🌏5.🌏

40 4 0
                                    

.
.
.
.
.
.

Keesokan harinya Anin kembali pergi ke danau itu tapi dengan keadaan yg berantakan.
Tak ada senyum yg ada hanyalah mata yg sembab karena semalaman menangis, dan pakaian yg terlihat kusut.

Dia duduk dibawah pohon dan memainkan kayu yg diukirkan ke tahan dengan tatapan kosong. Entah apa yg dia pikirkan hingga dia terlihat tidak baik-baik saja.

Inan yg melihat Anin dari kejauhan pun merasa kasihan, entah apa yg dipikirkan Inan, Inan memutuskan untuk menemui Anin.

"Hay... Kau kenapa ?"tanya Inan
Tak ada respon dari Anin.

"Aku tau kau sedang tidak baik-baik saja, jika kau mau kau boleh cerita kepadaku..."Ujar Inan sambil memegang bahu Anin.

Tiba-tiba terdengar suara isakan yg berasal dari Anin. Anin hanya menangis tanpa mengatakan satu hal apapun.

Inan yg berada disampingnya pun tak mampu berbuat apapun, dia bisa merasakan apa yg Anin rasakan, sebenarnya dia juga sudah mengerti tanpa diberitahu. Tapi apa daya, mana mungkin dia mengatakan segalanya tanpa diberi tahu oleh siempunya cerita.

Sama sakitnya Inan yg merasakan begitu sakit yg mendera Aninpun takkuasa menan diri. Dia mendekap Anin dengan penuh kasih. Berharap dekapanya memberi ketenangan pada Anin.

Kini Anin yg berada dalam dekapan Inan pun hanya bisa menangis, menumpahkan segala emosi yg membuat hatinya sesak.

Hingga Anin yg lelah mengis pun tertidur dalam dekapan Inan. Inan membaringkan Anin di pangkuannya, sesekali mengelus-elus rambut Anin yg tergerai.

Inan POV

"Anin... Aku tau kau sangat menderita ... Tahanlah ... Aku tau kau kuat ... Bertahanlah ... Untuk saat ini aku tak bisa melakukan apapun bersabarlah ... Aku akan membawamu pergi, bukan karena paksaan melainkan karena keinginanmu sendiri" ujarku sambil mengelus-elus rambut Anin.

Damai saat aku memandang wajahmu yg tertidur.
"Semoga nanti saat kau mengetahui kebenarannya kau mau menerimanya." ujarku yg memandang wajah teduh Anin.

Setelah lama tertidur Anin terbangun dan melihat bahwa Inan pun tertidur bersandar di pohon dan Anin tertidur dipangkuannya.

Anin kemudian duduk dan memandang wajah Inan dengan lekat, wajahnya yg tampan, matanya yg meneduhkan walau tertutup, bulu matanya yg lentik,
Damai itulah yg Anin rasakan saat memandang wajah Inan yg tengah tertidur.

"Kau tak asing bagiku, mungkinkah kita pernah bertemu, tapi seingatku aku tak pernah bertemu denganmu, tapi mengapa saat berada disisimu aku merasa damai, bahkan sebelumnya aku tak pernah menujukan tangis ku kepada seseorang. Bahkan kedua orang tua ku pun tak pernah mengetahuinya, tapi mengapa aku dengan mudah menangis di depanmu... Siapa dirimu sebenarnya ... Atau aku melupakan sesuatu ...?" batin Anin.

Kemudian Anin ikut berjandar di pohon dan menikmati pemandangan danau.

Tak lama Inan pun terbangun.

Anin POV

"Heemmm ... Anin ..!! Kau... Kau dima..." ujar Inan terpotong setelah menoleh kearah ku.

Aku dan Inan pun bertatapan mata lama. Manik matanya yg berwarna Hitam pekat sedikit bercampur abu-abu, terlihat tajam dan damai dalam satu waktu. Terlihat tatapan khawatir dimanik matanya. Tanpa sadar aku tersenyum kepanya.

"Aku disini Inan ... Kau tak perlu khawatir ... Aku baik-baik saja. " ucapku kepada Inan.

Kemudian Inan semakin mendekatkan wajahnya kepadaku, jarak antara aku dengan nya pun hanya beberapa senti, aku yg bersandar pada pohon pun tak bisa bergerak mundur. Aku hanya diam dan menutup mataku rapat-rapat.

Inan menyentuh pipi kananku dan membenarkan rambut yg menutupi pipiku dan dibawa ke belakang telinga. Dan aku pun tak berani membuka mata. Mungkin saja sekarang wajahku sudah memerah seperti kepiting rebus.

"Kau membuatku khawatir, Anin ... Selalu saja membuatku khawatir..." bisik inan di telinga ku.

Kemudian aku membuka mata, terlihat manik hitam itu menatapku lekat-lekat.

"Apakah sekarang kau mau cerita..?" Ujar Inan menyadarkan ku.

"Maaf mungkin esok, aku akan cerita, aku kemari tanpa bilang orang tua ku, jadi sekarang aku akan pulang ... Tak apa kan ?" ucapku.

"Yasudah tak apa jika kau belum mau cerita ... Akan aku tunggu sampai kapanpun kau siap akan kutunggu ...Hati-hati kalau pulang..." ujar Inan.

"Iya makasih Inan... Makasih atas waktunya... Aku pulang dulu ya ... Sampai ketemu lagi ..."ucapku dan berlalu pulang.
Sesampainya dirumah

Bunda dan ayahku terlihat cemas saat aku masuk ke ruang tengah bunda yg melihatku masuk langsung memelukku.

"Kau kemana saja ..? "Tanya bunda khawatir.
"Maaf bunda Anin pergi keluar tidak bilang-bilang. Tadi Anin perginya waktu langit masih gelap dan Ayah Bunda masih tidur, maaf ya yah bun." ucapku meminta maaf sambil menundukkan kepala.

"Yasudah tak apa, jangan diulangi sekarang kau istirahat di kamarmu ." Ujar Ayah.

Dikamar, aku berjalan kearah lemari untuk mengambil baju ganti, namun di saat yg sama aku melihat buku itu lagi. Ingin sekali aku membacanya lagi. Namun niat itu ku urungkan, aku membersihkan badan terlebih dahulu setelah itu baru membaca kembali buku itu.

Kini aku tengah berada dibalkon kamar, menikmati senja yg perlahan tenggelam, Cahaya jingga itu menerpa wajahku, saat kulihat pantulan diriku dari kaca jendela. Manik mataku terlihat menyala, mungkin kalau kulihat dari cermin akan terlihat lebih jelas. Dari pantulan kaca itu aku menatap pantulan diriku sendiri.

"Kenapa aku baru sadar kalau manik mataku begitu indah, apalagi diterpa cahaya jingga, warnyanya semakin indah."ucapku.

Namun saat aku memandangi pantulan tubuhku dari kaca, aku seperti melihat bayangan dari kejauhan, saat ku toleh tidak ada apapun disana, dan saat kulihat kembali pantulan itu dari kaca itu, bayangan itu sudah tidak ada.

"Apa itu tadi ...?"Ucapku, dan aku memikirkannya lagi dan lagi. Kemudian aku memutuskan untuk membaca buku itu lagi.

Setelah beberapa halaman yg ku baca, aku menemukan sebuah tanda pembatas dipertengan buku. Namun pembatas itu adalah sebuah liontin beserta sebuah cincin.




🌎🌏🌍🌎🌏🌍🌎🌏🌍🌎🌏🌍

Yey ... Udah up ni ...

Gimana ceritanya ...?

Maaf klo banyak typo 😅

Ikuti kisah
#Anin💜
#Inan💙
Di My World

Stay At Home ... 😘

My World Queen Of The SouthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang