6. Bubur dan Nasi Goreng

11 3 0
                                    

^^ Play the Mulmed ^^

Dengarkan Rossa bernyanyi sambil membaca cerita ini ♡

Akh! Kepalaku sasakit. Aku berusaha membuka kedua mataku yang nyatanya sangat sulit untuk membuatnya terbuka.


Pemandangan pertama kali yang ku dapati adalah ruangan serba putih. Aku tidak bodoh. Aku sedang berada di rumah sakit sekarang.

Apa yang terjadi? Bagaimana aku bisa sampai di brankar? Bahkan, keningku diperban.

Aku tidak nyaman dengan posisiku sekarang. Aku berusaha duduk dengan tenagaku yang tersisa.

CKLEKK...

"Udah bangun?" Seorang gadis menyembulkan kepalanya dari balik pintu. Ia berjalan ke arahku dengan tergesa.

"Jangan paksain duduk dulu. Tiduran aja." Ia mengembalikan posisiku semula.

Aku sama sekali tidak menolak kedua tangannya yang berusaha mengembalikan posisi tidurku kembali. Entah mengapa, aku merasa tenang dan aman disisinya.

Dia. Gadis yang mirip ibuku, Raisya.

Dia mengambil mangkuk dari nampan yang ia bawa dari luar. Aku mengintip isinya. Bubur.

"Gue gak suka." Tolakku. Aku benar-benar tidak menyukai makanan berlendir itu. Apalagi dipadukan dengan hambarnya rempah-rempah kantin rumah sakit.

"Eits! Harus suka! Bubur ini bagus buat kesehatan lo. Liat nih, ada wortel sama daun bawang kesukaan lo. Nih, liat!" Promosinya.

Tetap saja. Meski dua sayuran lezat itu adalah favoritku, namun jika diletakkan di tempat yang salah, seperti bubur contohnya, aku tak sudi untuk melahapnya.

Gadis itu terus memaksa dengan mempromosikan segala kekurangan bubur itu. Sampai akhirnya pintu kembali dibuka.

"Oh, maaf." Seseorang kembali muncul dari balik pintu. Gadis itu. Ia hendak kembali menutup pintunya saat melihat Raisya berpose menyuapiku.

"Jangan." Kataku. Gadis itu diam. Ia tak bergeming. Aku melihat kedua tangan mungilnya mencengkram erat keranjang yang cukup besar.

"Oh, Ara? Sini, masuk!" Ujar Raisya. Ia mencairkan suasana tegang di kamar ini dengan melupakan pose menyuapinya dan berjalan ke arah pintu.

"Ayo ayo masuk!" Raisya. Mengapa dia sangat heboh?

Gadis itu berjalan kikuk. Ah! Aku mengingatnya! Gadis itu baru saja aku maki dan bentak. Lantas, mengapa dia kemari? Aaa... aku tahu. Pasti dia ingin membentak, memukul, menjenggut, atau mencabut perbanku, dan hal-hal berbahaya lainnya untuk membalas perbuatanku.

"Bubur rumah sakit nggak enak ya? Em... sebaiknya kamu tetep makan. Aku bawa nasi goreng sama susu cokelat. Makan ya."

Dimana makian dan bentakan dari mulut gadis itu? Dimana rasa sakit yang dihasilkan dari pukulan tangan mungilnya? Aku tidak menemukannya. Aku malah mendapat keranjang besar dan senyum manisnya.

Ah, gadis ini. Mengapa dia sangat baik?

"Ma-makasih."

"Makasih ya Ara! Sampe rela masakin makanan buat kutu hidup ini!" Aku hanya bisa mengumpati kata-kata Raisya dalam hati.

"Eh iya Ra. Bukannya lo ada jadwal shift sore?"

Ah iya! Bukankah Ara seharusnya bekerja? Mengapa dia kemari?

"Ah iya. Aku udah izin tadi. Jadi nanti aku ikut shift malam."

"Bukannya shift malem serem ya? Pasti banyak cowok-cowok gatel yang ngerepotin kamu Ra. Kamu kok mau aja si?" Cerocos Raisya.

D e r a j a t  1 8 0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang