Part 10: She Becames a High School Student

718 57 2
                                    

Rio Nakamura, gadis berambut blonde itu berjalan santai setelah merasa aman dari kejaran penjaga sekolah. Nafasnya yang sempat kacau sudah kembali normal. Dia bersenandung pelan sambil mengedarkan pandangannya pada lingkungan sekitar.

Sekarang baru memasuki jam pelajaran ke dua, tapi gadis itu sudah berani membolos dan melompati pagar sekolah. Membuat security sekolahnya kelabakan mengejarnya. Rio rasa bapak tua itu tidak lagi bisa mengikuti jejaknya.

Entah mengapa dia tiba-tiba merindukan Karma. Bagaimana tidak, rencana bolosnya selalu berhasil jika dicampur tangani oleh pemuda bersurai merah itu. Dan sekarang tanpa Karma, dia hampir tertangkap basah tiga kali selama sebulan ini.

Rio menengadahkan wajahnya ke langit, menatap warna biru yang membentang luas di atas sana. Dia merenung. Melihat langit siang hari seperti ini berhasil membuat wajah seseorang memenuhi kepala Rio.

"Hhmm.. Ngomong ngomong bagaimana keadaan nagisa ya?"

Akhir-akhir ini pemuda itu tertimpa banyak masalah. Dia bahkan diserang segerombolan preman di hari pemakaman nenek tercintanya.

'Nasib benar-benar kejam padamu ya, Nagisa. ' Batin Rio.

Gadis itu tersenyum kecut kala mengingat kejadian demi kejadian yang menimpa Nagisa. Rio rasa dia tidak akan sanggup menghadapi apa yang telah Nagisa lalui selama ini.

Setelah berjalan cukup jauh, Rio mulai merasa letih dan lapar. Gadis itu berencana membeli jajanan di pinggir jalan, membawanya ke markas rahasia dan memakannya dengan tenang disana. Dia yakin kalau Maehara atau Terasaka sudah berada di sana.

Sayangnya rencana yang sudah dia buat harus tertunda, ada seseorang yang menahan pundaknya. Dia sempat bergidik ngeri, mengira kalau tangan dingin yang kini hinggap di bahunya adalah tangan pak tua penjaga gerbang sekolah.

'Habislah aku!!' jerit batin gadis itu.

Keringat dingin sudah membasahi hampir seluruh wajahnya yang memucat. Dengan tubuh bergetar dia membalik badan dan segera membungkuk pada orang di belakangnya.

"Pak maafkan saya, saya janji tidak akan mengulangi perbuatan saya lagi.. " Ucapnya setengah ketakutan.

Kelakuan Rio membuat orang tersebut tertawa, dan hal itu membuatnya terkejut. Terlebih lagi suara tawa renyah ini bukan milik pria tua penjaga gerbang sekolahnya. Suara tawa itu milik seorang gadis.

Ketakutan yang tadi menyelimutinya menghilang begitu saja, Rio mengangkat kepalanya demi melihat orang yang dia kira pak penjaga gerbang. Matanya membelalak lebar begitu melihat seorang gadis berambut gelap tengah tersenyum manis padanya.

"Konnichiwa... " (Selamat siang)

# # #

"Nagisa, kamu yakin tidak ingin ke kantin? " Tanya Kayano untuk yang kedua kalinya.

Nagisa mengangguk sekali. Tangannya sibuk merapikan buku-buku berbau matematika yang berserakan di mejanya.

"Kau pergi saja dengan Sakura, aku tidak lapar. " Ucapnya ramah.

Kayano menatap Nagisa khawatir, akhir-akhir ini Nagisa menjadi lebih pendiam. Kayano mengira kalau pemuda itu masih bersedih akibat meninggalnya sang nenek. Tubuh Nagisa juga terlihat sedikit kurus, kayano merasa tidak berguna saat melihat Nagisa sedang terpuruk sedang dia sendiri tidak dapat melakukan apapun.

Kayano mendesah putus asa, dia tersenyum lebar seperti biasanya dan berkata dengan riang.

"Kalau begitu akan kubelikan sesuatu untuk dimakan."

You and MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang