Part 8: Heartless

981 79 5
                                    

Pukul 23:10

Nagisa Pov

'Are, apa yang terjadi. Kenapa aku tidak dapat menggerakkan tubuhku. '

Aku mencoba membuka mataku perlahan. Dengan posisi telungkup seperti ini aku tidak dapat melihat keadaan yang ada di sekitarku dengan leluasa. Pemandangan yang kulihat sedikit tidak jelas, sangat buram sebenarnya.

Tapi aku dapat memastikan kalau dua orang dewasa yang sedang meronta dengan tubuh terikat di depan sana adalah ayah dan ibuku.

Aku dapat mendengar langkah kaki mulai mendekatiku. Seperti suara sepatu hak tinggi yang biasa dipakai wanita sosialita. Tidak, memang yang berjalan mendekatiku adalah seorang wanita yang memakai high heels. Dia menjambak rambut biruku yang separuh basah oleh genangan darahku sendiri. Darah yang mengucur keluar dari lubang di perutku.

Wanita itu tersenyum melihat mata biruku yang terlihat kosong dan sayu. Di matanya aku hanyalah mangsa yang siap dilahapnya kapan saja.

Apa yang sebenarnya terjadi? Ingatanku saat ini sangat kabur dan tidak jelas. Bagaimana aku bisa dalam keadaan seperti ini? Selain itu wanita ini, bukankah dia orang yang ku tolong di trotoar saat itu?

"NAGISA!!.. Tidak, jangan dia! Baik baik kami akan menurutimu, tapi tolong selamatkan dia... " Teriak ibuku, air matanya dari tadi tidak berhenti keluar saat menatapku.

" Benar, kami akan lakukan apapun! "
Sambung ayah, keringat dan air mata sudah membasahi wajahnya yang pucat.

Mendengar hal tersebut wanita itu melepaskan cengkramannya dari rambutku. Kepalaku menghantam lantai sangat keras. Aku masih bisa mempertahankan kesadaranku meski kepalaku terasa sangat berdenyut.

"Akhirnya kalian mau memutuskan ya.. " Wanita itu berjalan mendekati ayah dan ibu.

Aku sangat khawatir, apa yang akan wanita itu lakukan? Aku mencoba mengulurkan tanganku pada mereka, tentu saja itu sia-sia. Aku mencoba berteriak, mereka harus kabur. Tidak perlu memikirkan dan melakukan apapun untukku.

Bukannya mengeluarkan suara aku malah menyemburkan banyak darah saat aku membuka mulutku. Ayah dan ibu memekik bersamaan saat melihatnya.

"Nagisa!! "

"Iya.. Iya, kami akan lakukan apapun! Jadi kumohon... "

Detik berikutnya aku tidak dapat menangkap apa yang mereka bicarakan. Telingaku terasa berdengung keras, pandangan mataku juga semakin memburam. Aku merasa lelah dan sangat mengantuk.

'Apa aku akan mati? Kalau iya setidaknya biarkan orang tuaku tetap hidup. '

# # #

~Flashback satu hari yang lalu~

Pukul 09:20

Keadaan SMA Nagisa dan Kayano saat ini sangat ramai sejak jam enam pagi tadi. Para murid berlalu lalang membawa barang-barang untuk memeriahkan event bunkasai. Entah untuk lomba atau stand bazar dari tiap kelas.

Kebahagiaan dan semangat para murid dalam berpartisipasi memeriahkan bunkasai sepertinya tidak dirasakan Nagisa. Dia berjalan mondar mandir tidak jelas di dalam kelas. Kayano yang melihatnya menggeleng frustasi.

"Hentikan Nagisa! Kamu tidak boleh mundur. Kamu seorang pria kan? Kalau sampai Koro-sensei melihat ini bukankah kamu hanya akan membuatnya tertawa? "

Nagisa menggeleng kuat-kuat. Memang benar dia sudah mahir memainkan gitar yang baru ia pelajari sebulan yang lalu, tapi mentalnya tidak akan pernah siap membantunya berdiri tegap di atas panggung.

You and MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang