Part 4: The Box and The Story of Old Book

1.2K 160 2
                                    

"Tadaima, okaa-san. " Ucap Nagisa ceria.

(Aku pulang, ibu)

Setengah menit berlalu, tapi tidak ada seorang pun yang menyahutinya. Aneh, hari ini ibunya bilang kalau mereka akan menjenguk nenek Nagisa di desa, karena itu ibunya ambil cuti sehari. Begitu juga dengan ayahnya.

"Are, Oka-san? Tou-san..kalian dimana? " Teriak Nagisa.

Saat tadi ia meletakkan sepatunya di rak, ia tahu kalau alas kaki kedua orang tuanya masih tertata rapi. Itu berarti mereka ada di rumah.

Nagisa berputar-putar ke setiap ruang di rumahnya. Tidak ada tanda kehadiran orang tuanya dimana pun.

Nagisa menghela napas lelah saat duduk di sofa. Ia masih bertanya - tanya kemana kedua orang tuanya pergi dengan alas kaki tertata rapi di rak. Mana mungkin mereka pergi keluar dengan kaki telanjang.

Nagisa hendak meminum sebotol air yang ia ambil dari kulkas ketika  mendengar  suara berdebum dari ruang bawah tanah. Lebih tepatnya gudang bawah tanah.

Tangan Nagisa terhenti. Benar juga, ia belum memeriksa gudang di bawah. Dengan segera Nagisa meletakkan botolnya di meja dan berlari menuju ke tempat itu.

Begitu Nagisa membuka pintu gudang, debu bertebaran dimana-mana. Dapat ia dengar suara seorang pria dan wanita yang terbatuk bersama. Nagisa ikut terbatuk saat masuk ke dalam.

"Uhuk uhukk... Tou-san, kaa-san? "

"Nagisa..?Uhuk.. Kau sudah pulang ternyata. Okaeri Nagisa.. " Wanita itu berjalan mendekati Nagisa setelah metakkan kemoceng di rak.

"Oh.. Okaeri, Nagisa. " Sambut ayahnya setelah meletakkan sebuah box di lantai.

Nagisa bisa bernapas lega saat debu yang berterbangan mulai surut. Ia menatap kedua orang tuanya heran.

"Apa yang kalian lakukan disini? Kalau mau bersih-bersih kalian bisa menungguku kan? "

Ibunya menggeleng. Ia tersenyum tipis.

"Tidak Nagisa. Nenek meminta ayahmu untuk membawakan sesuatu dari gudang ini. Itu adalah peninggalan kakekmu. "

"Sesuatu apa itu bu..? "

Ayahnya tertawa lepas. Pria itu menepuk kepala Nagisa pelan sebelum menunjuk box yang tadi ia taruh di lantai.

"Barang itu ada disana. Kau mau membawakan box itu ke atas, Nagisa? "

Nagisa mengangguk bersemangat. Ia penasaran apa isi box itu. Dengan segera ia mengangkat box berbobot lumayan itu dan segera ngeloyor pergi ke atas. Tapi sebelum ia melewati pintu ayahnya kembali berkata.

"Jangan buka box itu dulu, Nagisa! Kau boleh bertanya pada nenekmu nanti. "

Nagisa sedikit kecewa mendengar larangan ayahnya. Tapi ia tahu kalau terburu-buru juga tidak baik, jadi ia tersenyum menyanggupinya.

"Baiklah tou-san, aku mengerti. "

"Ah.. Dan segera bersiap-siaplah Nagisa, kita akan berangkat jam dua siang nanti. " Tambah ibunya.

# # #

Seorang wanita tua duduk termenung di kursi goyangnya. Kecantikan parasnya masih melekat meski keriput memenuhi wajah senjanya. Terlihat lembut dan bersahaja.

Wanita itu tersenyum ketika sepasang burung berwarna biru hinggap di kusen jendela kayu. Berkicau, menyenggol dan saling menggoda. Membuatnya mengingat belahan jiwa yang telah mendahuluinya.

You and MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang