Untitled Part 12

23 0 0
                                    

CATUR WULAN

Rumah, 17 April 2020.

Aku terduduk di balkon rumah, ditemani secangkir teh sembari menikmati aroma petrichor dan angin sore yang menampar kulitku pelan. Kurapatkan cardigan rajut miliknya yang kucuri beberapa bulan lalu sambil menyesap teh yang hampir dingin. Melupakan kegiatanku sebelumnya, membiarkan laptop di depanku menyala tanpa niat untuk menjamahnya lagi. Entah sudah berapa kali aku mengetik kata dan menghapusnya kembali, otakku serasa buntu. Mungkin dengan istirahat sebentar dapat mengembalikan ide-ide yang hilang.

Suara denting ponsel menginterupsi, memecahkan keheningan yang tercipta. Aku berdecak kesal saat melihat nama si penelepon, dengan malas aku mengambil ponsel yang ada di meja. Ya, akan segera saya selesaikan. Ucapku cepat dan segera memutus sambungan telepon. Pasti di seberang sana, seseorang sedang kesal dengan wajah memerah karena sambungan teleponnya ku putus secara sepihak. Lucu sekali. Namaku Alessya, 20 tahun, aku seorang mahasiswa dan penulis. Tadi yang menelepon adalah Rahma, salah satu proofreader di mana karyaku diterbitkan. Ponselku kembali berdenting. Ada pesan masuk, dari Rahma.

Rahma: INGAT, SUDAH BULAN APRIL!

Aku tersenyum samar membaca pesan dari sahabatku itu, aku yakin dia marah. Aku menghembuskan napas perlahan, sudah bulan April. Ingatanku ditarik mundur, rasanya baru kemarin rumah ramai mengadakan acara malam tahun baru, bercengkerama dan saling bercerita tentang rencana masing-masing di tahun 2020 ini.

Mengingatnya membuatku tertawa miris, ternyata tahun 2020 penuh kejutan, dan kita masih berada di bulan April. Catur wulan pertama di tahun 2020. Tanpa sadar jemariku mulai menari di atas keyboard, layar yang tadi menampilkan warna putih mulai terisi dengan kata-kata. Catur wulan, kalimat pertama yang muncul di otakku. Dari sini aku akan menuliskan beberapa kisahku dan mungkin juga bagian dari kisahmu di catur wulan pertama tahun 2020 ini.

Flashback On

Rumah, 9 Januari 2020

Awal tahun kok udah dikasih berita kayak gini. Protes kak Nisa, kakak perempuanku kepada penyiar berita di televisi. Kami sedang bersantai di ruang keluarga, menikmati waktu bersama keluarga dengan menonton televisi sambil bercengkrama sebelum kembali ke kesibukan masing-masing. Kenapa, sih, Kak? Tanya Ayah yang baru kembali dari dapur sambil membawa sepotong tahu di tangan. Itu, yah, yang berita soal kematian Jenderal Qasem Soleimani, kepala pasukan Korps Quds Garda Revolusi Iran yang tewas dalam serangan roket saat baru mendarat di Bandara Baghdad. Ayah inget? Jawab kak Nisa yang mendapat anggukan dari Ayah. Inget, yang sama Amerika, kan? Terus kenapa lagi? Tanya Ayah yang mulai penasaran. Iran menyerang dua pangkalan pasukan Amerika yang ada di Irak. Udah sini makanya, duduk, yah, dengerin berita. Jangan ngambilin tahu terus, nanti kita makan nggak ada lauknya. Timpal Ibu sedikit kesal karena ulah Ayah yang menghabiskan lauk kami.

Aku tertawa melihatnya, sangat lucu saat melihat Ayah dimarahi oleh Ibu, diam dan menurut seperti anak yang dimarahi oleh ibunya. Keadaan mulai hening, mereka fokus mendengarkan berita. Aku memilih bermain ponsel karena tidak tertarik dengan berita, membuka twitter untuk sekedar membaca cuitan dari teman-temanku. Aku mendesah pelan, ternyata twitter juga sudah ramai dengan berita itu. Bahkan, trending nomor satu dengan tagar #WorldWar3. Akhirnya, dengan terpaksa aku ikut menyimak berita dan sepanjang hari mendengarkan obrolan isu perang dunia dari ayah, ibu, dan kakakku.

Hari-hari selanjutnya, sudah tidak ada obrolan lagi tentang perang dunia, mungkin mereka sudah lupa karena ada topik baru. Aku tidak usah repot-repot menonton televisi atau mencari di internet tentang kabar terbaru. Ayah, ibu, dan kakakku sudah cukup sebagai sumber informasi. Mulai dari kebakaran hutan di Australia, meninggalnya Kobe Bryant dan putrinya, Indonesia yang dilanda banjir, munculnya kerajaan baru, konflik laut Natuna, hingga topik hangat pandemi Covid-19. Berkumpul di depan televisi, menonton kanal berita, menyimak sambil sesekali mengomentari peristiwa yang diberitakan menjadi kegiatan sehari-hari.

Keping CeritaWhere stories live. Discover now