Padang Rumput
Jam dinding di kamar Sabil menunjukkan pukul 00.00 WIB. Terdengar lagu menenangkan Buka semangat baru oleh Lala Karmela yang menemaninya untuk mengerjakan tugas sekolahnya hingga larut malam. Ini karena ia suka lupa waktu saat bermain dengan kanvas dan cat minyaknya. Ia memiliki hobi yang sangat ditekuninya pada bidang melukis. Ia bermimpi menjadi seorang pelukis terkenal di masa depannya.
Buuu, aku berangkat sekolah dulu ya! teriak Sabil.
Susunya jangan lupa diminum ya! sahut Ibu dari dapur.
Udah kok bu! Tenang aja! jawab Sabil sambil berjalan menuju sebuah motor matic silver kombinasi putih.
Sabil bukanlah anak yang pandai. Tetapi, Sabil adalah anak yang rajin. Ia selalu mengerjakan dan mengumpulkan tugas-tugas sekolahnya dengan tepat waktu. Karena jika ia tidak mengerjakan tugas-tugasnya, ibunya akan menyita kanvas dan cat minyaknya. Ia selalu berusaha menyenangkan ibunya, agar ia terus diperbolehkan untuk menekuni kegemarannya tersebut.
Bel pulang sekolah berbunyi. Sabil sedang membaca berita di internet pada ponselnya. Ia baru saja melihat adanya lomba lukis di UNESA. Wah, ini menarik, kata Sabil dalam hati.
Bil, temenin aku dong ke mall bentar, kata sahabatnya, Fidho.
Sabil tetap fokus pada ponselnya, ia mengabaikan pertanyaan Fidho. Dengan bersemangat, Sabil beranjak dari tempatnya dan tanpa sadar meninggalkan Fidho.
Sabil, Sabil mau kemana! teriak Fidho bingung.
Sabil langsung bergegas menuju motornya dan menuju alamat lomba yang ada di website tadi. Ia segera memasuki gedung dan menuju bagian pusat informasi.
Kak, mau mendaftar lomba lukis 2020, ujar Sabil. Oh, iya, silakan isi data diri Anda di sana, ujar panitia sambil menunjuk sebuah meja panjang.
Baik kak, jawab Sabil.
Sudah kak, ujar Sabil sambil menyerahkan formulir data diri kepada panitia.
Sesampainya di rumah, Sabil langsung mandi, sholat maghrib, dan langsung keluar kamar untuk mengecek kulkas, karena ia merasa lapar dan ternyata tidak ada apa-apa di dalam kulkas. Mungkin ada sedikit sesuatu yang bisa aku makan, batin Sabil, lalu ia membuka sebuah lemari di dapur, ia melihat ternyata memang ada mie instan yang bisa mengganjal perutnya. Yes, akhirnya aku bisa makan, ujar Sabil.
Setelah selesai makan, Sabil langsung menuju kamarnya. Ia mengambil ponsel dan mengecek beberapa notifikasi dari facebooknya. Tak lama kemudian, ia pun merasa tubuhnya sudah capek dan akhirnya memutuskan untuk tidur.
Kring kring kring! Suara jam beker Sabil yang berada di atas meja bergema, mengganggu kegiatan Sabil yang sedang tertidur pulas. Dengan malas, ia mendudukkan dirinya yang masih dalam keadaan memejamkan mata di tepi ranjangnya. Diraihnya jam beker tersebut dan ia mulai membuka matanya dengan perlahan.
Dilihatnya jam beker tersebut yang menunjukkan pukul 04.30 WIB. Sabil bergegas ke kamar mandi dan segera melaksanakan sholat shubuh. Setelah itu, ia langsung mandi dan berpakaian rapi karena hari ini ia sangat bersemangat, layaknya hari-hari biasanya.
Suara bel sekolah terdengar menandakan waktunya pulang sekolah. Tetapi, Sabil tidak langsung pulang ke rumah karena hari ini ada kelas melukis. Ia terburu-buru mengemasi alat tulis dan bukunya karena terlalu bersemangat.
Fid, duluan aja. Maaf gak bisa nemenin kamu ke perpus, ujar Sabil.
Emangnya kamu mau kemana Bil? Kok buru-buru banget!? tanya Fidho.
Aku ada kelas melukis, sahut Sabil terburu-buru sambil berlari ke kelas melukisnya.
Sabil terkejut karena di sana sudah hampir setengah kelas dipenuhi anak-anak yang ikut kelas melukis. Pembimbingnya pun juga sudah datang. Tetapi, untungnya Sabil belum terlambat.
Sabil sangat bersemangat saat belajar, hingga terus mendapatkan pujian dari pembimbing. Pembimbingnya pun sangat baik dan bijak. Sabil pun mendapatkan ilmu yang bermanfaat.
Namun, ada satu teman kelas Sabil yang paling pandai di kelas, Hana, iri dengan Sabil, karena ia juga akan mengikuti lomba melukis bersama Sabil. Hana tidak rela bakat Sabil lebih menonjol daripada bakatnya.
Jam tangan yang melekat di tangan kiri Sabil menunjukkan pukul 18.00 WIB. Kelas sudah selesai. Oke, terima kasih untuk hari ini. Semoga apa yang kita pelajari hari ini bermanfaat, ujar sang pembimbing. Aamiin, jawab para murid dengan kompak.
Sesampainya di rumah, Sabil langsung mengerjakan semua tugasnya, agar keesokan harinya ia bisa mempersiapkan diri untuk mengikuti lomba lukis.
Esoknya, saat sedang melihat-lihat di internet, Sabil menemukan lukisan lingkungan yang sangat indah, karena tema lombanya nanti adalah lingkungan. Sabil mempelajari teknik-teknik melukis dengan cermat. Dicoba dulu aah.., kata Sabil dalam hati. Ia langsung mencobanya dengan menggambar sketsa di atas kanvasnya.
Setelah catnya tergores di atas kanvas, mulai tampak hasil karya lukisannya. Namun, Sabil kurang puas, begitu ia melihat hasilnya, lukisan itu tampak kurang hidup, karena pewarnaan yang kurang kontras pada objek lukisan dengan warna dasarnya.
Namun, Sabil tidak menyerah. Ia mencoba melukis kembali di atas kanvas lain miliknya yang sudah ia siapkan sejak kemarin.
Setelah selesai, lukisan kali ini terlihat hidup. Lukisan yang menampilkan objek padang rumput yang ada di Benua Afrika. Sabil sangat puas.
Hore! Hore! kata Sabil kegirangan.
Seminggu telah berlalu, hari ini adalah hari pelaksanaan lomba lukis di UNESA.
Dengan rasa percaya diri, Sabil segera menempati nomer tempat duduknya. Kebetulan tempat duduknya di samping Hana.
Dengan terampil dan telaten, Sabil menggoreskan kuas ke kanvasnya. Sabil, aku boleh liat lukisanmu gak? tanya Hana. Boleh, nih, jawab Sabil memperlihatkan lukisan indahnya.
Wah, bagus Bil, ujar Hana, meski di dalam hati ia sangat kesal dan iri. Makasih, jawab Sabil.
Waktu perlombaan telah selesai. Selama penilaian, seluruh peserta dipersilahkan istirahat selama 15 menit.
Selamat datang pada awarding day untuk lomba lukis 2020! ujar MC. Plak plak plak plak! Suara tepuk tangan peserta bergema di ruangan tersebut.
Setelah menjelaskan tema tahun ini, sambutan dari panitia, dan pengenalan juri, MC langsung membacakan pemenangnya.
Inilah momen yang kalian tunggu, pemenang dari lomba tahun ini adalah...
Oke, kita sambut, juara 1 kita! Salsabil Indina!! kata ketiga juri.
Rupanya para juri terpesona dengan lukisan padang rumput Sabil. Sabil terkejut. Perasaan senang, terharu, kaget menyerang jiwa dan raganya. Ia pun langsung mengangkat piala yang telah diberikan panitia.
YOU ARE READING
Keping Cerita
Short StoryBerkarya bukanlah hal sederhana, karena dengan berkarya kita dianggap ada. Kali ini author bakal menampilkan kumpulan cerita pendek dengan berbagai macam tema dan tentunya tentang kehidupan sehari hari di panggung kehidupan ini. Kalau penasaran deng...