Untitled Part 8

22 1 0
                                    

Jerawat Bucin

Hei! Hahaha. Maaf, aku tak pandai menyusun kata, ini kali pertamaku menulis cerpen. Iya, demi memenuhi tugas kuliahku. Kalian pasti sudah menebak isi cerita ini dari judulnya bukan? Yap. Cerpen ini menceritakan kisah singkat tentang aku, jerawat, serta kebucinanku. Hahaha, kalian pasti tau bucin kan? Itulo, kiasan zaman sekarang bagi pemuda pemudi yang sedang dimabuk cinta, termasuk aku dan kalian yang membaca ini.

Namaku Zakiya, biasa dipanggil Aya. Sekarang, aku berkuliah di sebuah Universitas di Jawa Timur. Tetapi, ini bukan cerita masa kuliahku, melainkan ini kisah SMA ku. Saat itu, diawal masa SMA ku, merupakan masa terburuk bagiku. Terburuk? Iya, lebay banget ya hahaha. Hanya karena aku tak merasa bebas untuk mengekspresikan diriku untuk mengikuti ekskul yang aku mau, kegiatan yang aku inginkan, berteman, jalan jalan sama teman teman. Aku tak percaya diri. Sungguh. Wajahku, dipenuhi dengan jerawat serta bekas bekas nya, wajahku memerah, bernoda hitam, bahkan, aku sampai tidak suka melihat kaca atau bercermin, ya Karena aku benci melihat jerawat memenuhi wajahku.

Kulihat teman temanku, mereka mengikuti segala kegiatan yang mereka sukai dengan senang hati dan penuh rasa percaya diri,dengan wajah mereka yang mulus, halus bagai pantat bayi. Meskipun, ada saja yang juga berjerawat, tetapi jerawat mereka itu jerawat kecil atau hanya sebiji duabiji. Seperti, hanya aku yang memiliki wajah sehancur ini karena jerawat. Aku down, aku berfikir, aku salah apa, dosaku apa, mengapa hanya aku yang semengerikan ini? Oh Tuhan. Hingga suatu saat, tetanggaku sendiri membicarakan jerawatku tepat didepan rumahku. Mereka bergosip, menceritakan kok bisa ya jerawatnya Aya separah itu? Apa tidak pernah mencuci muka? Apa tidak dirawat? Apa tidak diobati? yah Seperti itulah kira kira omongan tetanggaku saat bergosip tepat di depan rumahku.

Sakit, kesal, marah? Oh jelas. Mereka mulus, tak merasakan wajahnya dipenuhi jerawat membandel. Mereka hanya bisa menilai, berbicara seenaknya, tanpa peduli apa yang telah kulalui serta bagaimana perasaanku saat mendengar mereka berbicara seperti itu. Bahkan, anak anak kecil saja memandangku seperti jijik saat melihat jerawatku, begitupun saat aku berbicara dengan seseorang, seseorang tersebut bahkan tak menatap ke mataku, mata mereka sibuk memperhatikan jerawatku. Bahkan, ada yang terang terangan memalingkan wajah mereka saat bertatapan denganku, seakan akan saat melihatku ini, mereka seperti melihat monster jerawat kali ya.

Segala cara pun ku coba, menulusuri youtube tentang review masker jerawat hingga ku praktekkan satu persatu seperti dengan madu, timun, bubuk kopi, kunyit dan sebagainya, googleling tentang makanan yang dapat menyebabkan jerawat hingga aku menjauhi kacang kacangan, mengurangi gorengan, susu, dan lain sebaginya, hingga aplikasi aplikasi yang katanya berisi tips jitu penghilang jerawat. Mencoba saran dari teman seperti menaruh geprukan bawang putih di wajah yang malah membuat wajahku gosong hitam hitam pun pernah. mendatangi klinik kecantikan, perawatan salon, hingga mengunjungi dokter kulit. Di facial, di Laser, minum suplemen anti jerawat dan ntah, berapa banyak biaya yang dikeluarkan kedua orang tuaku untuk membantuku menghilangkan jerawat.

Saat itu, hanya orang tuaku lah penguatku, yang selalu memberi semangat saat aku berada di titik terendahku. Hingga suatu hari, dia pun hadir. Iya dia, Alif yang biasa dipanggil Al, mulai mendekatiku, menawarkan bantuan saat aku kesusahan di sekolah, menyapaku, berusaha membuatku tertawa dengan tingkahnya yang konyol. Awalnya aku senang, aku bahagia, karena ada lelaki yang memperdulikanku saat lelaki yang lain melihat jijik kearahku. Tetapi, kebahagiaanku tak berangsur lama setelah ia menyatakan perasaannya padaku. Saat itu, dia bilang, ia suka padaku. Ia bertanya padaku, apa aku mau menerima rasa sukanya padaku? Atau dengan kata lain, ia mengajakku berkomitmen dalam sebuah hubungan yang disebut pacar.

Hah? Gila! Aku kaget, ya aku gak percaya ada lelaki yang mengajak serius denganku. Kalian tahu apa yang kupikirkan saat itu? Ya jelas menolaknya, emangnya aku ini siapa? Aku bisa apa? Aku bahkan tak memiliki sesuatu yang bisa dibanggakan. Setelah itu, aku mulai menjauhinya. Karena aku berfikir, apa yang diharapkan dari seorang seperti aku?. Karena dia, terlalu sempurna buat wanita yang wajahnya dipenuhi jerawat sepertiku. Hahaha, miris sekali rasanya. Aku malu, aku kesal pada diriku sendiri. Aku menolaknya dengan alasan aku gak suka sama dia. Yah, padahal karena aku gak percaya diri, karena jujur, aku pun menyukainya.

Malam itu, aku termenung di kamarku, menyayangkan hatiku yang merindukannya, mungkin. Satu sisi diriku menginginkannya, tetapi sisi lain diriku menolaknya, aku semakin kesal dengan jerawatku. aku benci, aku mengutuki jerawatku, aku marah, hingga aku lelah. Keesokan harinya, saat aku bermain Facebook, aku melihat sebuah iklan sabun yang terbuat dari bahan alami yang katanya sangat ampuh untuk menghilangkan jerawat, dan entah kenapa, aku seperti terpanggil untuk mencoba sabun tersebut. Hingga akhirnya aku menghubungi penjualnya dan memutuskan untuk membeli sabun tersebut.

Aya, ini ada titipan coklat dari Al ujar ika, teman sekelasku. Hah? Coklat? dari Al? deg. seketika aku merasa jantungku berdetak keras persekian detik. Mimpi apa aku semalam? Buat apa Al ngasih coklat? Aku jadi merasa tak enak, karena belakangan ini, aku selalu berusaha menjauhinya, meskipun kami satu kelas sih, sebisa mungkin aku tak berinteraksi dengannya. Bahkan setiap dia mengajakku berbicara aku selalu mengabaikannya. Akhirnya, kukatakan pada Ika untuk mengembalikan coklatnya pada Al.

Sepulang sekolah, di parkiran motor, Al pun menghampiriku. Ia memberiku coklat yang tadi ku tolak. Dengan muka tanpa dosanya ia berkata kalau ada rezeki, tak boleh di tolak loo aku tertawa, ntah kenapa nada bicaranya terdengar lucu di pendengaranku, akupun menerima coklat pemberiannya. Mulai saat itu, kita kembali berteman dekat, karena belakangan ini, aku merasa tertekan dan sangat kesepian saat menghindarinya.

Semakin lama mengenal Al, aku merasa lebih percaya diri dan mulai merubah pola pikirku tentang pandangan orang lain terhadapku. Aku mulai tak memperdulikan omongan orang yang menyakitkan tentang jerawatku, karena Al selalu membuatku merasa diriku lebih berarti dengan menjadi diriku sendiri, juga percaya masih banyak orang yang melihat ketulusanku, bukan hanya melihat wajahku yang di penuhi jerawat.

Saat itu setelah menyelesaikan acara majlis rutinan di sekolahku, Al mengajak teman teman untuk makan bersama dirumahnya. Okelah, akupun ikut. Jujur, ini adalah waktu pertama kali aku main kerumah Al. Dan yang membuat aku kaget ialah saat ibu dan kakaknya bertanya mana yang namanya Aya? deg. untuk kesekian kalinya jantungku terasa berhenti berdetak.

Ciyee ciyee ciyeee ujar teman temanku kepadaku. Aku pun merasa malu, hingga ibu Al pun bercerita, bahwa Al sering menceritakanku kepadanya. Dengan ekspresi yang cengo aku pun hanya bisa tertawa saat ibu Al berkata seperti itu. Ah sudahlah, kalian tahu sendiri bukan betapa hebohnya respon teman temanku. Mulai dari situ aku berkenalan dengan keluarga Al yang menyambutku dengan sangat baik. Tak ada perasaan risih juga tentang jerawatku, yang membuatku lega dan semakin merasa yakin terhadap Al.

Waktu pun begitu cepat berlalu, berbagai macam lika liku cobaan pun telah terlewati, hingga kini, jerawat di wajahku pun mulai mereda meskipun bekas bopeng nya masih ada, anggap saja kenang kenangan, hahaha. Hubungan ku dengan Al pun semakin serius, keluarga kita sudah saling mengenal satu sama lain dan Alhamdulillah saling mendukung serta merestui. Terimakasih atas segala dukungan dan semangat kalian yang telah kalian berikan pada wanita berjerawat sepertiku, karena tanpa dukungan serta dorongan semangat dari kalian, terutama Kedua Orang tuaku, aku takkan bisa untuk bangkit dan mempercayai diriku sendiri.

Siapasih yang tidak ingin wajahnya mulus, minim pori, bebas dari jerawat, komedo, ataupun bekas bekas jerawat? Karena jujur, berjerawat itu bukanlah keinginan setiap manusia. Tidak ada seseorang yang mengharapkan wajahnya dipenuhi jerawat. Setiap orang pasti menginginkan wajah yang mulus dan selalu berusaha untuk tampil maksimal di hadapan orang lain, selalu melakukan perawatan untuk merawat serta menjaga wajah mulus mereka. Bersyukurlah kalian yang tak berjerawat, jangan malas membersihkan muka, apalagi setelah menggunakan Make Up.

Dan buat kalian yang masih berjerawat, ingatlah selalu bahwa jerawat itu tak menjadikan diri kalian Monster yang jelek dan tak menarik. Karena sesungguhnya kecantikan itu berasal dari hati nurani kita. Bukan hanya sebatas wajah yang mulus saja, abaikan saja komentar negative orang lain tentng jerawat kita, karena kita hidup untuk diri sendiri, bukan untuk orang lain, jangan putus asa dan teruslah berkarya. Jangan sampai jerawatmu menghambat peningkatan kualitas dirimu. Cobalah bangkit dan percayalah pada dirimu sendiri kalau kamu bisa dan pasti bisa. Juga selalu ingatlah, bahwa masih banyak orang yang tulus menerima diri kita apa adanya tanpa harus merasa jijik dan risih karena jerawat yang ada di wajah kita.

Aku berharap, ceritaku mengenai jerawat ini dapat membantu kalian untuk sadar bahwa hanya karena kamu memiliki ketidak sempurnaan ini, bukan berarti kamu tidak menawan, tidak berarti kamu tidak akan sukses, tidak berarti kamu tidak bisa diicintai. Karena kecantikan itu lebih dari sekedar bentuk wajah. Dan jangan lupakan orang-orang disekeliling kita, yang telah memberi begitu banyak cinta serta dukungan yang membangkitkan rasa percaya diri kita. Sekian cerita dari saya, terimakasih telah meluangkan waktu untuk membaca cerita ini.

Keping CeritaWhere stories live. Discover now