat aku membacanya, namun tak bosan aku membaca kembali buku yang menceritakan kisah wanita-wanita hebat di zaman nabi ini, seperti asma', Khansa dan beberapa cerita wanita hebat yang lainnya. Tak pernah ku lupa ketika Nabi berpesan kepada Khansa seorang wanita muslim yang saat itu sedang di rundung masalah dan duka nestapa, Nabi Muhammad berpesan padanya untuk selalu mengamalkan istighfar agar Allah segera mengangkat masalahnya.

Ya... Ku perbanyak membaca istighfar malam itu agar hatiku menjadi lebih tenang, hingga akhirnya aku dapat tertidur pulas dan bangun pagi dengan hati yang semangat dan ceria.

Aku mulai beraktivitas lagi, aku mulai sibuk dengan pekerjaanku lagi. Dan saat itu aku habiskan waktu di ruang tengah rumahku dengan laptop kesayanganku.

"Kamu nggak ke kampus bila?..." Tanya ibuku.

"Enggak buk, hari ini ada UTS, aku tidak ada jadwal jaga" jawabku dengan terus mengetik sesuatu di laptopku.

"Ibu dengar dari bude Nunik Bimantara sudah selesai nikah kantor" kata ibuku membuyarkan konsentrasiku. Jujur ada rasa kecewa di hatiku ketika mendengar kabar itu, namun aku tetap berusaha tersenyum mendengar kabar yang disampaikan ibuku.

"Alhamdulillah... Semoga samawa ya Bu mereka" jawabku sembari terus mengetik.

"Kamu yang sabar ya nak!!... Ibu tau perasaanmu... Kamu pernah berharap dia akan ada di sampingmu" kata ibu sambil mengelus-elus kepalaku, mungkin dia pun merasakan kesedihan yang sama seperti yang ada dalam hatiku. Namun aku tak mau larut, aku pun tak mau ibuku melihat kesedihanku.

"Ibu.... Aku tidak pernah berharap apapun pada Bimantara... Karena yang aku tau... aku hanya boleh berharap kepada Allah saja... Jadi aku pasrah dengan semua ketetapannya." kataku sambil memeluk ibuku, untuk sedikit mengobati rasa sedih dan kecewanya.

"Ibu doakan semoga kamu segera mendapatkan jodoh yang sholeh dan sukses ya nak" doa ibuku kemudian.

"Aamiin... Insyaallah, setiap tahajjud aku juga meminta hal yang sama Bu... Insyaallah doa ibu pasti di ijabah oleh Allah" kataku kemudian, membangun optimisme yang sempat hilang pada diriku.

Tak lama kemudian ponselku berdering, aku segera mengangkatnya, sekitar lima belas menit aku mengobrol melalui telfon di depan ibuku.

"Siapa nak?..." Tanya ibuku.

"Ooooh... Aku mengajukan beasiswa S2 ke Kairo lagi Bu, sepertinya aku lolos seleksi dan rektor di kampus juga memberikan ijin bu" Jawabku kemudian.

"Kamu mau pergi lagi?..." Tanya ibuku  kaget. "Nak... Sesakit itukah hatimu sampai kamu mau pergi jauh dari sini?" ibuku bersedih dan menangis "Ibu mohon jangan pergi ya...." Kata ibu menghiba.

Begitu sedih hatiku melihat air mata ibu, sepertinya beliau tidak menginginkan aku pergi untuk melanjutkan S2.

"Ibu... Aku ke sana cuma dua tahun, aku kesana kan untuk ibadah ibu, aku menuntut ilmu, masak nggak boleh... doain ya Bu, biar disana aku mendapat ilmu yang manfaat" Rayuku kepada ibu, sambil ku genggam tangannya.

"Enggak... Ibu nggak ijinkan, kamu menikah saja biar kamu nggak jadi pergi" kata ibu marah.

"Menikah dengan siapa Bu?" Tanyaku heran dengan permintaan ibu.

"Ya ibu nggak tau, ibu akan berdoa trus semoga kamu cepet dapat jodoh dan nggak jadi pergi" tegas ibuku seraya pergi meninggalkanku yang masih duduk di ruang tengah rumah kami.

TENTANG JODOHKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang