3. PULANG

123 46 24
                                    

Bel pulang sekolahpun bunyi, semua murid SMA Angkasa berhamburan keluar kelas menuju gerbang.

Aku dan Meyka keluar kelas terakhir, karna memang kita males desak - desakan dengan yang lain,

Apalagi Aku dan Meyka satu kelas dengan Erki, Raga, Vandra, Bazdan, Umal dan Azrul. Mereka sering disebut GENG KOMPOR, karna kekomporannya mereka di kelas maupun diluar kelas itu selalu muncul.

Aku dan Meyka bergegas menuju gerbang, karna sudah tudak terlalu ramai.

"Kamu pulang dijemput?" Meyka mengangguk. Meyka memang selalu dijemput oleh Kakaknya.

"Kamu naik angkot?" tanya Meyka balik, "Iya" jawabku.

Kalau berangkat sekolah, aku biasa pakai ojek online biar cepet, tapi kakau pulangnya, aku selalu naik angkot, biar hemat uang juga.

"Eh, itu abang aku, aku duluan ya" Ucap Meyka ketika mobil hitam GRAND LIVINA berhenti di depan gerbang.

"Iya hati-hati, Mey"

Meykapun masuk ke dalam mobil dan aku masih menunggu angkot lewat.
Sudah hampir 20 menit aku menunggu angkot, tapi tidak ada satupun angkot yang lewat.

Cuaca mulai mendung dan gelap. Hembusan angin sore pun menyentuh tubuhku.

Memang cuaca akhir - akhir ini sedang tidak memungkinkan. Bulan November, itu biasanya sedang musim - musimnya hujan.

Aku memutuskan menunggu angkot sambil jalan.

Cahaya dan sura motor dari belakang mendekat, aku menoleh, motor itu berhenti di pinggir trotoar aku berjalan.

Seorang cowok memakai helm full face, jaket hitam dan motor XLX hitam putih yang membuat aku kesulitan mengenali wajahnya.

Helm full face itu dilepas, "Lo belum pulang?" ternyata El.

Kenapa El? Kenapa harus El? Ya allah, tahan Lea! Tahan!

"Nunggu angkot, tapi gak muncul - muncul",

" Kamu kok baru pulang?" tanyaku.

"Abis nongkrong di Warung Bi Ijoh sama yang lain"

Warung Bi ijoh, tempat tongkrongan anak laki - laki SMA Angkasa, saat pulang sekolah, atau kabur pelajaran, tempatnya juga berada di belakang sekolah, tinggal manjat tembok pagar belakang.

"Yang lainnya mana?"

Ya bingung aja, dia nongkrong sama yang lain, tapi pulangnya cuma sendiri.

"Pulang" singkat padat jelas. "Mau bareng gak?" tawarnya masih dengan suara cuek dan muka datar khasnya itu.

Semesta, ini mimpi apa bukan?! Tuh kan ahh.. semesta jangan buat aku terbang ah..

"E..nggak usah, El. Malah ngerepotin"

Ya Allah, rasanya aku sedang terbang ke langit paling ujung deh..

"Serius? Mendung nih. Bentar lagi hujan. Yaudah kalo gak mau sih" dia mengenakan helmnya kembali.

Kalo aku gak pulang bareng El, Aku pulang sama siapa? Mendung, gelap, pasti nanti ada petir, aku gak suka petir.

Masa aku harus terima tawarannya. Ah.. bingung..

"E..eh, emang gak pa-pa kalo aku nebeng?" tanyaku polos.

"Kalo gak boleh, ngapain gue nawarin kali! Anggap aja tanda maaf gue pas tadi siang"

"Gak usah sangkut - sangkutin sama masalah tadi, kalo mau nolongin, ya tolongin aja, gak usah ada karenanya" tuturku.

Ya aku ga suka berfikir pendek, kalo orang nolongin itu karna ada alesannya, berarti itu gak tulus, kan bisa aja kalau alesan itu gak pernah dilakuin sebelumnya, bisa jadi kan orang itu gak akan mau nolongin.

RELA (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang