Sekarang mereka sudah sampai di sebuah hutan terlarang. Mereka keluar dari mobil, hal pertama yg mereka lihat, di sini berkabut di tambah pepohonan yg rimbun.
"maaf, paman hanya bisa antar kalian dari sini"ucap eldy sambil mengeluarkan tas mereka bertiga dari bagasi.
"jangan bilang paman ga bisa antar kita"ucap vea. Dan diangguki oleh eldy.
"paman, ayolah, paman ikut ya"ucap cea.
"paman ga bisa, paman masih ada urusan di kantor"ucap eldy mengelus pucuk kepala cea.
Eldy beralih menatap zea yg sedang melihat lihat sekitar.
"zea"panggil eldy.Seketika zea sadar dan menatap eldy balik.
"kamu harus bisa jagin mereka"ucap eldy pada zea.
"nanti kalian jalan lurus kesana, jangan belok, lurus aja, ntar ada gerbang, kalian masuk aja, disitu nanti kalian akan langsung masuk ke istana"ucap eldy sambil menunjuk sebuah jalan sempit dengan pepohonan yg rimbun.
Eldy menghampiri zea dan menepuk bahu zea.
"paman tau kamu berani"ucap eldy.Berani apanya, gue juga takut kali ingin rasanya zea berteriak di depan muka eldy.
Dan terpaksa zea mengangguk.
"yaudah sana, keburu malem"ucap eldy menyuruh ketiganya untuk segera pergi.
"lo duluan ze"ucap cea lalu memegang tangan vea, agar vea di belakangnya. Alhasil zea di depan, cea di tengah, vea di belakang sendiri. Dengan kesal zea berjalan terlebih dahulu disusul cea dan vea dibelakangnya.
"hati hati"teriak eldy ketika ketiganya sudah agak jauh.
Eldy sengaja memilih jalur pintas ini, agar ketiga keponakanya belajar mandiri. Eldy tau jika zea, cea dan vea sangat takut dengan yg namanya hantu, jadi eldy memilih jalur ini. Entah kenapa ketika eldy mengingat ingat bahwa ketiga keponakanya itu takut dengan hantu, rasanya eldy ingin tertawa sekeras kerasnya, padahal mereka adalah vampir tapi takut dengan yg begituan.
Dan tanpa sepengetahuan mereka, eldy menyuruh vampi lain untuk menjaga ketiganya dari jarak jauh dan menakuti nakuti ketiganya.
Eldy masuk kedalam mobilnya dan menjalankan mobilnya menjauh dari area hutan itu.Selama perjalanan, zea, cea dan vea tidak ada yg mau membuka suara, hanya ada suara angin yg berhembus dan suara burung gagak.
Tiba tiba dari arah samping kanan, vea melihat sekelebat bayangan hitam. Kedua mata vea membulat sempurna."zea"panggil vea berhenti berjalan, dan secara otomatis cea juga berhenti, karena vea memegang tas cea, begitupun juga dengan cea yg memegang tas zea, sangar erat sekali.
"kenapa?"tanya zea membalikan badanya menghadap vea.
"gue...gue tadi liat bayangin disana"ucap vea pelan tapi masih di bisa di dengar oleh cea dan zea.
Reflek cea menggegam tangan zea. Sedangkan zea, ia mati matian menahan rasa takutnya.
"dimana"ucap zea memberanikan bertanya.
"di sa-"ucapan vea terhenti ketika seperti ada seseorang di belakang mereka.
Kretek
Ketiganya tidak ada yg berani membalikan badan mereka ke belakang. Keringat dingin membasahi dahi mereka.
"hitungan ke tiga kita lari, satu...du-"belum selesai zea berbicara cea sudah lari terlebih dahulu meninggalkan vea dan zea yg mematung. Mereka saling pandang dan menggegam tangan mereka satu sama lain.
"CEA"teriakan mereka berdua menggelegar lalu berlari menyusul cea yg sudah agak jauh.
Mereka bertiga lari dengan kencang, sesekali zea melihat kearah belakang memastikan tidak ada orang atau.
Mereka berhenti ketika mereka menemukan sebuah gerbang menjulang tinggi yg ada dihadapan mereka. Zea membuka gerbang itu, dan ternyata tidak di kunci. Baru saja mereka masuk, ada banyak vampir lain yg membungkuk hormat kepada zea, cea dan vea. Tentu saja mereka kaget.
"cea"suara seseorang itu sangat familiar di telinga cea, dengan cepat cea mencari asal suara itu. Dan cea menemukan seseorang yg ia rindukan selama bertahun tahun, danial, kakaknya. Dengan cepat cea memeluk orang itu dengan sangat erat. Begitupun dengan danial yg juga memeluk erat cea, sesekali ia mencium pucuk kepala cea.
"ekhemm, disini masih ada orang"ucap vea datar. Sontak cea dan danial melepaskan pelukan mereka.
"ganggu aja lo"ucap cea menoyor kepala vea. Danial hanya tersenyum.
"yaudah ayo masuk, theo sudah menunggu"ucap danial, dan itu membuat vea diam seketika. Cea yg melihat itu langsung memeluk lengan kiri vea. Dan menyusul zea dan danial yg sudah berjalan dulu.
Kini mereka bertiga dan danial sudah ada diruangan matheo atau biasa dipanggil theo, kakak vea. Dari tadi theo menatap sendu kearah vea adiknya yg ia rindukan, berbeda dengan vea, justru ia memalingkan wajahnya kearah jendela.
"eldy gak ikut"ucap theo, zea hanya menggelengkan kepalanya. Ternyata zea tidak berubah sama sekali, masih seperti dulu, dingin dan datar, pikir theo.
"kalian boleh ke kamar kalian, kecuali vea"ucap theo, vea yg mendengar itu hanya menghela nafas kasar.
Setelah zea, cea dan danial keluar dari ruanganya. Theo berdiri dari tempat duduknya, dan beralih duduk di sofa.
Theo menepuk tempat di sebelahnya menyuruh vea untuk duduk di dekatnya."vea, sini duduk, kakak mau ngomong"ucap theo sabar. Sedangakan vea tetap berdiri tidak mendengarkan perkataan theo.
"vea"panggil theo lagi tapi kini lebih lembut.
"gue capek, mau istirahat"ucap vea dingin lalu keluar dari ruangan theo, vea juga menutup pintu dengan sangat keras.
Meninggalkan theo sendiri di ruanganya. Theo menatap pintu ruanganya, padahal vea sudah tidak terlihat lagi.
Sekarang vea sudah sampai di kamarnya. Vea menjatuhkan tubuhnya ke kasur dengan kasar. Cea dan zea yg melihat itu pun bingung.
"napa lo"ucap cea sambil menonton tv. Vea tidak menjawab sama sekali. Ia malah menutup wajahnya dengan bantal. Zea dan cea yg melihat itu hanya diam.
***
Annyeong, jan lupa vote dan comen oke.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLOOD
VampireMakhluk berdarah dingin? Apakah kalian percaya dengan itu, makhluk yg dianggap mitos. Tapi bagaimana jika mereka memang ada. Penasaran? Langsung baca aja ok. Selamat membaca (cover by jeon ica)